Minggu, 11 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Profil Abdurrahman Baswedan - Pahlawan Nasional Aktivis Pejuang Kemerdekaan

Senin, 5 Agustus 2019 09:23 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM - Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan adalah tokoh peranakan Arab-Indonesia yang menjadi wakil Badan Usaha Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Tokoh pejuang kemerdekaan yang juga seorang wartawan, politikus, diplomat dan budayawan ini lahir di Surabaya pada 9 September 1908 dan wafat di Jakarta, 16 Maret 1986.

Meskipun peranakan Arab, AR Baswedan memiliki logat khas bahasa Jawa Surabaya.

AR Baswedan menjadi pelopor bagi orang-orang keturunan Arab untuk ikut bersatu membantu perjuangan Indonesia.

Selain itu, ia juga turut membantu anggota diplomatik Indonesia dalam proses pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir.

Abdurrahman Baswedan juga merupakan kakek dari Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta periode 2017 – 2022.

Sempat diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Yogyakarta sejak 2010, Abdurrahman Baswedan dikukuhkan menjadi pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (8/11/2018).

Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Pekerjaan

Lahir di Kawasan Ampel, Surabaya yang merupakan daerah dengan populasi kaum Hadrami terbesar di Hindia Belanda.

Kakek dari Abdurrahman Baswedan adalah Umar bin Muhammad bin Abdullah (1842-1911) yang bermigrasi dari Hadramaut, Yaman ke Hindia Belanda.

Umar menikahi Aliyah seorang perempuan asal Bangil.

Pernikahannya menghasilkan 10 anak, yang salah satunya adalah Awad yaitu ayah dari Abdurrahman Baswedan.

Kaum Hadrami yang melakukan migrasi sebagian besar datang tanpa membawa istri.

Mereka menikahi perempuan lokal dan mempunyai anak di Indonesia.

Pada umur 6 tahun, AR Baswedan belajar di Madrasah Al Khairryah di Ampel, Surabaya.

Namun karena perlakuan diskriminatif, ayahnya memindahkannya ke Madrasah Al Maa’rif.

Selain itu, AR Baswedan juga turut bersekolah di Madrasah Al-Irsyad di Batavia.

Karena ayahnya sakit, AR Baswedan kemudian meneruskan pendidikannya di Hadramaut School, Surabaya dengan asuhan Sayyid Muhammad bin Hashim yaitu editor Hadramau Courant dan Al-Bashir, majalah berbahasa Arab pertama di Hindia Belanda.

Tribunnewswiki.com mengumpulkan beberapa sumber terkait pekerjaan yang sempat dilakukan oleh AR Baswedan antara lain:

  • Redaktur harian Sin Tit Po
  • Soeara Oemoem
  • Redaktur Mata Hari
  • Pimpinan Majalah Sadar
  • Wakil Peranakan Arab di BPUPKI
  • Anggota KNIP
  • Menteri Muda Penerangan Kabinet Sutan Syahrir III
  • Anggota Misi Diplomatik di Kairo, Mesir terkait perjuangan pengakuan dunia internasional atas kemerdekaan Indonesia.
  • Dewan Dakwah Islamiyah di Yogyakarta
  • Persatoean Arab Indonesia

AR Baswedan pernah mengumpulkan 40 tokoh Peranakan Hadrami dari berbagai macam latar belakang dalam rangka mendiskusikan sikap mereka terhadap perjuangan kemerdekaan.

Mereka berkumpul di rumah Said Bahilul di Kampung Melayu, Semarang, 4 Oktober 1934.

Selain bicara soal kemerdekaan, mereka berdiskusi perihal usaha penyelesaian gesekan internal yang terjadi antara dua organisasi Islam yaitu Al – Irsyad dan Ar-Rabithah.

Tanggal 5 Oktober 1934, berdasarkan diskusi dan persiapan, AR Baswedan dan partisipan diskusi tersebut mendirikan Persatoean Arab Indonesia (PAI).

PAI yang dibentuk bertujuan untuk mendorong kaum Hadrami keluar dari batas-batas kesukuan dan menerima Indonesia sebagai tanah aiar dan budaya Indonesia sebagai budaya mereka selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

PAI yang didirikan salah satunya oleh AR Baswedan kerap dipandang sebelah mata namun konsisten dalam pergerakan di Indonesia.

Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pernah menerima anggota PAI sebagai bagian dari gerkan mereka serta menginstruksikan beberapa pimpinan cabang PAI dalam konferensi GAPI.

Di antara tahun 1934- 1935, AR Baswedan berkeliling di Hindia Belanda untuk meyakinkan kaum Hadrami yang tersebar tentang tujuan PAI.

Namun demikian, hal tersebut mendapat hambatan dari kuatnya resistensi kalangan Hadrami sehingga tidak berjalan dengan leluasa.

Hingga sampai tahun 1940, telah berdiri 45 cabang PAI di berbagai kota di Indonesia.

PAI menerbitkan dua majalah yaitu bernama Insaf dan Majalah Sadar yang dipimpin oleh AR. Baswedan.

Pemikiran

AR Baswedan mengakui terdapat sekat-sekat di kaum Hadrami di Hindia Belanda saat itu yang secara umum terbagi menjadi dua kelompok yaitu, Al-Irsyad (non-sayid, 1915) dan Ar-Rabithah Al-Alawiyah (sayid, 1928)

Perselisihan Organisasi Arab di Indonesia

Dua kelompok ini berseberangan karena pada awalnya dipicu tradisi dan berlanjut pada urusan politik dan lainnya.

Perbedaan tersebut seringnya diakhiri dengan perkelahian bahkan pembunuhan.

Selain itu, AR Baswedan juga turut berkomentar terkait perselisihan antara golongan Arab Peranakan (muwallad) dengan Arab totok / asli (wulaiti).

Menurutnya, golongan muwallad sering diejek dan dipandang sebelah mata karena tidak asli atau setengah Arab.

Golongan muwallad ini pada dasarnya lahir dari perkawinan campuran di Indonesia.

Mereka berpandangan bahwa Indonesia adalah tanah air.

Golongan muwallad juga membangun stigma kepada golongan wulaiti sebagai golongan yang tinggi hati, eksklusif, dan sulit membaur.

Sedangkan golongan wulaiti dianggap sering mengejek golongan muwallad karena setengah Arab.

Kemudian, mereka berpandangan bahwa Hadramaut adalah tanah air mereka dan Indonesia sebagai tempat singgah sementara (al-mahjar)

Dalam segi kebudayaan, golongan ini tetap teguh dalam prinsip kearaban mereka.

AR Baswedan yang lahir dari golongan muwallad mengatakan bahwa ia bangga terhadap daerah Hadramaut, namun demikian ia menyatakan bahwa mengenal dunia di luar daerahnya justru lebih memperluas cakrawalanya.

"Saya dahulu terlalu dekat sekali melihat tangan saya sendiri! Saya taruh di muka kedua belah mata saya, maka akhirnya selain saya tidak bisa betul melihat jari-jari saya, saya juga tertutup daripada pemandangan dunia yang luas yang ada di muka saya. Setelah saya menjauhi pergaulan kampung Arab dan pergerakan Arab tak lagi menyendiri, maka terbitlah perasaan dan anggapan itu sehingga saya dapat melihat sesuatu dengan nyata dan obyektif," tutur Baswedan kepada Hoesin Bafagieh, seperti dikutip dari buku Nabiel A. Karim Hayaze berjudul A.R. Baswedan: Revolusi Batin Sang Perintis (2015) dalam Tirto, (14/11/2018).

AR Baswedan menegaskan bahwa terdapat pengelompokan yang bersifat eksklusif yang terjadi dalam organisasi perkumpulan Arab.

Ia berkomentar: "Bila merujuk kepada apa yang diajarkan Islam, tiap-tiap manusia pada dasarnya tidak memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Satu hal yang membedakan manusia hanyalah amal ibadahnya," kata AR Baswedan dalam artikel di Tirto "Sejarah Pemikiran A.R. Baswedan: Dalam Islam, Semua Manusia Setara".

Kedaulatan Indonesia

Dalam salah satu Konferensi PAI, AR Baswedan menyatakan bahwa PAI tetap mengakui Indonesia sebagai tanah airnya.

“Arab Indonesia, sebagai umat baru yang mempunyai perasaan yang tidak berbeda dari rakyat Indonesia, tentu saja tidak akan menghadapi pergerakan ini hanya sebagai penonton [...] PAI dalam perkara ini pun tidak ingin ketinggalan, sebab PAI juga merasa ada kewajiban buat membela tanah airnya, kalau perlu dengan memanggul senapan!" kata Baswedan, seperti ditulis Tirto, (14/11/2018) yang mengutip Aliran Baroe (No. 9, April 1939).

Cara Berpakaian

Dalam persoalan berpakaian AR Baswedan juga mengkritik mayoritas komunitas Hadramaut yang sering meniru cara berpakaian ala Mesir dan Turki.

Selain itu, AR Baswedan juga mengkritik penggunaan hijab panjang pada perempuan yang ia anggap berlebihan dan tidak sesuai dengan tradisi Indonesia.

AR Baswedan juga kerap menyuruh menggunakan songkok bagi laki-laki yang biasa dikenakan tokoh nasionalis di Indonesia.

Namun hal ini tidak berjalan lancar karena mayoritas kaum Hadrami memandang songkok dan blangkon akan menurunkan derajat mereka.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)

ARTIKEL POPULER:

Baca: Profil Abdul Halim - Pahlawan Nasional

Baca: Profil Frans Kaisiepo - Pahlawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Baca: Profil Adnan Kapau Gani - Pahlawan Nasional

TONTON JUGA:

Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Video Production: Panji Anggoro Putro
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved