Senin, 12 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Profil Silas Papare - Pahlawan Nasional

Kamis, 8 Agustus 2019 07:27 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM – Silas Ayari Donari Papare atau lebih dikenal Silas Papare merupakan seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional dari tanah Papua.

Kontribusi Silas Papare yang berlatar belakang sebagai seorang perawat dalam proses perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia tidak bisa diragukan.

Silas Papre adalah seorang pahlawan nasional yang berkontribusi besar dalam menyatukan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah Indonesia dari cengkraman kolonial Belanda.

Kehidupan Pribadi

Silas Papare lahir pada 18 Desember 1918 di Serui, Papua, di desa yang masih sepi dan tertutup dari daerah lainnya.

Hubungan dengan daerah luar, baru terbuka ketika Belanda mulai masuk ke Papua.

Saat itu, rakyat Papua hidup dalam keadaan miskin dan tertekan, meski begitu mereka mengimbanginya dengan kehidupan sederhana dan menerima apa adanya.

Silas Papare lahir di tengah keluarga yang sangat religious dan harmonis.

Ayah Silas Papare bernama Musa Papare, sedangkan ibunya bernama Dorkas Mangge.

Silas Papare dididik dengan nilai-nilai agama Kristen yang dianggap sebagai norma tertinggi yang dianut oleh sebagian rakyat Papua.

Silas Papare kemudian membina rumah tangga dengan seorang prempuan bernama Regina Aibui.

Dari pernikahan itu, keduanya dianugerahi Sembilan orang anak.

Dua di antaranya adalah Grace Rumansia Papare dan Musa Papare.

Meski harus hidup dengan berjuang melawan penjajah, namun Silas Papare selalu menyempatkan diri untuk membimbing anak-anaknya.

Istrinya Regina Aibui merupakan seorang ibu rumah tangga yang patut dicontoh dalam mendidik anak-anaknya dalam kondisi perjuangan yang selalu diliputi oleh rasa cemas dan diwarnai hidup dari satu penjara ke penjara lain.

Namun kesetian dan pengorbanan kepada nusa dan bangsa merupakan prinsip utama yang selalu dipegang.

Sampai meninggalnya pada 1979, Regina Aibui selalu setia mendampingi suami tugas ke Jakarta dalam memperjuangkan Provinsi lrian Barat maupun ke luar negeri dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Irian Barat. 

Silas Papare meninggal di Serui, Papua pada 7 Maret 1978.

Jenazah Marthin Indey dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Newi Serui, Serui, papua.

Riwayat Pendidikan

Berlatar belakang dari keluarga yang religius, Silas Papare sudah diberikan pendidikan tentang agama Kristen dari orangtuanya sebelum memasuki jenjang sekolah.

Silas Papare dan kebanyakan anak-anak di daerahnya belajar agama Kristen dari Zending-zending yang masuk ke Irian Jaya.

Silas Papare mulai belajar soal hakekat hidup melalui ajaran-ajaran Kristen.

Pelajaran agama ditekankan pada membaca dan menulis kitab suci Injil.

Sementara itu, pendidikan gereja dilakukan pada siang hari di rumah-rumah penduduk dan gereja-gereja.

Ketika malam hari, ayah Silas Papare, Musa Papare yang merupakan seorang petani sederhana menyempatkan diri mendidik anaknya melalui dongeng sebelum tidur.

Pendidikan kejiwaan yang ditanamkan secara tradisional sangat dirasakan sekali pengaruhnya oleh Silas Papare dalam menggeluti hidup.

Melalui ibunya Dorkas Mangge, ia dapat memahami pandangan hidup orang-orang Serui dan dari saudara-saudaranya ia dapat pengalaman tata cara bergaul dengan sesamanya.

Silas Papare kemudian menjalani pendidikan formal pertamanya di Volkschool atau Sekolah Desa di Serui.

Sekolh tersebut didirikan pada 1907 oleh pemerintah Gubernur Jenderal Van Heutz.

Silas Papare masuk Sekolah Desa ketika berumur Sembilan tahun dan tamat pada 1930.

Saat itu, lama menuntut ilmu di Sekolah Desa hanya tiga tahun dengan bahasa pengantarnya adalah bahasa daerah.

Tamat dari Volkschool, Silas Papare tidak langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Selama setahun pascalulus dari Sekolah Desa, Silas Papare menghabiskan waktunya untuk membantu orangtuanya sebagai petani.

Musa Papare yang merupakan orangtua berpikiran maju menyarankan supaya Silas Papare melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi supaya bisa menjadi pegawai negara atau pamong praja.

Namun karena melihat kondisi Serui yang memperihatinkan karena banyak penyakit mewabah mulai dari malaria, pes, dan kolera, membuat Silas Papare akhirnya memilh untuk melanjutkan ke sekolah juru rawat pada 1931 yang juga ada di Serui.

Silas Papare menyelesaikan pendidikannya di sana selama tiga tahun hingga ia telah memiliki keahlian pembedahan ringan dan merawat pasien seperlunya.

Saat itu, di Serui masih sangat sedikit orang-orang yang punya keahlian sebagai perawat kesehatan, sehingga keahlian Silas Papare sangat dibutuhkan oleh orang-orang Serui maupun Belanda.

Riwayat Karier

Selesai menyelesaikan pendidikannya di sekolah juru rawat, Silas Papare kemudian ditempatkan di Serui oleh Zending.

Sebagai anak yang masih polos dan belum ada cita-cita menjadi dokter, Silas Papare menjadi juru rawat di rumah sakit Serui hanya karena tuntutan keadaan dijajah Belanda dan alam yang ganas.

Di sana, Silas Papare menjadi juru rawat sampai 1936.

Ketika perusahaan minyak bumi NNGPM di Babo dibuka, Silas Papare kemudian dibawa sebagai tenaga medis di rumah sakit perusahaan minyak bumi tersebut.

Di perusahaan itu, Silas Papare bertemu dengan para tenaga medis dari Jawa dan Belanda.

Selama ditinggal Silas Papare, rumah sakit Serui mengalami kekurangan tenaga medis, sehingga pada 1940 Silas Papare kembali ditarik ke rumah sakit Serui.

Semasa menjadi juru rawat, Silas Papare dipercaya juga oleh Belanda untuk menjadi tenaga intelijen.

Meski tidak punya latar belakang pendidikan militer secara khusus, namun Silas Papare dianggap memiliki penguasaan medan yang bagus.

Prestasinya, Silas Papare berhasil mengeluarkan rakyat Indonesia dari hutan semasa pendudukan Jepang di Serui, Biak, dan Manokwari.

Atas keberhasilan itu, Belanda memberikan penghargaan berupa bintang perunggu yang diberikan oleh Koningin Wilhelmina di London pada 5 April 1945.

Pada masa pendudukan sekutu dan Belanda sesudah perang dunia II, berkat pengabdian di bidang intelijen, Silas Papare kemudian diangkat menjadi tntara sekutu dengan pangkat sersan Persteklas.

Silas Papare berkarier di bidang militer hingga 1945.

Berkat keberhasilannya membantu sekutu melawan Jepang di Irian Jaya, Silas Papare kemudian mendapat penghargaan dari bagian OPS Perang Pasifik dari Biro Intelijen Tentara Sekutu yang ditandatangani oleh GA Willongby, Mayor Jenderal US Army pada 31 Oktober 1945.

Sejak sekutu meninggalkan Papua dan digantikan oleh Belanda, Silas Papare tidak lagi menjadi tentara.

Silas Papare kembali menjadi seorang tenaga medis di Serui.

Pada 1945, Silas Papare diangkat sebagai Kepala Rumah Sakit Zending di Serui.

Hubungan Silas Papare dengan kawan-kawannya di Jawa membuatnya sering pergi ke Jakarta untuk merebut kemerdekaan.

Sembari berjuang, Silas Papare juga mengabdikan dirinya di kantor Kementerian Kesehatan Kota Praja Jakarta Raya sebagai seorang tenaga Medis.

Sebelum proklamasi kemerdekaan diumumkan, Irian barat telah dibebaskan oleh tentara sekutu dari kekuasaan bala tentara Jepang.

Pada saat tentara Sekutu melakukan pembebasan Irian barat, ikut pula Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA, Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) bersama pasukannya.

Tak pelak jika pada kemudian hari NICA menguasai Irian Barat meski sudah Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan.

Di lain sisi, rakyat Irian Barat justru sudah mendengar berita proklamasi kemerdekaan melalui radio dan pamflet-pamflet yang dikirim oleh orang-orang Indonesia di Australia, yang tergabung dalam Political Axile Association.

Hal tersebut terbukti dengan munculnya perlawanan yang dilakukan rakyat Irian Barat, yaitu dengan mendirikan organisasi-organisasi seperti Komite Indonesia Merdeka (KIM), dan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) yang didirikan oleh Silas Papare.

Pada 25 Desember 1945, Silas Papare dan beberapa kawannya berupaya mengajak pemuda-pemuda Irian yang tergabung dalam Batalyon Papua untuk bergabung dan memberontak terhadap Belanda.

Sayangnya, rencana tersebut bocor ke telinga Belanda, sehingga Silas Papare ditangkap dan dipenjarakan di Serui, Jayapura.

Ketika menjalani masa tahanan di Serui, Silas berkenalan dengan dr Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi yang diasingkan oleh Belanda ke tempat yang sama.

Perkenalannya tersebut semakin menambah keyakinan Silas bahwa Papua harus bebas dan bergabung dengan Republik Indonesia.

Akhirnya setelah keluar, Silas Papare mendirikan PKII yang membuatnya kembali ditangkap dan dipenjara oleh Belanda di Biak.

Namun Silas Papare kemudian berhasil melarikan diri menuju Yogyakarta.

Pada Oktober 1949, Silas Papare mendirikan Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta dalam rangka membantu pemerintah Republik Indonesia untuk memasukkan wulayah Irian Barat ke dalam wilayah RI.

Silas Papare kemudian ditunjuk menjadi salah seorang delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York pada tanggal 15 Agustus 1962 yang mengakhiri perseteruan antara Indonesia dan Belanda perihal Irian Barat.

Perjanjian itu ditindaklanjuti dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969, di mana rakyat Irian Barat memilih bergabung dengan NKRI.

Karier terakhir Silas Papare adalah sebagai anggota DPRS yang menggantikan Dr Radjiman Widiodiningrat dengan SK. Presiden RI No. 61 tahun 1954.

Tahun 1956 Silas Papare diangkat sebagai anggota DPR untuk mewakili rakyat lrian Jaya dengan SK. Presiden RI No. 143 tanggal I Agustus 1956.

Pada tahun yang sama, Silas Papare diangkat sebagai anggota Dewan Perancang Nasional Sementara Republik Indonesia dan anggota MPRS.

Silas Papre pensin sebagai seorang wakil rakyat pada tahun 1960.

Pada 7 Maret 1978, pejuang dari ujung timur Indonesia itu menghembuskan napas terakhirnya.

Untuk menghormati segala jasa-jasanya, Silas Papare dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres No. 077/TK/1993 pada 14 September 1993.

Bahkan, sebuah kapal perang milik TNI AL mendapat kehormatan menggunakan nama KRI Silas Papare yaitu sebuah korvet kelas Parchim, yang dibuat untuk Volksmarine/AL Jerman Timur pada akhir 70-an.

Penamaan tersebut menurut Pakta Warsawa adalah Project 133.

(TribunnewsWIKI/Widi Hermawan)

ARTIKEL POPULER:

Baca: Profil Otto Iskandardinata - Pahlawan Nasional di Bidang Politik

Baca: Profil Lambertus Nicodemus Palar - Pahlawan Nasional

Baca: Profil Frans Kaisiepo - Pahlawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia

TONTON JUGA:

Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Video Production: Panji Yudantama
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved