Kamis, 8 Mei 2025

Tribunnews WIKI

Blangkon, Berasal dari Ikat Kepala Tradisional yang Betranformasi Menjadi Ikat Kepala Siap Pakai

Kamis, 25 Juli 2019 21:00 WIB
TribunnewsWiki

TRIBUN-VIDEO.COM – Blangkon merupakan penutup kepala yang termasuk dalam pakaian tradisional Jawa.

Banyak yang mengatakan bahwa blangkon merupakan asimilasi budaya Hindu dan Islam.

Blangkon berasal dari kata ‘blangko’ yang artinya siap pakai.

Pada zaman dahulu blangkon tidak berbentuk bulat, tetapi seperti ikat kepala dengan proses pengikatan yang rumit.

Seiring perkembangan jaman, tercipta inovasi untuk membuat ikat kepala siap pakai yang dijuluki sebagai blangkon.

Pada prinsipnya blangkon terbuat dari kain ikat atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar.

Ukuran kainnya kira-kira selebar 105 cm x 105 cm.

Kain tersebut lalu dipotong menjadi dua secara melintang.

Namun pada zaman dahulu pembuatan blangkon harus sesuai prinsip yang ada.

Lipatan yang menutupi kepala berjumlah 17 lipatan yang menandakan 17 rakaat dalam salat lima waktu.

Mondolan di bagian belakang blangkon bermakna mencegah manusia tidur dan menutup mata.

Letak mondolan juga diusahakan di tengah dan lurus ke atas, diibaratkan menghadap ke sang pencipta.

Blangkon Solo dan Jogja

Blangkon Solo dan blangkon Jogja sekilas Nampak sama, namun terdapat perbedaan masing-masing

Blangkon Solo terbuat dari kain batik yang warnanya cenderung kecoklatan, seperti batik Sogan.

Sedangkan untuk Blangkon Jogja dibuat dengan kain batik yang warnanya cenderung putih, seperti batik Bledak.

Pada bagian belakang blangkon terdapat mondolan, mondolan ini juga berbeda antara Solo dan Jogja.

Mondolan berbentuk datar mencerminkan blangkon Solo, dan mondolan berbentuk menonjol merupakan blangkon Jogja.

Jebeh berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ujung dari ikat kepala.

Bentuk jebeh juga mengikuti dari nama asal blangkon tersebut, blangkon Solo dan Jogja pun memiliki perbedaan.

Jebeh Solo berbentuk segitiga sedangkan Jogja terdapat lipatan yang meyerupai sayap kupu-kupu.

Pembuatan Blangkon

Pembuatan blangkon dibagi menjadi dua jenis, yaitu blangkon paron dan blangkon prapatan.

Blangkon paron terbuat dari kain batik yang dibagi menjadi dua.

Cara pembuatan ini lebih menuntuk ketelitian dan konsentrasi.

Namun sisa kain dari pembuatan blangkon paron lebih sedikit, bahkan cenderung tidak ada, karena setiap kain yang tersisa bisa dipakai.

Berbeda dengan pembuatan blangkon prapatan.

Blangkon prapatan terbuat dari kain batik yang telah dibagi menjadi empat.

Cara pembuatan blangkon yang petama yaitu mengukur congkeng sesuai dengan cetakan.

Cetakan blangkon ini terbuat dari kayu jati, sebab kayu jati memiliki tekstur yang keras dan kuat.

Congkeng yang telah sesuai, kemudian dijahit agar kuat.

Cetakan kayu lalu dilapisi dengan plastik agar terlindung dari lem.

Setelah itu congkeng dilapisi dengan kertas sebanyak enam lembar agar kerangka blangkon kokoh dan tidak mudah penyok.

Lem yang digunakan berasal dari pati kanji yang dicampur air dan dimasak hingga matang.

Untuk memperkuat blangkon, ditambah dengan lem kayu.

Lalu lapisan kertas dilapisi dengan kain batik yang suadah disediakan, lalu di lem bagian depan, atas, kanan, dan kini, menyisakan bagian belakang.

Bagian belakang dipasang mondolan sesuai dengan jenis blangkon.

Mondolan ini terdiri dari serbuk kayu yang diikat dengan kain.

Tahap selanjutnya adalah pemasangan wiron, atau kain batik yang dilipat kecil dan rapi, dilanjutkan dengan waton, tutupan serta jebeh.

Setelah selesai, blangkon dijemur di bawah terik matahari hingga kering.(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Saradita Oktaviani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Blangkon

ARTIKEL POPULER

Baca: Diiring Musik Gamelan Jawa, Para Avangers Menari Tarian Tradisional Indonesia

Baca: Urap, Makanan Khas Jawa yang Menggunakan Campuran Berbagai Sayuran

Baca: Konfirmasi BMKG Mengenai Kabar Gempa dan Tsunami Setinggi 20 Meter di Pantai Selatan Jawa

TONTON JUGA:

Editor: Radifan Setiawan
Video Production: Panji Anggoro Putro
Sumber: TribunnewsWiki

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved