Harapan Para Pedagang Starling di Tengah Pandemi Covid-19, Omzet yang Diperoleh Menurun Drastis

Video Production: Megan FebryWibowo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUN-VIDEO.COM, SENEN - Sinar matahari sore mulai menembus celah-celah sempit di Kampung Starling Senen, Jakarta Pusat.

Seiring dengan suara Azan Asar menggema di kampung padat itu, para pedagang Starling sibuk menyiapkan barang dagangan.

Sore hari menandakan mereka harus bersiap-siap mengayuh sepeda andalan menyisir jalanan ibukota.

Sepeda mereka yang dikalungi rencengan minuman kemasan terparkir berjejer di sepanjang jalan kampung itu.

Tangan mereka mulai mencucuk es batu di atas sepeda dengan tusukan besi. Es batu diambil dari lemari es yang berderet di tepi Kali Ciliwung.

Deretan termos yang berjejer rapi, masing-masing dituang dengan rebusan air panas. Beberapa mie instan dalam cup dan teh celup ditata di sepeda.

Sebagian dari mereka sudah berangkat menggowes dengan peralatan lengkap, sedangkan yang belum masih menyiapkan 'amunisi' bagi pelanggan.

Baca: SISI LAIN METROPOLITAN: Warung Makan Unik di Tepi Kali Mampang, Antar Makanan Dieret Pakai Tambang

Pemandangan hiruk pikuk itu setiap hari berlangsung di Kampung Starling Senen.

Iwan Sakiman (59), Ketua RT di Kampung Starling bercerita di kampung ini terdapat sekitar 10 agen dan sekitar 400 pedagang starling.

Agen ini merupakan bos yang memodali mereka untuk berdagang.

Misalnya, modal yang diberikan sekitar Rp 1,5 juta. Modal ini untuk biaya seperti minuman kemasan, rokok, es, dan air panas. Nanti modal ini bebas akan diangsur per minggu atau per bulan.

Kebanyakan pedagang starling di sana ialah para pendatang. Mereka berasal dari Kabupaten Sampang, Madura.

Di Jakarta, ada beberapa kampung starling yang besar. Salah satunya berada di kampung ini.

Agar bisa dibedakan dengan pedagang starling dari kampung lain, sepeda mereka memiliki ciri khas.

Sepeda di Kampung Starling Senen memiliki boks berbahan fiber yang dilapisi seng.

"Kalau di kampung lain, ada yang pakai keranjang buah atau sangke dan kayu," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com di kampung itu pada Rabu (22/9/2021).

Para pedagang Starling paling sering berjualan di sekitaran Jakarta Pusat. Mereka menyasar wilayah Senayan, Jalan Diponegoro, Taman Surapati, Lapangan Banteng sampai ke Kemayoran.

Di satu tempat, bukan hanya pedagang Starling dari kampung Senen saja yang berjualan. Ada beberapa pedagang starling dari kampung lain yang ikut berjualan. Mereka bersaing merebut hati pelanggan mampir ke sepedanya.

"Misalnya di Lapangan Banteng, itu beda-beda (grup). Ada yang dari Tanah Abang juga," tambahnya.

Cara merekrut

Tak sulit menjadi pedagang Starling di kampung itu.

Dalam merekrut pedagang baru, bos mengambil dari kenalan anggota starling. Biasanya, dari asal kampung yang sama.

Anggota itu menjadi penanggung jawab dari kenalan yang dibawanya. Bos akan memberikan modal untuk berdagang dan tempat tinggal.

Soalnya, bila bukan dari bawaan anggota sebelumnya, terkadang ada yang tidak bisa dipercaya.

"Takutnya sudah dikasih modal dibawa kabur uangnya. Banyak kejadian seperti itu," katanya.

Apesnya, anggota yang bertanggung jawab mengganti kerugian si bos.

Baca: Sisi Lain Metropolitan: Sosok Aphin Montir Vespa Klasik Tapi Gak Pernah Touring, Punya Koleksi Ori

Kebanyakan orang Madura

Pedagang Starling mayoritas di kampung itu berasal dari Pulau Madura.

Menurut pedagang Starling, Slamet, kebanyakan orang Madura merantau karena kesulitan mencari nafkah di kampungnya.

Mereka mengadu nasib ke Jakarta, Surabaya, Kalimantan, Sumatera, Papua, hingga Malaysia dan Arab.

"Ketika jadi petani enggak sukses, jadi iseng-iseng lah mereka ke Jakarta. Salah satunya jadi Starling, ungkap pria asal Kabupaten Sampang itu.

Dari berdagang Starling ini, ia mampu menghidupi enak anaknya di kampung.

Pendapat yang sama juga disampaikan Iwan. Menurutnya, banyak orang Madura menjadi pedagang starling karena penghasilan yang terbilang besar.

Sebagai Ketua RT, Iwan juga memiliki tanggung jawab untuk membantu para pedagang yang terjaring satpol pp.

Tak jarang, mereka menjadi mangsa satpol pp lantaran mangkal dan dianggap mengganggu ketertiban kota.

Iwan turun tangan untuk menjemput mereka yang diangkut Satpol PP.

"Saya bukan bos mereka, tapi saya membantu mengkoordinir mereka kalau ditangkep Satpol PP. Seperti menyiapkan Surat Keterangan Domisili atau memberikan masker," tambahnya.

Pandemi Covid-19 turut berdampak kepada para pedagang Starling. Apalagi, ketika diberlakukannya PPKM yang membuat mereka kehilangan banyak pelanggan.

Mereka berharap kondisi ini segera pulih agar roda perekonomian mereka kembali berputar mulus. (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Melihat dari Dekat Aktivitas di Kampung Starling, Pedagang Kopi Keliling yang Menghiasi Ibu Kota

Sumber: TribunJakarta
   #Starling   #kopi   #Jakarta   #Madura   #pandemi Covid-19
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda