Senin, 12 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Pangeran Antasari - Pahlawan Nasional

Kamis, 1 Agustus 2019 14:57 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM - Pangeran Antasari yang menyandang gelar Panembahan Amirudin Kalifatul Mukmininadalah Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan.

Pangeran Antasari lahir di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada tahun 1797 atau 1862.

Pangeran Antasari adalah seorang pahlawan Nasional yang berusaha membebaskan Banjar dari penjajahan Belanda setelah dipercaya dengan tugas memantau pergerakan orang-orang di daerah tersebut dan melawan Belanda.

Dari menyerang tambang batu bara Belanda selama Perang Banjar hingga penyerangan terhadap pos-pos militer, Pangeran Antasari selalu menunjukkan sikap tanpa rasa takut.

Keteguhan hati yang besar Pangeran Antasari menginspirasi semua rakyatnya untuk berupaya berjuang untuk kemerdekaan, sebagaimana dibuktikan oleh suratnya kepada Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin yang menyatakan tentang penolakannya untuk menyerah.

Dia kemudian diakui oleh masyarakat sebagai “Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin” yang bermakna Pemimpin Tertinggi Umat Islam di wilayah Banjar pada masa-masa akhir kehidupannya.

Pangeran Antasari tetap menjadi sosok yang gagah berani sampai kematiannya pada tahun 1862 karena penyakit paru-paru dan cacar yang diderita selama pertempuran di Bukit Bagantung.

Masa Kecil

Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 M di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan dan meninggal pada tahun 11 Oktober 1862 di Bayan Begok, Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah.

Pangeran Antasari merupakan putra dari Pangeran Mas’ud bin Pangeran Amir dengan sang ibu bernama Khadijah binti Sultan Sulaiman.

Pangeran Antasari adalah cucu dari Pangeran Amir yang terkenal dalam Dinasti Banjarmasin.

Ketika masih muda, Pangeran Antasari memiliki nama Gusti Inu Kertapati.

Adik perempuan Pangeran Antasari dikenal dengan nama Ratu Sultan Abdul Rahman setelah menikah dengan Sultan Muda bin Abdurahman bin Sultan Adam. (2)

Pangeran Antasari adalah keluarga Kesultanan Banjarmasin, tetapi hidup dan dibesarkan di luar lingkungan istana, yakni di Antasan, Martapura.

Perlawanan terhadap Belanda

Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dimulai saat Belanda mengangkat Sultan Tamjid sebagai Sultan Banjar.

Peristiwa itu terjadi pada tahun 1859.

Padahal, yang seharusnya naik tahta adalah Pangeran Hidayat.

Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat karena ia terlalu memihak kepada Belanda.

Rakyat juga merasa Belanda terlalu jauh ikut mengatur kepemimpinan di Kesultanan Banjar.

Belanda semakin gencar melakukan siasat adu domba terhadap golongan-golongan yang ada dalam istana.

Akibatnya, banyak golongan yang terpecah belah dan bermusuhan.

Pangeran Antasari merasa prihatin dengan keadaan yang terjadi di Kesultanan Banjar.

Ia pun berusaha untuk membela hak Pangeran Hidayat. Ia bersekutu dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas dan lain-lain.

Usaha Pangeran Antasari untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda juga didukung oleh semua rakyat Banjar.

Pada mulanya gerakan-gerakan ini berdiri sendiri-sendiri.

Di berbagai tempat, di desa-desa, mereka memengaruhi rakyat dan di sana-sini mengganggu ketentraman.

Baru kemudian gerakan-gerakan itu dapat dipersatukan oleh Pangeran Antasari.

Perang Banjar

Setelah pimpinan gerakan rakyat dipegang Antasari, maka pengaruhnya menjadi lebih luas, juga di kalangan alim ulama Banjar.

Sebagian besar bersedia ikut menempuh jalan kekerasan dan berhasil mengumpulkan 6 ribu orang yang menjadi laskar.

Mulai tanggal 28 April 1859 meletuslah pertempuran yang pertama.

Pada 18 April 1859, Pangeran Antasari memimpin perang pertamanya melawan Belanda dengan menyerang tambang batu bara di Pengaron.

Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Banjar.

Pertempuran berlangsung hingga pukul 2 siang, di pihak Antasari tewas 15 or­ang dan pihak Belanda satu orang.

Benteng Pangaron berhasil dikepung rakyat.

Panembahan Amirudin Kalifatul Mukminin

Selain itu, Pangeran Antasari juga berhasil menyerang dan menguasai kedudukan Belanda di Gunung Jabuk.

Bersama pasukannya, Pangeran Antasari juga berhasil menenggelamkan Kapal Onrust.

Bahkan Letnan Van der Velde dan Letnan Bangert sebagai pemimpin dalam kapal tersebut juga ikut tenggelam.

Karena hebatnya perlawanan pasukan Pangeran Antasari, Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk berdamai namun ditolak.

Pada tahun 1861, Belanda berhasil menangkap Pangeran Hidayat.

Pangeran Hidayat lalu dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.

Walaupun demikian, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perjuangannya.

Pangeran Antasari mengambil alih pimpinan utama.

Bahkan saat memasuki usia tua, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perjuangannya dengan berperang di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah.

Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10 ribu gulden.

Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.

Pada bulan suci Ramadan 1278H (Maret 1862M) para alim ulama dan pemimpin-pemimpin rakyat dari Barito, Murung, Sihong, Tewe dan Kepala-kepala Dayak Kapuas Kahayan berkumpul di dusun Hulu untuk menobatkan Pangeran Antasari menjadi Panembahan Amirudin Kalifatul Mukminin, pemimpin tertinggi agama.

Wafat

Saat itu wabah penyakit cacar mulai melanda daerah pedalaman.

Pangeran Antasari salah satu yang terkena penyakit itu dan sakit paru-paru yang ia derita setelah pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.

Semasa hidupnya, pedoman Pangeran Antasari adalah "haram menyerah".

Tidak pernah sekalipun Pangeran Antasari menyerah, tertangkap apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda.

Dalam keadaan sakit parah Pangeran Antasari diangkut ke pegunungan dusun Hulu.

Akhirnya pada tanggal 11 Oktober 1862 Pangeran Antasari wafat di kampung Bayan Begok.

Pahlawan Nasional

Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 23 Maret 1968.

Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari.

Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2 ribu.(TribunnewsWiki/Indah)

ARTIKEL POPULER:

Baca: Monumen Bajra Sandhi - Simbol Kepahlawanan Rakyat Bali Melawan Kolonialisme

Baca: Profil Fatmawati Soekarno - Ibu Negara Pertama dan Pahlawan Nasional

Baca: Profil dr. Sutomo - Dokter, Aktivis, dan Pahlawan Nasional

TONTON JUGA:

Editor: Radifan Setiawan
Video Production: Panji Yudantama
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved