Rabu, 14 Mei 2025

LIVE UPDATE

Hasil Quick Count PSI Masih di Bawah Batas Ambang Parlemen, Disebut Gagal 'Manfaatkan' Jokowi

Senin, 19 Februari 2024 12:25 WIB
Kompas.com

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) gagal memanfaatkan elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendulang suara pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Hal itu dikatakan Adi menanggapi hasil hitung sementara atau quick count yang memperlihatkan PSI masih di bawah 4 persen, atau di bawah batas ambang parlemen.

Adi mengatakan bahwa PSI telat “mengakuisisi” Jokowi.

“Ini telat, karena selama tiga bulan lamanya kampanye politik, ini gagal dikonversi sebagai sebuah elektabilitas partai,” kata Adi saat dihubungi, Minggu (18/2/2024).

Sekalipun Jokowi memiliki approval rating yang cukup tinggi, kata Adi, PSI gagal memperkenalkan masyarakat bahwa mereka bagian dari Jokowi.

Adapun putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep merupakan Ketua Umum PSI.

“Karena waktu yang cukup singkat untuk memperkenalkan kepada masyarakat itu gagal, maka dipastikan orang tidak tahu kalau Jokowi itu sangat identik dengan PSI,” tutur Adi.

Baca: Presiden Jokowi Akui Bahas Politik dengan Surya Paloh di Istana, Beberkan Pihak yang Ajak Ketemu

“Ini tentu sebagai bentuk kegagalan PSI menjadikan Jokowi sebagai figur sentral. Andai pemilihan anggota leglislatif tersisa 5-6 bulan lagi, mungkin PSI akan lolos efek dari Pak Jokowi,” kata Adi.

Masih rendahnya suara PSI juga menandakan PSI belum memiliki figur yang sentral.

Adi mencontohkan PDI-P dengan trah Soekarno dan Megawati Soekarnoputri, Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), atau Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto.

“Caleg PSI dibanding caleg partai lain, khususnya yang sudah lolos di parlemen, memang kalah pamor, pengalaman, kalah kuat dan kalah segalanya. Jadi wajar di setiap daerah pemilihan, caleg PSI tidak terlampau kompetitif dan kuat,” tutur Adi.

Adi juga mengatakan, PSI tidak memilki jejaring atau networking dan resource politik yang merata dan terdistribusi di seluruh Indonesia.

“PSI itu hanya kelihatan kuat, hanya berdenyut di perkotaan sementara di desa-desa eksposure politiknya nyaris tidak pernah kelihatan,” kata Adi.

“Oleh karena itu, kalau kita membaca geografi politik di Indonesia, pemilihnya kan lebih banyak di desa dibandingkan dengan kota,” tutur dia.

Baca: Seusai Pertemuan Paloh dengan Jokowi, PKB Pasrah jika Nasdem Loncat Bergabung Pemerintah Mendatang

Hasil quick count yang dilaksanakan sejumlah lembaga survei menunjukkan perolehan suara PSI di bawah 4 persen.

Salah satunya Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan bahwa PSI memperoleh suara 2,66 persen.

Hasil itu berdasarkan hasil quick count di 2.999 tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah sampel 520.357 suara sah.

Adapun margin of error 0,54 persen.

Sementara itu, hasil quick count Litbang Kompas per Jumat (17/2/2024) pukul 18.26 WIB, menunjukkan perolehan suara PSI 2,82 persen.

Data yang terhimpun 99 persen.

Metode menggunakan metodologi stratified random sampling dan memiliki margin of error sebesar 1 persen.

Namun, PSI tetap optimistis lolos ke Senayan.

Adapun ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4 persen agar perwakilan suatu partai politik bisa menjadi anggota DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.

"Tetap optimistis (lolos ke Senayan)," kata Wakil Ketua Dewan PSI Grace Natalie melalui pesan singkatnya, Minggu.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI Dedek Prayudi mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil real count.

"Kami masih menunggu hasil real count sambil mengawal suara," ucap Dedek, Minggu.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PSI Dinilai Gagal Manfaatkan Jokowi sebagai Figur Sentral"

# quick count # Pemilu 2024 # PSI # Kaesang Pangarep # Presiden Jokowi

Editor: Dyah Ayu Ambarwati
Reporter: Mei Sada Sirait
Video Production: Rania Amalia Achsanty
Sumber: Kompas.com

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved