Rabu, 14 Mei 2025

Profil

Profil Ir. Soekarno - Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia

Jumat, 24 Mei 2019 10:35 WIB
Tribunnews.com

TRIBUN-VIDEO.COM - Nama Ir. Soekarno masih melekat di benak rakyat Indonesia sampai sekarang.

Besarnya kontribusi yang ia berikan untuk bangsa dan negara membuat namanya terus dikenang, pasalnya selain dikenal sebagai presiden pertama Indonesia, Soekarno juga dikenal sebagai proklamator kemerdekaan negara ini.

Soekarno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dengan nama asli Koesno Sosrodihardjo. Ia lahir dari keluarga yang cukup terpandang, ayahnya adalah seorang guru bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, sedangkan ibunya seorang bangsawan di Bali yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai.

Karena sakit-sakitan semasa kecilnya, akhirnya namanya diganti menjadi Soekarno.

Masa Kecil Soekarno

Dikutip dari biografiku.com, semasa kecil, presiden yang akrab disapa Bung Karno ini tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Tengah. Sedangkan kedua orangtuanya tinggal di Blitar, Jawa Timur.

Bung Karno juga sempat sekolah di Tulung Agung, namun tidak sampai selesai karena harus ikut orangtuanya pindah ke Mojokerto.

Di Mojokerto, Bung Karno kecil melanjutkan sekolahnya di Eerste Inlandse School (EIS), Mojokerto, sebuah sekolah dasar di zaman penjajahan Belanda yang khusus untuk para pribumi.

Soekarno kembali pindah sekolah ke Eoropeesche Lagere School (ELS) pada tahun 1911, hal ini untuk memudahkannya masuk ke Hoogere Burger School (HBS) Surabaya.

Bung Karno akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan dasarnya di ELS pada tahun 1915, dan kemudian melanjutkan ke HBS Surabaya hingga ia lulus pada tahun 1920.

Lulus dari HBS, Bung Karno melajutkan studinya ke Technische Hoge School (THS), Bandung yang sekarang sudah berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Soekarno mengenyam pendidikan di THS selama 6 tahun, dan berhasil lulus dengan gelar insinyur di Jurusan Teknik Sipil pada 25 Mei 1926.

Sebelumnya ia sempat berhenti kuliah setelah dua bulan masuk di THS, namun pada tahun 1922 ia kembali mendaftarkan diri dan melanjutkan kuliahnya.

Karier Politik Soekarno

Perjalanan politik Soekarno cukup panjang. Karier politik Soekarno dimulai ketika ia masuk jenjang pendidikan HBS, saat ia tinggal Bersama H.O.S Cokroaminoto di Surabaya. H.O.S Cokroaminoto merupakan kawan dari ayah Bung Karno yang juga dikenal sebagai pendiri Serikat Islam (SI).

Di sanalah Bung Karno mulai mengenal para pimpinan SI seperti Haji Agus Salim dan Abdul Muis.

Masih dikutip dari biografiku.com, selama menjadi murid H.O.S Cokroaminoto, Bung Karno juga akrab dengan Muso, Alimin, Semaun, serta Darsono yang nantinya dikenal sebagai tokoh berideologi kiri.

Tidak hanya itu, Bung Karno juga sempat akrab dengan Kartosuwiryo, yang nantinya mendirikan Darul Islam dan memimpin pemberontakan untuk melawan Soekarno.

Hal ini akhirnya memaksa Bung Karno untuk menandatangani persetujuan eksekusi mati terhadap Kartosuwiryo yang semasa kecilnya tidak lain adalah sahabatnya sendiri.

Bersama orang-orang itulah Soekarno menimba ilmu dan belajar berorganisasi kepada H.O.S Cokroaminoto.

Dari situlah semangat nasionalismenya mulai tumbuh dan membara.

Pada tahun 1918, Bung Karno sempat tergabung dalam organisasi Tri Koro Darmo, yang kemudian berganti nama menjadi Jong Java.

Ia juga sudah mulai aktif menulis di koran harian Oetoesan Hindia yang dikelola oleh Cokroaminoto sendiri.

Ketika pindah ke Bandung untuk bersekolah di THS, Soekarno tinggal bersama Haji Sanusi.

Di sanalah ia bertemu dengan tiga serangkai Douwes Dekker, Tjiptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Selain menjalani Pendidikan formal di THS, kemampuan berorganisasi Soekarno juga terus diasah di sana.

Di Bandung juga Soekarno mendirikan Biro Insinyur Bersama Ir. Anwari pada 1926 pasca lulus dari THS.

Tidak berselang lama, Soekarno kemudian mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berdiri pada 4 Juli 1927.

PNI merupakan partai yang mengamalkan Marhaenisme, tujuannya tidak lain untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.

Atas perlawanannya terhadap Belanda, Soekarno kemudian ditangkap di Yogyakarta dan dijebloskan ke penjara Banceuy, Bandung. Tahun 1930, ia kemudian dipindahkan ke Penjara Suka Miskin. Ia benar-benar diisolasi, sebab ia dikenal sebagai tahanan yang mampu mendoktrin orang lain sehingga dianggap berbahaya.

Dikutip dari idsejarah.net, kasus Soekarno kemudian disidangkan di Pengadilan Landraad, Bandung pada 18 Desember 1930.

Dalam pembelaannya, Soekarno membuat judul “Indonesia Menggugat” yang termasyhur hingga sekarang.

Soekarno menuding Belanda sebagai bangsa serakah yang telah menindas dan merampas kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Tak Pelak, hal ini membuat Pemerintah Belanda murka.

PNI yang telah dibentuk Soekarno akhirnya dibubarkan pada Juli 1930.

Setelah keluar dari Suka Miskin pada Desember 1931, Soekarno kemudian bergabung dengan Partindo pada tahun 1932. Tidak lama, Soekarno langsung didaulat sebagai pemimpin Partindo.

Namun ia kembali ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan diasingkan ke Flores.

Soekarno kemudian dibuang ke Bengkulu pada tahun 1938, di sinilah ia kemudian bertemu dengan Mohammad Hatta yang nantinya akan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia Bersamanya.

Soekarno akhirnya bisa kembali ke Jakarta saat tantara Jepang masuk Indonesia dan berhasil mengusir Belanda pada 1942.

Oleh Jepang, Soekarno ditunjuk untuk mengetuai Panitia Persiapan Kemeridekaan Indonesia (PPKI), dimana sebelumnya Jepang telah menjanjikan kemerdekaan untuk Bangsa Indonesia. Bersama anggota yang lain, Soekarno terus mendesak Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Segala persiapan juga mereka lakukan mulai dari merumuskan dasar dan konstitusi negara, ideologi bangsa, serta teks proklamasi kemerdekaan.

Detik-detik menjelang proklamasi kemerdekaan, suasana memanas karena adanya perbedaan pandangan antara kelompok pemuda dengan kelompok tua. Suasana mencekam ini dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.

Puncaknya, pada 16 Agustus 1945 kelompok pemuda menculik Soekarno dan Mohammad Hatta. Mereka berdua dibawa ke daerah Rengasdengklok, dan didesak untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Setelah dibawa kembali ke Jakarta, malam harinya Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo langsung merumuskan teks proklamasi di kediaman Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol.

Keesokan harinya, hari yang dinanti tiba juga.

Bersama Mohmmad Hatta, Soekarno akhirnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegagnsaan Timur Nomor 56.

Setelah itu juga, Soekarno dan Mohmmad Hatta kemudian didaulat menjadi presiden dan wakil presiden pertama Indonesia.

Soekarno menjabat selama 21 tahun, sejak 18 Desember 1945 sampai 12 Maret 1967.

Lengsernya Soekarno sebagai Presiden Indonesia ditandai dengan adanya surat perintah sebelas maret (Supersemar) yang sampai sekarang masih menjadi kontroversi.

Bung Karno akhirnya meninggal di usia 69 tahun, tepatnya pada 21 Juni 1970 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Jenazahnya dibawa ke Wisma Yaso dan kemudian dibawa ke Blitar untuk dimakamkan dekat sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai.

Sampai sekarang, kematian Bung Karno juga masih menjadi kontroversi.

Bahkan tidak sedikit orang yang mengatakan Soekarno dibunuh perlahan.

Di masa tuanya, Soekarno diawasi dengan sangat ketat oleh Soeharto yang telah menggantikan posisinya sebagai presiden.

Bahkan, dokter dan obat yang akan diberikan kepada Soekarno harus melewati Soeharto terlebih dahulu.

Soekarno juga ditahan di sebuah sel yang sempit di Wisma Yaso.

Ia dijauhkan dari hal-hal yang sangat digemari seperti membaca dan berinteraksi dengan dunia luar.

Hal inilah yang membuat kesehatan Soekarno semakin memburuk dan akhirnya menutup usia pada usia ke 69 tahun.

Istri dan Anak Soekarno

Selama hidupnya, Soekarno telah menikahi Sembilan orang perempuan.

Istri pertamanya adalah Siti Oetari, anak gurunya sendiri, Cokroaminoto. Soekarno menikahi Oetari pada 1921, namun mereka bercerai pada tahun 1923.

Setelah berpisah dengan Oetari, Soekarno kemudian menikahi Inggit Ganarsih (1923-1943), Fatmawati (1943-1956), Hartini (1952-1979), Kartini Manoppo (1959-1968), Ratna Sari Dewi (1962-1970), Haryati (1963-1966), Yurike Sanger (1964-1968), serta Heldy Djafar (1966-1969).

Soekarno juga memiliki sepuluh orang anak, di antaranya Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, Totok Suryawan, serta Kartika Sari Dewi Soekarno, serta Ayu Gembirowati.

Sumber:

http://idsejarah.net/biografi-soekarno/

https://www.biografiku.com/biografi-soekarno-profil-proklamator-dan-presiden-pertama-indonesia/

(TribunnewsWiki/Widi)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul TRIBUNNEWSWIKI: Biografi Ir. Soekarno

ARTIKEL POPULER:

Baca: Pesan Almarhum Ustaz Arifin Ilham sebelum Meninggal

Baca: Jadi Tersangka, Ini Pengakuan Sopir Ambulans soal Bayaran dari DPC Partai Gerindra Tasikmalaya

Baca: 5 Penumpang Ambulans Partai Berisikan Batu Jadi Tersangka, Polisi Ungkap Dua Fakta Janggal

TONTON JUGA:

Editor: Fatikha Rizky Asteria N
Sumber: Tribunnews.com

Tags
   #Soekarno

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved