MOMEN PKL dan Pegawai Hibisc Bogor Adu Nasib ke Dedi Mulyadi, Gubernur Jabar Singgung Tanam Pohon

Editor: Aditya Wisnu Wardana

Video Production: ahmadshalsamalkhaponda

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru.

 

TRIBUN-VIDEO.COM - Pedagang kaki lima (PKL) Puncak korban gusuran mengadu nasib dengan pegawai Hibisc Fantasy Bogor.

Pedagang sejak lapaknya digusur Satpol PP Kabupaten Bogor tak punya lagi pekerjaan.

Sedangkan pegawai Hibisc Fantasy Bogor, mengaku warungnya juga digusur, lalu rumahnya kebanjiran dan kini kehilangan pekerjaan.

Momen PKL Puncak dan pegawai Hibisc Fantasy adu nasib terjadi di depan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Awalnya seorang pedagang mencegat Dedi Mulyadi yang hendak naik mobil.

"Saya mau menanyakan, PKL yang dibongkar, warung yang di Puncak. saya kan udah lama nih udah setahun ini menganggur, semua rekan-rekan saya," katanya.

Baca: Sempat Marah! Dedi Mulyadi Sampai Pinjam Uang Anak Untuk Bantu Ratusan Karyawan Hibisc Bogor

Dedi Mulyadi mengatakan ia akan dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.

"Tidak semuanya harus provinsi, ada juga yang menjadi tugas bupati wali kota. Nanti biar bupati yang mencari solusi buat bapak, nanti bareng dengan provinsi," kata KDM (Kang Dedi Mulyadi.

Baru akan melaju, Dedi Mulyadi kembali didatangi sekelompok pegawai Hibisc Fantasy Puncak Bogor.

Mereka menagih janji yang diucap KDM pada tanggal 7 Maret 2025 lalu.

Dedi berjanji akan membayarkan gaji pegawai pada tanggal 27 Maret 2025.

Namun sebelum menepati janji, KDM meminta para pegawai ini untuk membantu menanam pohon lebih dulu.

"Ini kan saya sudah kasih tahu ke anda, bantu nanam pohon, saya kasih bantuan asal mau bantu nanam pohon," kata Dedi.

"Tapi disini ada videonya," timpal pegawai.

Dalam video Dedi Mulyadi tidak menyertakan syarat untuk menanam pohon demi bisa mendapat kompensasi atas pembongkaran Hibisc Fantasy.

"Bukan urusan videonya, saya membantu kompensasi anda yang nganggur disini tapi saya minta tanggung jawab moral anda, bantu nanam pohon di sini. Anda gak mau bantu nanam satu pohon ?" kata Dedi Mulyadi dengan nada tinggi dan melotot.

Baca: Pantas Saja Ngamuk! Kini Terkuak Alasan Dedi Mulyadi Ngamuk saat Ditagih Janji oleh Massa: Tak Suka!

"Kita pasti mau bantu di video itu janji hari ini," timpal pegawai.

"Sampai sata ini anda belum nanam pohon," kata KDM.

"Karena gak ada pemberitahuan," kata pegawai.

"Lho saya sudah nugasin," kata Dedi Milyadi.

Di tengah perdebatan, PKL yang tadi awal kembali muncul.

"Maaf yah dek, adek saya nih yang kena bongkaran warung apa saya ada dapat ganti rugi, gak kan ?" kata pedagang.

Pegawai Hibisc Fantasy lantas menimpalinya dengan mengadu nasib.

"Pak saya warung dibongkar, rumah kebanjiran, sekarang pekerjaan hilang. Kalau mau ngadu nasib mah jangan gitu," kata pegawai.

Ia lalu dipanggil Dedi Mulyadi.

"Anda warung dibongkar, rumahnya kebanjiran, saya datang mengeluarkan dana pribadi agar tidak kebanjiran lagi agar tidak ada musibah lagi, kalau mau nyalahin bukan sama saya, sama orang yang melanggar," kata Dedi Mulyadi.

"Gak nyalahin juga sih maksudnya," timpal pegawai yang lain.

Dedi Mulyadi menganggap para pegawai ini merasa tingkatannya lebih tinggi dibanding pekerja lain yang bersedia menanam pohon.

"Saya oranng sunda, jangan ngamenak (merasa ningrat/sultan), saya cuma minta nanam pohon, kan saya minta ajakin yang di sini nanam pohon, masa nanam satu pohon aja gak mau, anda telah berdosa di sini, dosa terhadap lingkungan, orang mennggal. Anda mendapat gaji dari rintihan orang lain yang kebanjiran. Saya hanya minta tanam pohon, saya bayar. Karena yang lain sudah nanam pohon ini ongkang-ongkang kayak menak," kata Dedi Mulyadi.

 

Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul ADU Nasib PKL Puncak dan Pegawai Hibisc Bogor, Kini Nganggur karena Digusur, KDM Ogah Disalahkan

Sumber: Tribunnews Bogor
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda