Tribunnews WIKI
Profil Raden Inten II - Pahlawan Nasional
TRIBUN-VIDEO.COM - Radin Inten II lahir pada 1834.
Merupakan putra tunggal dari Radin Inba II, penguasa Keratuan Negara Ratu yang menempati wilayah Lampung saat ini.
Radin Inba II melakukan perlawanan bersenjata terhadap Belanda selama beberapa tahun.
Kala itu, Belanda tengah berusaha menguasai seluruh wilayah Lampung.
Namun pada akhir Oktober 1834, Radin Inba II tertangkap dan dibuang ke Pulau Timor.
Pada waktu itu Ratu Mas, istri Radin Inba II yang tengah hamil tua tidak turut diasingkan.
Di tahun yang sama, Ratu Mas melahirkan Radin Inten II.
Semasa hidup, Radin Inten II tidak pernah bertemu dengan ayahnya.
Radin Inba II meninggal dunia dalam masa pembuangan.
Radin Inten II yang mengetahui cerita tentang sang ayah, kemudian berusaha melanjutkan perjuangan.
Radin Inten II dinobatkan menjadi Ratu di Negara Ratu pada 1850.
Sebelumnya, selama 16 tahun sejak Radin Inba II ditangkap Belanda, pemerintahan dijalankan oleh dewan perwakilan.
Perjuangan
Setelah diangkat sebagai ratu, Radin Inten II langsung melakukan berbagai persiapan untuk melawan Belanda.
Radin Inten II melakukan kerja sama dengan Haji Wakhia, tokoh Banten yang pernah melawan Belanda kemudian pergi ke Lampung.
Selanjutnya, Haji Wakhia diangkat menjadi penaihat Radin Inten II.
Kala itu, Haji Wakhia bertugas melakukan perlawanan di daerah Semangka dan Sekampung.
Fokus dari tugas ini adalah menyerang pos-pos militer Belanda.
Selain Haji Wakhia, Radin Inten II juga didukung Singa Beranta, Kepala Marga Rajabasa.
Sementara itu, Radin Inten II terus memperkuat pertahanan dengan membangun berbagai benteng baru.
Bentang ini dipersenjatai dengan meriam, lila dan berbagai senjata tradisional.
Sebagai persiapan menghadapi perang yang diperkirakan berlangsung lama, bahan makanan dan ternak juga disiapkan dalam benteng.
Semua benteng ini terletak di punggung gunung yang terjal yang bertujuan untuk mempersulit musuh.
Radin Inten II menugaskan beberapa panglima untuk memimpin benteng.
Singaberanta memimpin Benteng Bendulu, dan Radin Inten II memimpin Benteng Ketimbang.
Melihat benih perlawanan yang tumbuh setelah 16 tahun, Belanda juga bersiap.
Pihak Belanda mengirim pasukan dari Jakarta pada 1851.
Kala itu, ada 400 prajurit yang dipimpin oleh Kapten Jucht.
Tugas dari pasukan ini adalah untuk merebut Benteng Merambung.
Akan tetapi, pasukan Radin Inten II berhasil memukul mundur prajurit Belanda.
Gagal dengan perang, Belanda mengubah taktik.
Mereka melakukan perundingan dengan Radin Inten II.
Setelah dilangsungkan perundingan beberapa kali, tercapai sebuah perjanjian untuk tidak saling menyerang.
Sebagai konsekunsi perjanjian, Belanda mengakui eksistensi Negara Ratu.
Di sisi lain, Radin Inten II juga mengakui kekuasaan Belanda di daerah-daerah yang telah diduduki.
Namun, perjanjian ini hanya digunakan Belanda sebagai kesempatan untuk merencanakan strategi baru.
Sebelum memulai serangan baru, Belanda memecah belah masyarakat Lampung.
Kapten Kohler ditugaskan agar antarkelompok masyarakat di Lampung saling mencurigai.
Usaha tersebut berhasil di beberapa daerah.
Sebagai contoh, para pemuka masyarakat Kalianda termakan hasutan untuk memusuhi Radin Inten II.
Hal itu membuat mereka tidak melawan dan membiarkan Belanda berpatroli di sekitar Gunung Rajabasa.
Beberapa pasukan Belanda diberangkatkan dari Jakarta menggunakan beberapa kapal perang.
Pasukan tersebut dipimpin Kolonel Waleson, terdiri dari pasukan infanteri, altileri dan zeni.
Keesokan harinya, pasukan mendarat di Canti.
Kekuatan Belanda bertambah besar dengan bergabungnya Pangeran Sempurna Jaya Putih, orang Lampung yang memihak Belanda.
Pasukan kapal perang Belanda terlihat oleh Singaberanta yang berada di Benteng Bendulu.
Singaberanta kemudian memerintahkan kurir untuk memberitakan hal ini pada Radin Inten II di Ketimbang.
Hal ini ditindaklanjuti Radin Inten II dengan memerintahkan semua benteng untuk bersiap.
Kala itu, Belanda mengeluarkan ultimatum agar Radin Inten II dan seluruh pasukan menyerahkan diri dalam waktu lima hari.
Hingga waktu berakhir, Radin Inten II tidak merespon ultimatum tersebut.
Hal itu membuat Belanda melancarkan serangan pada 16 Agustus 1856.
Mereka sudah tiba di Bendulu pada pukul 08.00.
Akan tetapi Singaberanta telah memindahkan pasukannya dan menghindari peperangan terbuka karena yakin bahwa pasukan Belanda lebih kuat.
Hal ini membuat Belanda mendapati Benteng Bendulu dalam keadaan kosong.
Selanjutnya, pasukan Belanda bergerak menuju Benteng Hawi Berak.
Benteng ini dapat dikuasai pada 19 Agustus 1856.
Sasaran berikutnya adalah menyerang Benteng Ketimbang, markas Radin Inten II.
Untuk melancarkan rencana ini, Kolonel Waleson membagi pasukannya menjadi tiga.
Ada pasukan yang bergerak menuju selatan dan timur Gunung Rajabasa serta ada yang bergerak menuju Kalianda dan Way Urang.
Sementara itu, pasukan ketiga bergerak dari Panengnahan untuk merebut Salai Tabuhan terlebih dulu.
Akan tetapi perjalanan mereka tidak mudah.
Pasukan Belanda kesulitan mengetahui rute menuju Ketimbang.
Setelah merebut berbagai benteng Negara Ratu, Belanda berhasil mengetahui Benteng Ketimbang pada 26 Agustus.
Kala itu mereka berhasil menangkap dua anak muda dan memaksa untuk menunjukkan jalan.
Satu di antaranya ditembak mati, sedangkan satunya lagi terpaksa menunjukkan jalan menuju Ketimbang.
Berkat informasi ini, Belanda melakukan penyerbuan pada 27 Agustus.
Mereka berhasil mengalahkan pasukan Radin Inten II yang menghadang di jalan.
Akan tetapi, Benteng Ketimbang sudah kosong.
Pasukan Belanda hanya menemukan bahan makanan dalam jumlah yang banyak.
Setelah berhasil menduduki Ketimbang, Kolonel Waleson memerintahkan pasukannya untuk mencari Radin Inten II.
Di pihak Radin Inten II juga melancarkan strategi.
Radin Inten II menyebarkan berita palsu melalui orang kepercayaannya.
Hal ini bertujuan untuk mengacaukan Belanda.
Wafat
Setelah berbagai usaha gagal untuk menemukan Radin Inten II, Belanda memperalat Radin Ngerapat.
Radin Ngerapat mengundang Radin Inten II untuk bertemu, membahas dukungan yang akan diberikan.
Tanpa curiga, Radin Inten II ditemani seorang pengikutnya memenuhi undangan di suatu tempat dekat Kunyanya, 5 Oktober 1856.
Pada saat menyantap jamuan makan, Radin Inten II diserang oleh Radin Ngerapat, anak buahnya, dan beberapa tentara Belanda.
Radin Inten II tewas dalam usia 22 tahun di pertempuran yang tidak seimbang tersebut.
Atas jasanya dalam melawan Belanda, Pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Radin Inten II berdasarkan Keputusan Presiden No 082 Tahun 1986 tanggal 23 Oktober 1986.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)
ARTIKEL POPULER:
Baca: Profil Cut Nyak Dien - Pahlawan Nasional Pejuang Kemerdekaan
Baca: Pangeran Antasari - Pahlawan Nasional
Baca: Profil Raden Dewi Sartika - Pendiri Sekolah Isteri dan Pahlawan Nasional
TONTON JUGA:
Video Production: Fikri Febriyanto
Sumber: TribunnewsWiki
Nasional
SOEHARTO Kembali Diusulkan Lagi Jadi Pahlawan Nasional, Usulan Ini Kini Jadi Sorotan!
Rabu, 19 Maret 2025
Sejarah Hari Ini
Mengenang Kelahiran Buya Hamka, Ulama Inspratif yang Juga Sastrawan, Terima Gelar Pahlawan Nasional
Senin, 17 Februari 2025
LIVE UPDATE
Martha Christina Tiahahu Dikenang Rakyat, Keluarga Ikatan Maluku di Papua Gelar Upacara Peringatan
Sabtu, 4 Januari 2025
Live Update
Perjuangkan Banau & Boki Jadi Pahlawan Nasional, Koalisi Unibra Gelar Aksi di Kantor DPRD Malut
Selasa, 12 November 2024
Live Update
Pj Gubernur Papua Barat Daya Pimpin Ziarah Nasional saat Hari Pahlawan di Trikora Sorong Selatan
Selasa, 12 November 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.