Rabu, 14 Mei 2025

Terkini Daerah

Kisah Penumpang Korban Kecelakaan Maut Ciater, Rela Jadi Kuli Pasir Demi Ikut Acara Perpisahan

Senin, 13 Mei 2024 22:44 WIB
Tribunnews.com

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru.

TRIBUN-VIDEO.COM - Cerita pilu datang dari dua korban tewas kecelakaan maut bus di Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2924).

Mereka adalah Mahesya Putra dan Dimas Aditya, siswa SMK Lingga Kencana, Depok.

Rumah mereka hanya berjarak sekira 50 meter di Jalan Parung Bingung, Kecamatan Pancoranmas, Depok.

Sebelum tewas kecelakaan, Dimas dan Mahesya begitu antusias mengikuti acara perpisahan sekolahnya.

Bahkan, mereka rela menjadi kuli pasir demi membayar acara perpisahan Rp 800 ribu.

"Dia (Dimas) tuh jadi kuli pasir sama temannya (Mahesya)."

"Dia tuh juga cari uang jajan apa saja sama buat nambahin berangat ke acara wisuda di Bandung," kata Mariah, Bibi Dimas, dilansir TribunnewsDepok.com.

Baca: Video Detik-detik Korban Tersambar Ledakan Balon Udara Ponorogo, Percikan Api & Asap Tebal Bak Kilat

Semasa hidup, Dimas dikenal sebagai pribadi yang baik.

Ia merupakan anak ketiga, tapi berbeda ayah dari dua kakaknya.

Di usianya yang masih belia, Dimas harus menggantikan perang sang ayah yang telah meninggal empat tahun lalu.

Ia pun ingin segera lulus dan bekerja untuk membantu adik-adiknya yang masih kecil.

Dia juga berkeinginan untuk kuliah sambil bekerja.

"Dimas pengen sekolah yang benar, ia ingin lulus terus kerja karena masih punya dua adik yang kecil-kecil," ungkap Mariah.

Selain Dimas, kecelakaan maut itu juga merenggut nyawa temannya, Mahesya.

Sama seperti Dimas, Mahesya juga dikenal sebagai pribadi yang baik.

"Dia itu anaknya baik, sama teman di sekitarnya juga Alhamduillah banyak yang suka," kata ibu Mahesya, Rosdiana.

Menurut Rosdiana, anak laki-lakinya itu tak pernah malu meski semasa hidup kerap banting tulang membantu perekenomian keluarga.

Baca: Surat Edaran Study Tour Pemprov Jabar Imbas Kecelakaan Bus di Ciater, Hanya Boleh di Dalam Kota

Bahkan, Mahesya rela menjadi kuli panggul.

Kemauan kerasnya itu lantaran adik-adiknya putus sekolah akibat tak memiliki biaya.

Uang dari hasil kuli panggul itu juga dibagi dengan sang ibu.

"Saya sih sebenarnya gak mau, 'enggak a buat aa aja', saya bilang gitu, 'enggak bu ini separo aja ama ibu', gitu," tuturnya.

Kini setelah Mahesya tiada, Rosdiana menyebut kondisi keluarganya terpuruk.

Ia harus menghadapi kenyataan pahit setelah sang anak yang menjadi tulang punggung keluarga meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Sangat kehilangan, berat banget. Memang dia itu tulang punggung keluarga."

"Dia juga tahu ayahnya gimana, ayahnya gak ini sama saya sama dia juga kurang, ya jadinya begitu," terangnya.

Rosdiana menuturkan, Mahesya sempat berkeinginan untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja.

"Mau kuliah sambil kerja katanya, 'pokoknya ibu tenang aja, adik-adik nanti semua aa yang bayarin, pokoknya ibu tenang aja di rumah gak usah kerja', gitu kata dia," pungkasnya.

Sebagai informasi, kecelakaan maut bus rombongan SMK Lingga Kencana itu mengakibatkan 11 korban tewas.

Dari jumlah itu, 9 di antaranya merupakan siswa, satu orang guru, dan satu lainnya pemotor yang ditabrak bus.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Mahesya dan Dimas, Korban Bus Maut di Subang, Rela Jadi Kuli Pasir Demi Ikut Acara Perpisahan

#smklinggakencana #ciater #subang #jabar #regional #kecelakaan #lakamaut #bus

VP :ASM

Editor: Dimas HayyuAsa
Video Production: ahmadshalsamalkhaponda
Sumber: Tribunnews.com

Tags
   #kecelakaan   #Ciater   #Subang   #SMK Lingga Kencana

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved