TRIBUN-VIDEO.COM - Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono telah mengubah operasi pencarian pilot Susi Air menjadi siaga tempur.
Terkait perubahan ini, Pengamat Intelijen dan Pertahanan Ngasiman Djoyonegoro menyarankan agar TNI benar-benar memperhitungkan tindakan yang mereka lakukan.
Siaga tempur diterapkan menyusul gugurnya Pratu Miftahul Arifin, prajurit Kostrad dari Satgas Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna.
Pratu Miftahul gugur setelah diserang kelompok separatis teroris (KST) pada Sabtu (15/4) di Distrik Mugi, Papua Pegunungan.
Baca: Ada Cara yang Manusiawi, Pegiat HAM Minta Panglima TNI Cabut Status Siaga Tempur Papua
Ngasiman menyebut, TNI harus benar-benar mempersiapkan diri.
Selain itu juga memperhitungkan dengan matang setelah menetapkan siaga tempur.
“TNI harus benar-benar mempersiapkan diri dan memperhitungkan dengan matang setelah menetapkan status siaga tempur. Bagaimana konsekuensi terhadap geopolitik dan pendekatan lain yang telah dilakukan oleh pemerintah,” kata Ngasiman saat dihubungi, Rabu (19/4/2023).
Baca: Panglima TNI Bongkar Alasan Operasi Lawan KKB Naik Jadi Siaga Tempur: Upayakan Damai, Malah Diserang
Ngasiman juga menyarankan agar TNI terus berkoordinasi dengan stakeholders lain terkait operasi siaga tempur.
Menurutnya, status siaga tempur memang sudah seharusnya dilakukan oleh TNI.
Mengingat TNI diserang bukan dalam keadaan siaga perang.
Dalam konteks pertahanan, itu dapat diartikan sebagai ultimatum perang.
“Sementara dalam konteks terorisme, maka tindakan penyerangan ini telah menimbulkan rasa tidak aman dan ancaman,” ujar Ngasiman.
(Tribun-Video.com/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengamat: TNI Harus Perhitungkan secara Matang Status Siaga Tempur di Papua"
# Panglima TNI # Laksamana Yudo Margono # Pilot Susi Air # Papua Pegunungan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.