Asal Mula Berdirinya Deretan Warung Bolong di Mal Kemang Village

TRIBUN-VIDEO.COM - Tembok pembatas antara Mal Kemang Village dan permukiman padat RT 011 RW 005 Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, menjadi berkah bagi warga sekitar.

Potret kehidupan warga yang terlihat jomplang itu memang memberi kesan antara si kaya dan si miskin.

Namun, berkat tembok itu lah, warga sekitar diberikan peluang membuka warung makan meski hanya melalui sebuah lubang kecil.

Baca: Unggah Foto Blusukan Bersama Warga Kemang, Luna Maya Ternyata Baru Ditunjuk Jadi Ketua RT

Kemang terkenal dengan perumahan elit. Di sekitar mall Kemang Village, banyak berdiri rumah-rumah megah.

Di antara pemandangan itu, terselip permukiman padat di dekat mall.

Baca: Menilik Warung Bolong Samping Mal Kemang Village, Penyelamat Perut-perut Orang Keroncongan

Saya menyusuri akses masuk ke permukiman itu melalui gang sempit yang terletak di samping gerbang masuk mall.

Di sepanjang jalan yang hanya bisa dilalui motor itu, terlihat banyak tempat usaha berdiri.

Ada warung makan, penyewaan tempat parkir hingga kontrakan karyawan.

Usaha warga mulai kembali berderap.

Di dekat pagar pembatas mal, terlihat banyak deretan warung makan.

Namun, tidak ada pintu bagi pengunjung untuk masuk ke dalam warung.

Terlihat hanya ada satu lubang pada dinding untuk melayani pembeli.

Beberapa julukan disematkan kepada warung makan ini. Ada yang menyebutnya warung bolong, warbol bahkan kantin penjara.

Soalnya, lubang itu menjadi tempat transaksi pembeli.

Gorengan, nasi rames, minuman saset hingga rokok dibeli melewati lubang itu.

Tangan pembeli maupun penjual saling bertemu.

Pembatas antara dua wilayah itu dilapisi dua tembok. Tembok pertama berasal dari pihak mal, tembok kedua dari rumah warga.

Dari empat warbol yang disambangi, hanya satu warga yang menjual khusus minuman saset, gorengan dan mie ayam.

Ketiga warbol lainnya turut menjual nasi rames dengan beraneka macam lauk yang disediakan.

Ketiga warbol ini juga memiliki masing-masing ruang dapur sederhana berdindind asbes yang terletak berdampingan dengan warung.

Di salah satu dapur terlihat sejumlah panci dan wajan penggorengan dengan alas gosong digantung pada dinding seng. Wadah berisi bawang putih yang sudah dikupas dan cabai potong juga digantung.

Ember, air galon dan mesin cuci turut menghiasi ruang dapur itu.

Setiap subuh, mereka memasak aneka lauk di dapur. Ketika fajar merekah, aneka macam lauk itu sudah tersaji di samping lubang.

Para karyawan mal biasanya langsung mengincar segelas kopi dan gorengan yang diletakkan di mulut lubang.

Riyan (48), salah satu penjual, mengatakan gorengan yang dijualnya pernah habis sampai 1.000 buah.

Nafsiyah (50), penjual warbol pertama, tak hanya mengandalkan warung sebagai mata pencahariannya.

Berkat hasil dari jualan di warbol, ia bisa bangun kosan 12 pintu. Sebagian besar penghuni merupakan karyawan mal.

"Dulu ini masih rumah orangtua. Setelah meninggal, rumah ini dibongkar dan diratain kemudian dijadikan kos-kosan 12 pintu. Enam bawah enam atas," jelasnya.

Suaminya, Jefri (49) turut membuka warung nasi padang di dekat permukiman itu lantaran banyak karyawan mal yang nge-kos di sana.

Meski terlihat kontras, kehidupan warga sekitar berubah semenjak mal itu berdiri.

Adanya 'simbiosis mutualisme' ini membuat warga bantaran mal kecipratan rezeki.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Menengok Deretan Warung Bolong di Kemang: Berkah Bangun Usaha di Samping Gemerlap Mal

# warung bolong # kantin penjara # mal kemang # warung di mal kemang # kemang # kawasan kemang # kawasan elite kemang