TRIBUN-VIDEO.COM - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai menghadapi dilema dalam menentukan sosok yang kelak akan mendampinginya maju dalam Pilpres 2024.
Hampir setahun lalu, Prabowo telah meneken kerja sama politik dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) besutan Muhaimin Iskandar.
PKB ngotot agar nama ketua umum mereka itu bisa tampil di surat suara pada Pilpres 2024, minimal untuk kursi RI 2.
Namun, Prabowo yang elektabilitasnya moncer sebagai capres justru kian mesra dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang raihan elektabilitasnya untuk kursi RI 2 lebih mentereng dari Muhaimin.
Pakar politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menyebut bahwa Prabowo mungkin bimbang karena elektabilitas Muhaimin sendiri belum memberi insentif elektoral yang menggiurkan dibandingkan Erick.
Baca: Hasil Survei Elektabilitas Fixpol: Prabowo Menang Kalahkan Anies dan Ganjar Siap Kuasai Jawa Barat
"Meskipun demikian, Prabowo paham ia sangat membutuhkan tiket politik dan dukungan dari PKB dan Cak Imin," kata Umam pada Jumat (28/7/2023).
Kedua sosok ini memang dianggap dapat mengkapitalisasi suara Nahdliyin.
Terutama, Muhaimin Iskandar yang tumbuh dari basis Nahdliyin tulen.
Bukan cuma orang pesantren, ia menapaki karier politiknya sejak muda, ketika menjadi pentolan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi yang punya kedekatan sejarah dengan NU.
Adapun PKB merupakan partai yang didirikan untuk menyalurkan aspirasi politik praktis Nahdliyin, diarsiteki pembentukannya oleh Pengurus Besar NU ketika Orde Baru tumbang.
Namun, belakangan hubungan Muhaimin dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf kurang harmonis sejak awal periode kepemimpinan Yahya.
Yahya justru menunjukkan kedekatannya dengan Erick lebih daripada Muhaimin.
Baca: Prabowo Dinilai Capres yang Punya Segudang Pengalaman dan Ikhlas Mengabdi untuk Rakyat
Bahkan, Erick yang tak berakar dari basis Nahdliyin tulen laiknya Muhaimin, diberi posisi Ketua Dewan Pengarah "Satu Abad NU" awal tahun ini.
Sebelumnya, Erick juga didapuk sebagai anggota kehormatan Barisan Ansor Serbaguna (Banser), jaringan Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang dipimpin Yaqut Cholil Coumas, Menteri Agama sekaligus adik Yahya.
"Kondisi ini mempengaruhi keyakinan Prabowo untuk bergandengan dengan Cak Imin," ujar Umam.
Prabowo dianggap sudah menyadari betapa krusialnya suara Nahdliyin buat pemenangan pilpres.
Dari sisi pencalonan sendiri, Prabowo sangat butuh PKB karena partai berlambang bumi itu meraup 10,09 kursi di DPR RI, yang dapat mempermudahnya lolos ambang batas pencalonan presiden.
Umam menilai, wajar Prabowo bimbang karena jika ia tak memberi tiket pencalonan untuk Muhaimin, pria 56 tahun itu tak segan angkat kaki.
Apalagi, di sisi lain, PKB sedang didekati secara intensif oleh PDI-P yang bahkan terang-terangan memasukkan nama Muhaimin sebagai kandidat potensial calon wakil presiden yang kelak mereka usung.
"Jika proposal pencawapresan Cak Imin tidak dikabulkan Prabowo, besar kemungkinan PKB akan mengevaluasi total skema koalisi KKIR," ujar Umam.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prabowo Dinilai Dilema, antara Erick Thohir atau Muhaimin"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.