Tribunnews WIKI
Profil DI Panjaitan - Pahlawan Revolusi
TRIBUN-VIDEO.COM - Donald Isaac (DI) Pandjaitan lahir di Desa Sitorang, Balige, Tapanuli, 10 Juli 1925.
Ia lahir dari pasangan Hennan Pandjaitan dan Dina Pohan.
Ketika DI Pandjaitan mendaftar Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO), ia melewati tahapan tes pendahuluan.
Hal itu karena nilai rapornya selama di HIS cukup menonjol.
Pendidikan di MULO ini sekaligus menjadi pendidikan terakhir yang dienyam DI Pandjaitan.
Sebenarnya, ia ingin melanjutkan ke hoogere Burger School (HBS).
Namun keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, mengingat kedua orang tuanya hanya pedagang kecil.
Karena itulah ia bersekolah di MULO, Tarutung, sesuai permintaan kedua orangtuanya.
Perjuangan DI Pandjaitan tidak mudah.
Kedua orangtuanya meninggal dunia saat ia masih sekolah di MULO.
Meski demikian, ia tetap berhasil menyelesaikan pendidikannya di MULO.
Perjuangan
Setelah DI Pandjaitan lulus dari MULO, ada perubahan kehidupan politik di Indonesia.
Kala itu Belanda menyerah kepada Jepang.
Hal ini membuat Jepang menduduki Indonesia sejak Maret 1942.
DI Pandjaitan berangkat ke Riau untuk bekerja sebagai kepala pembukuan di perusahaan kayu milik Jepang.
Di sini lah awal mula ia menyaksikan para pekerja romusha.
Para pekerja romusha yang didatangkan dari Jawa ini ditugaskan untuk mengambil kayu di hutan.
Para pekerja tidak digaji dan hanya mendapatkan makanan yang kurang terjamin.
Namun pada waktu ini, DI Pandjaitan tidak bisa berbuat apa-apa.
Untuk kepentingan sendiri, Jepang mengadakan berbagai wadah pelatihan militer untuk pemuda.
Akan tetapi hal ini dimanfaatkan para pemuda Indonesia untuk mendapat keterampilan.
Di Sumatra, dibentuk pasukan lokal yang disebut Gyugun.
DI Pandjaitan mengikuti pelatihan dan bergabung dalam Gyugun ini.
Setelah menjalani pelatihan, ia ditempatkan di Pekanbaru.
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Jepang sudah membubarkan Gyugun.
Mereka sudah melucuti senjata pasukan dan memintanya untuk kembali ke kampung masing-masing.
Sesudah berita kemerdekaan menyebar hingga Pekanbaru, DI Pandjaitan mencoba mengumpulkan mantan anggota Gyugun.
Kemudian mereka membuat organisasi Pemuda Republik Indonesia (PRI).
Pada bulan Desember, PRI berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Dalam perkembangannya, satuan militer di Riau ditempatkan di bawah komando Divisi IX/Banteng yang berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Salah satu resimen yang ada di Divisi IX adalah Resimen IV, dipimpin Hasan Basri.
Kemudian Hasan Basri mengangkat DI Pandjaitan menjadi komandan Batalyon I Resimen IV di Pekanbaru.
Karena jabatan ini, DI Pandjaitan diberi pangkat Mayor.
Berawal dari posisi ini, karier militer DI Pandjaitan terus berkembang pesat.
Ketika Belanda melancarkan agresi militer, DI Pandjaitan diangkat sebagai Pemimpin Pusat Perbekalan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), pada 15 Januari 1952.
Bersamaan dengan jabatan itu, ia tetap menjabat sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial Sumatra.
Setelah dipindahtugaskan beberapa kali, DI Pandjaitan mengikuti Kursus Militer Atase gelombang pertama, pada 1956.
Pada masa ini pula, pangkatnya naik menjadi Letnan Kolonel.
Puncak karier DI Pandjaitan di dunia militer tatkala menjabat Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darad (Menpangad), dengan pangkat Brigadir Jenderal.
Wafat
DI Pandjaitan turut gugur dalam peristiwa G 30S/PKI.
Jenazah DI Pandjaitan dimasukkan di sebuah sumur tua di kawasan Lubang Buaya, 1 Oktober 1965.
Di sumur ini pula jenazah beberapa pimpinan TNI AD yang lain juga dimasukkan.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI. No 111/Koti tanggal 5 Oktober 1965, Brigjen Panjaitan ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi dan Pangkatnya dinaikkan secara Anumerta menjadi Mayor Jenderal.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)
ARTIKEL POPULER:
Baca: Profil Otto Iskandardinata - Pahlawan Nasional di Bidang Politik
Baca: Profil Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto - Pahlawan Nasional
Baca: Profil M. T. Haryono - Pahlawan Revolusi dan Tentara Nasional Indonesia
TONTON JUGA:
Video Production: Panji Yudantama
Sumber: TribunnewsWiki
Sejarah Hari Ini
Penemuan 7 Jasad Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya hingga Kondisi Terakhir Berdasar Autopsi
Kamis, 3 Oktober 2024
Local Experience
Cerita Di balik Penamaan "Lubang Buaya", Tempat untuk Membuang Jasad 7 Pahlawan Revolusi
Kamis, 12 September 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.