Asal-Usul Awal Berdirinya Masjid Jami Al Anwar

Video Production: febrylian vitria cahyani

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM - Dua makam keramat di Masjid Jami Al Anwar, Jatinegara, Jakarta Timur, banyak didatangi sejumlah peziarah.

Bagi warga sekitaran Rawa Bunga sudah tak asing dengan dua makam di masjid tersebut.

Makam berusia ratusan tahun ini merupakan makam Datuk Umar dan makam Datuk Ali.

Pencerita sejarah Masjid Jami Al Anwar, Muhammad Rasyid, membuka cerita siapa keduanya.

Ia mengatakan, Datuk Umar kerap dikenal dengan Datuk Biru.

Datuk Biru merupakan perintis pertama masjid ini berdiri sehingga bertahan sampai sekarang di tengah masyarakat.

Dahulu, masjid ini bukanlah bernama Masjid Jami Al Anwar.

Seiring banyaknya ulama datang untuk syiar agama islam di masjid, namanya berubah menjadi Masjid Jami Al Anwar.

Baca: SISI LAIN METROPOLITAN: Masjid Tertua di Jakarta Timur - Masjid Jami Al Anwar

Al Anwar merupakan pendekar ulama Rawabangke, guru KH Marzuki Bin Nirshod.

Hingga kini, makam Datuk Ali dan Datuk Umar masih terus didatangi peziarah.

Meski letaknya di dalam areal masjid, namun peziarah yang datang ada dari mancanegara.

Suasana tempo dulu yang masih hutan dan sawah, membuat jarak antar rumah penduduk berjauhan.

Hingga akhirnya para ulama di masa itu mencetuskan untuk menghadirkan sebuah masjid sederhana untuk masyarakat beribadah.

Datuk Umar dijuluki Datuk Biru sudah menyebar dari mulut ke mulut.

"Berdasar cerita lokal dari marbot tua, Abdul Hamid bin Umar, ada orang dari makam itu keluar jubahnya biru. Itu udah biasa ya," ungkap Rasyid.

Baca: Masjid Jami Al Anwar, Tempat Ibadah dengan Mimbar dan Pintu Asli sejak Zaman Penjajahan Belanda

Hingga saat ini masih ada sejumlah peziarah yang datang, terutama ketika bulan Ramadan tiba.

Meski begitu ada sejumlah aturan yang harus dipahami oleh tiap peziarah.

"Kalau pantangan tidak ada," ungkap Rasyid kepada TribunJakarta.com, Selasa (19/10/2021).

"Tapi kalau mau ziarah ke sini harus ada wudu. Jadi lebih baik ambil wudu dulu," ia menambahkan.

Selain itu, peziarah juga dilarang untuk mengeluarkan kata-kata kasar.

Pernah ada seorang datang mengeluarkan kata-kata tidak baik untuk orang lain.

Perkataan buruk tersebut lalu berbalik kepada dirinya.

"Jangan ngomong sembarang. Ada orang ngomong gegabah ada akibatnya."

"Pernah ada yang jelekin kawannya, pulangnya berbalik ke dia. Di sini selawat dan zikir saja," pesan Rasyid.(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Pantang Bicara Kasar Bagi Peziarah Makam Datuk Biru dan Datuk Ali di Jatinegara, Awali dengan Wudu

# Masjid Jami Al Anwar # Jakarta Timur # Rawa Bunga # Peziarah # makam

Baca berita terkait di sini

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda