Kamis, 8 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Profil Prof. Dr. Ir. Herman Johannes - Pahlawan Nasional

Jumat, 9 Agustus 2019 07:33 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM – Prof Dr Ir Herman Johannes merupakan seorang pahlawan nasional yang berkontribusi besar dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Herman Johannes juga banyak berkiprah dalam dunia pendidikan di negeri ini.

Herman Johannes merupakan rektor kedua Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada kurun waktu 1961 sampai 1966.

Nama Herman Johannes sempat mencuat ke publik ketika Bank Indonesia mengabadikan potretnya di mata uang logang Rp 100.

Herman Johannes juga dikenal sebagai seorang ilmuwan dan menteri pekerjaan umum periode 1950 sampai 1951.

Satu hal yang menarik dari Herman Johannes adalah ia dikenal sebagai perakit bom yang andal dalam era revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1949.

Saat itu, ketika tengah berkecamuk Agresi Militer Belanda I dan II, Herman Johannes yang merupakan ahli fisikan dan kimia pernah diminta oleh Letkol Soeharto sebagai Komandan Resimen XXII TNI untuk memasang bom di jembatan kereta api Sungai Progo.

Herman Johannes juga berkontribusi dalam distribusi bom ke daerah Jakarta.

Tak sampai di situ, Herman Johannes juga turut serta dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta pada pagi buta dan akhirnya bisa mendudukinya selama enam jam.

Atas jasa-jasanya, Herman Johennes yang meninggal pada 1992 itu dianugerahi gelar Pahlawan Nasionel oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009.

Kehidupan Pribadi

Herman Johannes yang dikenal sebagai seorang cendekiawan, politikus, serta ilmuwan Indonesia lahir di Desa Keka, Pulau Rote, NTT pada 28 Mei 1912.

Herman Johannes merupakan anak keempat dari pasangan suami istri Daniel Abia Johannes dan Aranci Dirk.

Pada Mei 1955, ketika usianya menginjak 43 tahun, Herman Johannes menikah dengan seorang putri raja Rote bernama Annie Marie Gilbertine Amalo.

Dari pernikahan itu, keduanya dikaruniai empat orang anak, Christiner, Henriette, Daniel, serta Helmi Johannes.

Herman Johannes meninggal dunia pada usianya yang ke 80 tahun pada 17 Oktober 1992 karena sakit prostat.

Pada 2003, nama Herman Johannes diabadikan oleh Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada (KATGAMA), atas prakarsa Ketua Katgama saat itu,

Airlangga Hartarto, menjadi sebuah penghargaan bagi karya utama penelitian bidang ilmu dan teknologi yakni Herman Johannes Award.

Sesuai Keputusan Presiden RI (Keppres) No. 80 Tahun 1996, nama Herman Johannes diabadikan sebagai nama Taman Hutan Raya bagi kelompok hutan Sisinemi-Sanam seluas 1.900 hektare di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Nama Prof Herman Johannes juga diabadikan menjadi nama jalan yang menghubungkan Kampus UGM dengan Jalan Solo dan Jalan Jenderal Sudirman di kota Yogyakarta.

Herman Johannes dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada 6 November 2009 berdasarkan Keppres RI No 058/TK/Tahun 2009.

Riwayat Pendidikan

Herman Johannes menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Melayu di Baa, Rote, NTT pada 1921.

Namun Herman Johannes hanya bersekolah di tempat itu selama setahun, ia kemudian bersekolah di Europesche Lagere School (ELS) di Kupang, NTT pada 1922.

Tamat dari ELS, Herman Johannes pindah ke Makassar untuk melanjutkan studinya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) pada 1928.

Tamat dari MULO, Herman Jogannes kembali hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan ke Algemene Middelbare School (AMS) pada 1931.

Karena prestasinya yang gemilang ketika bersekolah di AMS, Herman Johannes kemudian mendapat beasiswa untuk kuliah di Technische Hogeschool (THS) di Bandung yang kini bernama Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak 1934 sampai 1946.

Kuliahnya di Bandung tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang semestinya, sebab saat itu Jepang menduduki Indonesia yang membuat THS dan beberapa perguruan tinggi lain ditutup.

Baru pada 1946 Herman Johannes berhasil meraih gelar insinyurnya.

Riwayat Karier

Semasa masih kuliah, Herman Johannes menyelingi kegiatannya dengan aktif di organisasi.

Bersama beberapa orang temannya, Herman Johannes mendirikan Timorsche Jongeren yang langsung diketuainya.

Organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Perserikatan Kebangsaan Timor (PKT) yang bertujuan untuk memajukan masyarakat Timor.

Pada masa kuliah ini pula sosok Herman Johannes sebagai ilmuwan mulai tampak.

Ia sering menulis karangan ilmiah yang mendapat perhatian dan pujian dari kalangan akademisi.

Karangannya dimuat dalam majalah De Ingenieur in Nederlandsche Indie yang terkenal sangat selektif dan diskriminatif dalam menerbitkan karangan ilmiah.

Pada bulan-bulan pertama revolusi, Herman Johannes saat itu berada di Jakarta.

Ia aktif membantu para pejuang menyelamatkan bahan-bahan peledak peninggalan Jepang yang terdapat di beberapa gudang penyimpanan.

Herman Johannes juga berperan dalam pengambilan bahan peledak di Cipatat, dekat Bandung, dan mengirimkannya sebagian ke Yogyakarta.

Pengetahuannya di bidang fisika dan kimia dimanfaatkan untuk merakit senjata api, di antaranya granat.

Pada November 1945, Herman Johannes pindah ke Yogyakarta.

Ia diserahi tugas dan tanggung jawab untuk membangun dan memimpin Laboratorium Persenjataan Markas Tinggi Tentara Keamanan Rakyat (MT TKR).

Oleh karena bekerja di lingkungan angkatan perang, ia diberi pangkat mayor.

Selain membina laboratorium ini, Herman Johanes juga disibukkan dengan tugas mengajar, antara lain di Akademi Militer, Sekolah Tinggi Teknik di Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Kedokteran di Klaten.

Pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua, ia ikut bergerilya bersama pasukan Taruna Akademi Militer.

Sesudah perang kemerdekaan berakhir, Johannes menanggalkan atribut militernya.

Ia kemudian bertekad untuk meneruskan pengabdian di dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi.

Namun, selama beberapa bulan dalam kabinet Natsir (September 1950 sampai April 1951), ia bertugas sebagai Menteri Pekerjaan Umum.

Dalam kabinet ini Herman Johannes mewakili Persatuan Indonesia Raya (PIR) yang ia ikut mendirikannya pada tahun 1948.

Pengabdian Johannes di dunia perguruan tinggi lebih banyak berlangsung di Universitas Gadjah Mada.

Jabatannya dimulai sebagai Dekan Fakultas Teknik, kemudian sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam (FIPA), dan terakhir sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada sejak 1961 sampai 1966.

Berdirinya FIPA juga merupakan berkat gagasan Herman Johannes.

Selain di bidang teknik, Herman Johannes juga menaruh perhatian yang besar di bidang ketenagaan, mula-mula pada tenaga atom, kemudian energi pada umumnya.

Khusus mengenai tenaga atom, dua kali ia mengikuti konferensi internasional sebagai anggota delegasi Indonesia, yakni di Jenewa tahun 1955 dan Tokyo tahun 1957.

Di bidang energi, ia mengkhususkan perhatian pada masalah minyak bumi.

Dengan perkiraan bahwa deposit minyak bumi semakin lama semakin berkurang, ia mengadakan penelitian untuk mencari bahan pengganti.

Ia menemukan bahwa ilalang dapat dijadikan alternatif pengganti bensin.

Meski berlatar belakang pendidikan eksakta, ternyata Herman Johannes juga menaruh perhatian di bidang noneksakta, khususnya bahasa.

Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi anggota Komisi Istilah di bawah pimpinan Sutan Takdir Alisyahbana.

Pada 1972-1978, ia menjadi anggota Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia.

Di samping kegiatan sebagai peneliti dan kegiatan di perguruan tinggi, Herman Johannes juga sering terlibat dalam kegiatan kenegaraan.

Pada 1957 sampai 1959 ia menjadi anggota Dewan Nasional.

Tugas sebagai anggota Dewan Perancang Nasional dijalaninya selama empat tahun (1958-1962).

Selanjutnya, selama sepuluh tahun sejak 1968 sampai 1978 ia bertugas pula sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Tugas lain ialah sebagai anggota Komisi Empat dalam rangka pemberantasan korupsi.

Herman Johannes meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1992 di Yogyakarta, ia merupakan ilmuwan yang menguasai beberapa bidang ilmu di samping ilmu yang secara khusus didalaminya di sekolah dan perguruan tinggi.

Pengabdiannya kepada bangsa dan negara tidak terbatas hanya pada bidang keilmuannya, tetapi juga meliputi bidang lain.

Herman Johannes pernah aktif di bidang politik dan di lingkungan militer.

Sebagai ilmuwan, ia menghasilkan lebih dari 150 karya tulis, baik yang berbentuk buku maupun artikel.

Organisasi

  • Christen Studenten Vereniging (CSV), Bandung, 1934
  • Indonesische Studenten Vereniging (ISV), Bandung, 1934
  • Timorese Jongeren/Ketua Perkumpulan Kebangsaan Timor (PKT), Bandung, 1934
  • Anggota, Angkatan Muda Pegawai Republik Indonesia (AMPRI), Jakarta, 1945
  • Ketua, Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (GRISK), 1947
  • Partai Indonesia Raya (PIR) 1948
  • Ketua, Yayasan Hatta, 1950–1992
  • Pernah menjadi Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), 1958-1961, 1973-1981
  • Pernah menjadi Ketua Legiun Veteran Yogyakarta
  • Pernah menjadi pengurus Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Pusat
  • Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

Penghargaan

Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan beliau di pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp 100.

Adapun beberapa penghargaan lain yang dianugerahkan kepadanya di antaranya:

  • Bintang Gerilya, 1958
  • Satya Lencana Perjuangan Kemerdekaan, 1961
  • Satya Lencana Wirakarya, 1971
  • Bintang Mahaputra, 1973
  • Doktor Honoris Causa, UGM, 1975
  • Bintang Legiun Veteran RI, 1981
  • Anugerah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 1991
  • Pahlawan Nasional, 2009

Karya Tulis (Sebagian)

  • Zarrah-zarrah Fisika Modern, (Jajasan Fonds Universitit Negeri Gadjah Mada, 1953)
  • Pantjasila Seichtisar dalam Kata-Kata Bung Karno, (Universitas Gadjah Mada, 1963)
  • Teknik Squeeze dalam Bridge, (PT Indira, Jakarta, 1970)
  • Pengantar Matematika untuk Ekonomi, (bersama Budiono Sri Handoko; Pustaka LP3ES, Jakarta 1974)
  • Gaya Bahasa Keilmuan, (Universitas Gadjah Mada, 1979)
  • Membina Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa yang Ilmiah, Indah dan Lincah, (Universitas Gadjah Mada, 1980)
  • Kamus Istilah Ilmu dan Teknologi, (PT Indira, Jakarta, 1981)
  • Aneka Teknik Sepit, (Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1989)

(TribunnewsWIKI/Widi Hermawan)

Artikel ini telah tayang di TribunnewsWiki dengan judul: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional : Prof Dr Ir Herman Johannes

ARTIKEL POPULER:

Baca: Profil Siti Walidah - Pahlawan Nasional

Baca: Profil Silas Papare - Pahlawan Nasional

Baca: Profil Andi Djemma - Pahlawan Nasional Datu Kerajaan Luwu

TONTON JUGA:

Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Video Production: Panji Yudantama
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved