TRIBUN-VIDEO.COM - Sudah lebih dari satu dekade ini Prabowo Subianto mencoba untuk meraih kursi RI-1.
Namun jika ditelisik lagi sikap Prabowo pada Pilpres 2014 dibandingkan Pilpres 2024 berbeda jauh.
Terlebih dengan pernyataannya baru-baru ini.
Yaps, di harapan para Kepala Desa saat Rakernas Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) 2023 di Jambi Prabowo mengatakan dirinya sangat bangga menjadi Menteri Pertahanan.
Jika pun nantinya dia tidak bisa menjadi Presiden di Pilpres 2024 mendatang, dirinya tidak apa-apa.
Sontak pernyataan Prabowo ini menarik atensi banyak pihak.
Kahadiran Prabowo dalam acara APDESI tersebut disambut teriakan presiden.
Sikap Prabowo ini sangat jauh berbeda saat dirinya mulai kampanye untuk Pilpres 2014.
Kala itu ia berpasangan dengan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden, melawan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat bahwa Pilpres 2014 adalah puncak terburuk pelaksanaan kampanye sejak pemilu pertama 1955.
Baca: Lebih Humanis, Prabowo Capres Paling Popular di Kalangan Anak Muda Berdasarkan Survei
Kepala Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI Ikrar Nusa Bhakti menemukan sejumlah bukti buruknya pelaksanaan pilpres saat itu.
Banyak kampanye hitam yang dijual kandidat dengan mempekerjakan tim profesional untuk melaksanakannya.
Prabowo sendiri mendapat serangan kampanye hitam dan negatif mulai dari masalah pelanggaran HAM.
Ada pula soal pemecatannya dari dinas kemiliteran yang diketahui melalui dokumen Dewan Kehormatan Perwira, beredarnya uang berstempel Prabowo, hingga statusnya yang jomblo.
Dibeberkan Mahfud MD yang merupakan bekas tim kampanye nasional Prabowo-Hatta pada 27 Juli 2014, ada beberapa orang tim kampanye yang memanas-manasi Prabowo saat Pilpres 2014.
Para pembisik berulang kali menyatakan Prabowo tak perlu mengejar kemenangan, melainkan menunjukkan terjadinya kecurangan dan meminta keadilan.
Hingga dua jam menjelang pengumuman resmi hasil penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, calon presiden Prabowo Subianto menyatakan menolak hasil pemilihan umum dan menarik diri dari proses pemilihan presiden.
Prabowo Subianto menilai pelaksanaan pilpres telah cacat hukum.
Baca: Budiman Sudjatmiko Dukung Wacana Duet Ganjar-Prabowo di Pilpres 2024: Wujud Hikmah Kebijaksanaan
Ketua Umum Partai Gerindra bahkan menuding ada campur tangan pihak asing dalam pilpres 2014 yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam hal ini KPU, meski ia tidak mengelaborasi hal tersebut.
Tapi kini, menjelang Pilpres 2024 , Prabowo Subianto kembali memburu kursi RI-1.
Sikap Prabowo saat ini lebih tenang dibanding periode-periode sebelumnya.
Jika dulu ia sering mengkritik Pemerintahan Jokowi, kini tidak lagi setelah resmi menjabat Menteri Pertahanan pada 2019.
Prabowo juga santer diberitakan sudah mengantongi dukungan Presiden Jokowi untuk maju di Pilpres 2024 mendatang.
Saat acara APDESI di Jambi Rabu kemarin, Prabowo mengaku dirinya bangga menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) karena bisa berbuat sesuatu untuk memajukan bangsa Indonesia.
Prabowo mengaku selama bekerja sebagai Menhan, dirinya telah berupaya sebaik-baiknya.
Prabowo pun mengungkap satu alasan menerima pinangan Presiden Jokowi untuk masuk kabinet karena rasa cintanya terhadap Negara.
Ia pun mengapresiasi kebesaran hati Jokowi yang mengajaknya bergabung kendati pernah menjadi rival dalam dua kali pemilihan presiden.
Ketua Umum Partai Gerindra ini juga tak mau banyak janji ke publik meski ini mendekati masa kampanye Pemilu.
Apalagi janji-janji yang sudah terlanjur disampaikan ke publik, tapi tak bisa direalisasikan ketika terpilih. (*)
# Prabowo Subianto # Pilpres 2014 # Pilpres 2024 # Joko Widodo # Menteri Pertanian # Presiden
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.