Tribunnews WIKI
Profil Tuanku Imam Bonjol - Pahlawan Nasional
TRIBUN-VIDEO.COM - Tuanku Imam Bonjol atau bernama Muhammad Shabab, Muhammad Syabab, Peto Syarif atau Malim Basa adalah seorang tokoh pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera Barat, Indonesia.
Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat pada 1772.
Orangtua dari Imam Bonjol adalah Bayanuddin dan Hamatun.
Tuanku Imam Bonjol wafat pada 6 November 1864 di Manado, Sulawesi Utara.
Ayahnya adalah seorang alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki.
Imam Bonjol belajar agama di Aceh pada tahun 1800-1802, dia mendapat gelar Malin Basa.
Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Tuanku Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, antara lain yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam.
Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan yang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol.
Ia sendiri akhirnya lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
Masa Awal Tuanku Imam Bonjol
la mendapat pendidikan agama dari ayahnya, Buyanuddin dan dari beberapa orang ulama lain, seperti Tuanku Koto Tuo dan Tuanku Nan Renceh dari daerah Agam.
Tuanku Imam Bonjol tumbuh dewasa pada waktu daerah Sumatra Barat dilanda oleh perang saudara antara golongan Padri dengan golongan adat.
Golongan paderi yang dipengaruhi oleh gerakan Wahabi di Tanah Arab, berusaha membersihkan ajaran agama dari penyelewengan dan mengembalikannya sesuai dengan ajaran Islam yang murni.
Tantangan datang dari golongan adat yang melihat gerakan baru itu sebagai bahaya terhadap kedudukan mereka.
Apabila gerakan Padri berhasil, maka golongan ulamalah yang akan berkuasa, padahal pada masa-masa sebelumnya golongan adatlah yang berkuasa.
Golongan adat yang merasa kedudukannya terancam, mencari bantuan pihak lain, yakni Inggris yang ketika itu menguasai pesisir barat Sumatra.
Usaha mereka tidak berhasil, bahkan sebaliknya Inggris menjual senjata kepada golongan Padri.
Situasi menjadi berubah ketika pesisir barat Sumatra, sesuai dengan Perjanjian London, dikembalikan kepada Belanda.
Dalam perjanjian tahun 1821 antara Belanda dan kaum adat, Belanda berjanji akan membantu golongan adat untuk menghabisi kaum Padri.
Sepasukan tentara Belanda akan ditempatkan di pedalaman Sumatra Barat.
Meski, Belanda hanya berkuasa di daerah pesisir.
Dengan perjanjian tahun 1821, maka Belanda melancarkan perang di Sumatra Barat.
Pertempuran pertama berkobar di Sulit Air, dekat danau Singkarak, dan kemudian berkobar di tempat-tempat lain dalam waktu yang cukup lama.
Sementara itu Imam Bonjol sudah tumbuh menjadi ulama terkemuka di daerah Alahan Panjang dengan pusatnya di Bonjol.
Dalam pertentangan antara golongan paderi dengan golongan adat, Imam Bonjol berdiri di pihak Padri.
Dalam usahanya mengembangkan pemahamannya, ia lebih banyak menjalankan cara persuasi, karena itu pertentangan antara kedua golongan itu di daerah Alahan Panjang tidak terjadi sehebat di daerah-daerah lain.
Bahkan Imam Bonjol berhasil pula mengembangkan agama Islam ke beberapa daerah di Tapanuli Selatan.
Perang Padri
Peperangan berlangsung, kaum adat dengan dukungan Belanda tidak berhasil meraih kemenangan.
Justru keberadaan pasukan Tuanku Imam Bonjol yang sangat kuat bersama kaum padre membuat Belanda merasa semakin terancam.
Akhirnya Belanda pun memainkan siasat licik dengan berpura-pura melakukan perjanjian damai dengan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824, perjanjian tersebut pun dikenal dengan sebutan Perjanjian Masang.
Namun meski begitu, beberapa waktu setelah perjanjian damai, Belanda justru menyerang wilayah Negeri Pandai Sikat.
Pertempuran terus terjadi, namun kekuatan Belanda yang terbagi ke wilayah Perang Diponegoro membuatnya tidak berhasil meraih kemenangan atas Tuanku Imam Bonjol.
Akan tetapi, setelah Perang Diponegoro usai, dengan sigap Belanda mengirimkan pasukannya dalam jumlah besar untuk merebut Sumatra Barat secara keseluruhan.
Perang Padri terus berlangsung, segenap kekuatan telah dikerahkan oleh Tuanku Imam Bonjol beserta pasukannya
Akan tetapi, perbedaan jumlah dan kekuatan yang terlalu besar membuat satu demi satu wilayah yang dipegang oleh Tuanku Imam Bonjol direbut oleh pasukan Belanda.
Namun, setelah tiga bulan berlalu, tepatnya pada tahun 1832, Tuanku Imam Bonjol berhasil merebut kembali wilayah kekuasaannya tersebut.
Namun lagi lagi, Belanda tidak menyerah untuk menguasai Sumatra Barat.
Dengan jumlah pasukan yang lebih besar, Belanda kembali menggempur Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya.
Dan pada pertemuran kali ini, pasukan Belanda dipimpin langsung oleh Gubernur Jeneral Van den Bosch.
Tapi tetap saja, Belanda tidak berhasil mengalahkan Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya.
Singkat cerita, kedudukan Tuanku Imam Bonjol dan pasukan semakin bertambah sulit, meski begitu beliau selaku pemimpin tetap tidak ingin berdamai dengan Belanda.
Periode terus berlanjut, bahkan Belanda telah 3 kali mengganti panglima perangnya agar dapat menaklukan dan merebut daerah Bonjol.
Bonjol yang terus dikepung selama tiga tahun pun akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1837.
Setelah wilayah Bonjol dikuasai oleh Belanda, mau tidak mau Tuanku Imam Bonjol pun menyerah terhadap Belanda.
Hingga akhirnya beliau pun di asingkan ke beberapa wilayah di Indonesia.
Tempat pengasingan terakhir beliau adalah di tanah Sulawesi Utara, dimana akhirnya Tuanku Imam Bonjol wafat dan dikebumikan di Lotak, dekat Manado.
Tuanku Imam Bonjol wafat pada usia 92 tahun.
Uang
Nama dan gambar Tuanku Imam Bonjol diabadikan pada mata uang resmi Republik Indonesia.
Pahlawan Nasional
Pemerintah Indonesia kemudian mengangkat Tuanku Imam Bonjol sebagai Pahlawan Nasional berkat perjuangannya melawan penjajahan Belanda.
Tuanku Imam Bonjol diberi gelar itu sesuai dengan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Nama Tuanku Imam Bonjol digambarkan dalam uang pecahan 5.000 rupiah.
Selain itu, nama Tuanku Imam Bonjol juga banyak diabadikan di berbagai ruang public seperti jalan, stadion hingga universitas. (4)
(TribunnewsWiki.com/Haris)
ARTIKEL POPULER:
Baca: Monumen Bajra Sandhi - Simbol Kepahlawanan Rakyat Bali Melawan Kolonialisme
Baca: Profil Raden Dewi Sartika - Pendiri Sekolah Isteri dan Pahlawan Nasional
Baca: Profil Martha Christina Tiahahu - Wanita Pejuang Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional
TONTON JUGA:
Video Production: Fikri Febriyanto
Sumber: TribunnewsWiki
Sejarah Hari Ini
Penemuan 7 Jasad Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya hingga Kondisi Terakhir Berdasar Autopsi
Kamis, 3 Oktober 2024
Local Experience
Mengenal Tuanku Imam Bonjol dan Makna di Balik Nama sang Pahlawan
Minggu, 22 September 2024
Local Experience
Belanda Dibuat Kerepotan, Beginilah Kisah Perjuangan Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri
Minggu, 22 September 2024
Local Experience
Cerita Di balik Penamaan "Lubang Buaya", Tempat untuk Membuang Jasad 7 Pahlawan Revolusi
Kamis, 12 September 2024
Local Experience
Ziarah Ke Makam Tuanku Imam Bonjol, Destinasi Wisata Sejarah di Minahasa
Jumat, 19 Juli 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.