Senin, 12 Mei 2025

LIVE UPDATE MANCANEGARA

Pakar Ungkap Paket Bantuan Militer ke Ukraina Jadi Bukti Barat Tak Ingin Terkalahkan di Dunia

Senin, 5 Juni 2023 14:11 WIB
Tribunnews.com

TRIBUN-VIDEO.COM - Perang yang masih berkecamuk di Ukraina menyita perhatian dari berbagai kalangan.

Termasuk dari analis hubungan internasional dan keamanan Mark Sleboda.

Ia mengungkapkan, keterlibatan Barat dalam perang itu menunjukkan Barat tak ingin terkalahkan.

Dikutip dari sputnikglobe.com pada Senin (5/6/2023), konflik yang sedang berlangsung di Ukraina menjadi bukti keengganan Amerika Serikat untuk berkompromi saat bernegosiasi dengan negara lain.

Selama beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat dan sekutunya telah menunjukkan kesediaannya ntuk memperpanjang konflik Ukraina selama mungkin.

Mereka penuh semangat Ukraina.

AS dan Barat tampak tak mau membawa konflik tersebut ke solusi perdamaian.

Meskipun mereka menyebut dirinya sebagai juara damai.

Sleboda berpendapat setelah berakhirnya Perang Dingin dan jatuhnya Uni Soviet, Barat sangat terbiasa dengan hegemoni globalnya.

Mereka tidak mau membuat kompromi dengan kekuatan besar lainnya termasuk Rusia.

“Anda dapat menyebutnya sebagai keistimewaan Barat, bahwa mereka benar-benar percaya bahwa mereka secara moral dan sistemis lebih unggul dari seluruh dunia, bahwa seluruh dunia akan menjadi lebih baik di bawah kekuasaan mereka, dan bahwa mereka hanya memiliki kewajiban untuk menegakkannya. , bukan hanya hak moral, tapi kewajiban,," tukasnya.

Ia memperhatikan bagaimana Amerika Serikat telah mengerahkan militernya di seluruh dunia.

AS juga menargetkan negara lain dengan sanksi selama beberapa dekade.

Sleboda mendalilkan bahwa "keistimewaan Eropa yang lebih luas" telah muncul di Barat.

Hal ini untuk melengkapi keistimewaan Amerika yang sering digunakan Washington untuk membenarkan tindakannya.

Analis menyarankan bahwa keadaan ini pada dasarnya adalah sisa yang tertinggal dari bencana geopolitik yang merupakan dekade momen unipolar AS.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengaku Rusia ditipu dengan ulah NATO dan Ukraina.

Hal ini disampaikan Kepala Negara dalam wawancara dengan Direktur Jenderal Badan Inisiatif Strategis Svetlana Chupsheva di ruang kreatif Zotov Center, Moskow pada Selasa (30/5/2023).

Rilis wawancara ini termuat dalam laman resmi Istana Kremlin, Rusia.

Topik dari wawancara itu terkait dengan pendapat Putin soal serangan drone Ukraina ke Ibu Kota Rusia, Moskow.

Dalam momen itu, Putin menceritakan bahwa perseteruan Rusia dan Ukraina sebenarnya sudah lama.

Putin menerangkan, wilayah Ukraina hampir dikuasai sejak awal oleh orang-orang yang dipimpin oleh Barat.

Menurutnya, mereka tidak hanya melawan Rusia, tetapi juga menciptakan "anti-Rusia" di wilayah itu.

"Setelah runtuhnya Uni Soviet, beberapa persaingan antara Rusia dan Ukraina tidak dapat dihindari - jelas - tetapi tampaknya mereka yang berurusan dengan hal ini percaya bahwa hal ini akan dilakukan dengan cara yang beradab, dan terlebih lagi, berkaitan dengan kedekatan sejarah, budaya, dan bahasa kami. Namun sayangnya, semuanya berjalan dengan cara lain, yang seharusnya sudah diperkirakan," tukasnya.

Putin menjelaskan, sebenarnya sejak awal merdeka, Ukraina menyatakan diri sebagai negara netral.

Diungkapkan, bahkan hal ini tertulis dalam Deklarasi Kemerdekaan Ukraina.

" Saya juga ingin mengingatkan Anda bahwa, pada saat Ukraina muncul sebagai negara merdeka, sejak awal, sejak langkah pertama, Ukraina menyatakan diri sebagai negara netral: hal ini tertulis dalam Deklarasi Kemerdekaannya," terangnya.

Putin berujar secara bertahap, Ukraina justru ingin bergabung dengan NATO.

Kepala Negara Rusia mengatakan, NATO merupakan sebuah organisasi yang memusuhi Rusia dan dibentuk semata-mata untuk memerangi Uni Soviet dan Rusia.

"Namun, secara bertahap, mereka beralih ke jalan yang berbeda: bergabung dengan NATO, sebuah organisasi yang memusuhi Rusia dan dibentuk semata-mata untuk memerangi Uni Soviet dan Rusia," ujarnya.

Disebutkan Kepala Negara, pada tahun 2008, tanpa tanda-tanda eksternal dan ketegangan militer-politik, Ukraina mengumumkan bahwa akan bergabung dengan NATO yang isinya negara-negara Barat dan AS.

Pernyataan itu diumumkan di Ibu Kota Bukares, Rumania.

Menurutnya, pada pertemuan puncak itu NATO membuka pintu lebar untuk Ukraina.

"Dan pada tahun 2008, tanpa tanda-tanda eksternal, tanpa ketegangan militer-politik, mereka mengumumkan bahwa mereka bergabung dengan NATO, mereka ingin bergabung dengan NATO, dan negara-negara Barat - anggota aliansi - mengumumkan di Bukares, menurut saya, pada pertemuan puncak, bahwa pintu NATO terbuka untuk Ukraina," bebernya.

(Tribun-Video.com/ sputnikglobe.com)

Video Production: Dyah Ayu Ambarwati
Sumber: Tribunnews.com

Tags
   #Bantuan Militer   #Ukraina   #Barat

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved