TRIBUN-VIDEO.COM - Aksi kudeta yang dilakukan oleh paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di Sudan kini telah memakan korban sebanyak 185 jiwa.
Kondisi ini pun membuat negara-negara Barat dan PBB menyerukan agar bentrokan segera dihentikan.
Dilansir Al Jazeera, Senin (17/4/2023) jumlah tersebut ditambah dengan 1800 orang yang mengalami luka-luka dalam tiga hari pertempuran.
Perwakilan khusus PBB untuk Sudan, Vokker Perthes menyatakan bahwa dalam situasi ini, pihak yang bertikai tak menunjukkan tanda-tanda untuk berdamai.
Diketahui pihak yang bertempur dalam hal ini adalah RSF dengan militer Sudan yang sama-sama dipimpin oleh jenderal tinggi.
Bentrokan tersebut pecah di Khartoum pada Sabtu (15/4/2023) waktu setempat.
Peristiwa ini terjadi setelah RSF dan militr Sudan bersitegang selama berbulan-bulan.
Hal tersebut dipicu tuntutan militer Sudan untuk mengintegrasikan RSF dengan angkatan bersenjata reguler.
Baca: Konflik Militer vs RSF Jadi Penyebab Pecahnya Perang Saudara di Sudan, Diduga 100 Orang Tewas
RSF menolak hal tersebut karena menganggap mereka akan kehilangan kekuatan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta agar semua pihak yang bertikai untuk menghentikan permusuhan.
Menurut Guterres, eskalasi tersebut dapat menghancurkan negara bahkan kawasan.
Hal serupa juga diserukan oleh Gedung Putih.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly menyatakan keprihatinannya atas kejadian di Sudan,
Menurut mereka, diperlukan gencatan senjata dan proses mediasi antara pihak yang bersitegang.(TribunVideo.com)
# TRIBUNNEWS UPDATE # Sudan # perang
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.