Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru.
TRIBUN-VIDEO.COM - Polemik dugaan pemotongan uang kompensasi sopir angkot Puncak terus bergulir dan masih menjadi sorotan.
Pasalnya, baru-baru ini Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengunggah video di media sosialnya saat berbincang dengan Ketua Kelompok Kerja Sub Unit (KKSU) Cisarua, Nandar yang menerima uang dari sopir angkot.
Dalam kesempatan itu, Nandar menjelaskan bahwa awalnya ia mendapat perintah dari Sektretaris DPC Organda Kabupaten Bogor, Haryandi Afandi untuk mendata dan mengumpulkan sopir angkot yang akan menerima insentif.
Baca: Awalnya Ngotot ke Sopir Angkot, Viral Dadang Kosasih Nangis Ditelepon Dedi Mulyadi soal Kompensasi
Perintah itupun dijalankan olehnya selama sehari semalam bahkan hingga tidak tidur demi mensukseskan kebijakan yang bertujuan untuk mengantisipasi kemacetan horor di jalur Puncak saat libur lebaran 2025.
Karena tidak ada anggaran operasional, ia pun mengaku mendapat arahan lain dari Haryandi Afandi untuk melakukan koordinasi dengan sopir angkot.
Koordinasi di sini adalah mengumpulkan uang dari para sopir angkot yang telah menerima kompensasi sebesar Rp1 juta dalam bentuk cash dan Rp500 ribu berupa paket sembako.
Nandar menyebut, uang pungutan yang diminta oleh Haryandi Afandi jumlahnya berkisar Rp200 ribu dari tiap sopir angkot.
Baca: VIRAL Dishub Dadang Kosasih Nangis Ditelepon Dedi Mulyadi Soal Kompensasi Sopir Angkot
Sementara itu, Sektretaris DPC Organda Kabupaten Bogor, Haryandi Afandi mengakui bahwa awalnya ia meminta bantuan Nandar selaku pengurus angkot di jalur Puncak untuk melakukan pendataan.
Haryandi Afandi juga mengatakan telah menjelaskan kepada Nandar bahwa program yang akan dijalankan ini tidak memiliki anggaran operasional.
Maksud dari penjelasan Haryandi Afandi tersebut adalah agar Nandar tidak meminta pertanggungjawaban kepadanya atas keringatnya mendata sopir angkot yang akan menerima bantuan.
"Akhirnya kami sampaikan juga kepada Pak Nandar silakan berkoordinasi dengan teman-teman pengemudi untuk saling berkontribusi dalam mensukseskan kegiatan tersebut, jelaskan kepada mereka (sopir angkot) kita tidak ada anggaran dari mana-mana," ujarnya kepada wartawan seraya menirukan perbincangannya saat itu.
"Jadi tolong pengertiannya secara sukarela memberikan kontribusi kepada tim yang bekerja di lapangan, tim yang mendata yang mengkondisikan dari lokasi Cisarua sampai di lokasi terjadinya pemberian kompensasi, tolong kontribusinya dengan cara yang sukarela, saya sampaikan kepada Pak Nandar," tambahnya.
Baca: Terungkap! Ini Modus Licik Nandar Tayana saat Pungli Uang Kompensasi ke Sopir Angkot
Setelah para sopir angkot tersebut menerima kompensasinya, Nandar pun mendatangi Haryandi lalu menyerahkan uang sebesar Rp8 juta yang dihimpun dari kontribusi para sopir angkot yang disebutnya sebagai ucapan terimakasih kepada pengurus.
Saat itu, kata dia, uang tersebut dibagi dua dengan besaran Rp4,5 juta untuk enam pengurus Organda Kabupaten Bogor, dan sisanya Rp3,5 juta diberikan kembali kepada Nandar yang datang bersama timnya berjumlah tiga orang.
Haryandi Afandi mengatakan, uang tersebut digunakan untuk biaya operasional seluruh tim yang terlibat dalam melakukan pendataan sehingga sopir angkot bisa menerima kompensasi.
"Tim saya ada lima ditambah saya satu jadi berenam. Jadi ya uang tersebut untuk biaya operasional selama dua hari berturut-turut karena kami betul-betul tidak ada mendapatkan anggaran dari pihak manapun juga dalam kegiatan tersebut," terangnya.
Ia pun menegaskan jika tidak ada pemotongan terhadap uang kompensasi sopir angkot yang diliburkan selama satu pekan tersebut.
Haryandi Afandi mengatakan jika uang kompensasi yang diberikan oleh Dishub Jabar itu langsung diterima secara penuh oleh para sopir angkot di Cibinong.
"Mereka (sopir angkot) berpartisipasi secara sukarela, ucapan terima kasih, boleh dikatakan dari anggota kepada pengurusnya yang telah membantu memfasilitasi. Kalau ada berita begitu (pemotongan Rp200 ribu) juga pasti hasilnya akan fantastis, akan banyak, besar gitu kan," katanya.
Setelah kejadian ini viral di media sosial, Haryandi Afandi pun mengembalikan uang sebesar Rp8 juta tersebut kepada pemiliknya.
Ia pun mengaku mengeluarkan uang tersebur dari kantong pribadinya tanpa menarik kembali uang yang telah dibagikan kepada timnya agar persoalan ini cepat terselesaikan.
"Yang saya berikan kepada mereka (tim) bukan uang jago atau uang japuk, tapi betul-betul uang yang uang keringet yang memang mereka di mata saya (bekerja) langsung bukan katanya, dihadapan mereka saya bekerja dari pagi sampai sore selama dua hari berturut-turut. Jadi itu bener-bener uang keringat," pungkasnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.