Senin, 12 Mei 2025

RamadanĀ 2025

Pengrajin Cincau Palembang Berharap Berkah Ramadan

Sabtu, 29 Maret 2025 12:50 WIB
Tribun Sumsel

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Di balik rintik hujan yang membasahi Kota Palembang, harapan manis merekah di benak para pengrajin cincau.

Bulan Ramadan yang dinanti, membawa secercah asa akan berkah dan rezeki yang melimpah. Salah satunya adalah Ahmad Cincau, sebuah usaha rumahan yang terletak di Jalan Putri Rambut Selako, Ilir Barat I, Palembang.

Sejak tahun 2018, Ahmad Cincau telah menjadi saksi bisu perjuangan dan kegigihan para pengrajin dalam melestarikan minuman tradisional Indonesia ini. Cincau, dengan teksturnya yang kenyal dan rasanya yang menyegarkan, selalu menjadi primadona, terutama saat cuaca panas. Minuman ini terbuat dari daun cincau yang direbus hingga menghasilkan gel hitam, kemudian disajikan dengan santan, gula merah, dan es batu.

"Biasanya, setiap menjelang Ramadan, pesanan cincau selalu meningkat," ujar Irfan (35), salah seorang pekerja di Ahmad Cincau, saat ditemui di sela-sela kesibukannya memproduksi cincau, Selasa (18/2/2025) sore.

Namun, harapan manis itu sedikit terusik oleh cuaca yang kurang bersahabat. Tingginya curah hujan di Palembang belakangan ini, membuat permintaan cincau sedikit menurun. "Bulan ini, Palembang masih sering diguyur hujan, jadi permintaan cincau agak berkurang. Semoga pas Ramadan nanti berubah," harap Irfan.

Di tengah ketidakpastian cuaca, para pengrajin cincau tetap bersemangat. Mereka berharap, cuaca segera membaik dan pesanan cincau kembali meningkat. Bulan suci Ramadan, diharapkan membawa berkah dan rezeki yang melimpah bagi mereka.

Irfan bercerita, pada Ramadan tahun lalu, mereka mampu memproduksi hingga 30 tong cincau. Setiap tong menghasilkan sekitar 50 loyang cincau berukuran 24x20 cm. Satu loyang cincau dijual dengan harga Rp 15.000 dan dipasarkan di Pasar Induk Jakabaring.

"Jelang Ramadan, biasanya kami bekerja hingga larut malam karena banyaknya permintaan. Tapi itu hanya di awal-awal Ramadan, sekitar dua minggu pertama. Setelah itu, pesanan kembali normal karena orang-orang mulai fokus mempersiapkan lebaran," tambah Irfan, yang telah bekerja di Ahmad Cincau selama tiga tahun.

Cincau buatan Ahmad Cincau banyak diminati karena rasanya yang segar dan alami. Mereka tidak menggunakan bahan pengawet atau pewarna buatan. "Semua bahan yang kami gunakan alami, sehingga cincau buatan kami aman untuk dikonsumsi," tegas Irfan.

Proses pembuatan cincau di Ahmad Cincau masih sangat tradisional. Daun cincau direbus selama kurang lebih enam jam, kemudian disaring hingga menghasilkan "santan" cincau. Ampasnya diperas lagi untuk diambil sarinya, kemudian dicampur dengan sagu dan diaduk hingga kental. Adonan cincau kemudian dicetak dan didinginkan.

"Yang paling lama itu proses merebus daun cincau," jelas Irfan sambil memperagakan cara pembuatannya.

Selain menghasilkan minuman yang segar, proses pembuatan cincau juga memerlukan perhatian khusus terhadap kebersihan. Tong dan tempat pembuatan cincau selalu dibersihkan setelah digunakan. "Kami ingin cincau buatan kami tidak hanya segar, tapi juga sehat dan bergizi," pungkas Irfan.

Bahan-bahan untuk membuat cincau memang mudah didapatkan, namun kayu bakar sebagai bahan bakar sedikit sulit dicari. Di tengah tantangan tersebut, para pengrajin cincau tetap optimis. Mereka berharap, Ramadan tahun ini membawa berkah dan rezeki yang melimpah, serta cuaca segera membaik agar produksi cincau kembali meningkat. (*)

Editor: Sigit Ariyanto
Sumber: Tribun Sumsel

Tags
   #cincau   #Palembang   #Ramadan

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved