Minggu, 11 Mei 2025

JEJAK ISLAM

JEJAK ISLAM: Eksotisme Masjid Terapung An-Nur di Kampung Nelayan Wuring Sikka

Kamis, 6 April 2023 15:43 WIB
Tribunnews.com

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Masjid Terapung An-Nur khas akan eksotisme laut. Berdiri kurang lebih 4 meter di atas permukaan laut. Tepatnya di ujung Kampung Wuring, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat.

Kampung Wuring dikenal dengan kampung nelayan yang dihuni sebagian besar Suku Bajo dari Sulawesi. Namun, sebagian kecil warganya berasal dari Suku Buton, Suku Bugis, Suku Lio dan lainnya.

Masjid Terapung An-Nur, merupakan satu-satunya masjid terapung yang ada di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Jarak dari Kota Maumere menuju Masjid Terapung An-Nur kurang lebih 4 kilometer. Melawati jalan Trans Flores sebelah utara. Masjid ini terletak di ujung Kampung Wuring.Satu dari tiga masjid yang berad di permukiman padat penduduk ini.

Idris Bhoka (43), Takmir Masjid Terapung An-Nur mengatakan, Masjid Terapung dibangun di atas laut berkelindan dengan kondisi geografis dan pemukiman Suku Bajo. Rumah nelayan Suku Bajo dibangun di atas laut karena hidupnya bergantung dari hasil laut.

Peradaban Islam pun sangat kental di sini. Tak heran bila mayoritas warga adalah pemeluk Islam. Menurut cerita Takmi r Masjid ini, Suku Bajo yang berimigrasi di Kampung Wuring semua beragama Islam.

Bangun masjid kokoh berdiri di atas laut dengan dinding tembok didominasi warna putih.Tampak kubah masjid dengan motif galvalum berdiameter 6 dan corak warnanya orange dan hijau.

Sebuah bedug kayu berada di serambi masjid tepatnya di dekat pintu masuk. Bedug ini menjadi tanda bahwa Masjid Terapung An-Nur merupakan masjid NU.
Hal ini dibenarkan oleh Takmir masjid, bahwa basis jamaah masjid adalah NU.

Di sisi kiri dan kanan masjid terdapat 14 tiang pagar tembok berwarna kemasan dengan sedikit garis biru. Pada serambi kiri masjid, terlihat jelas deretan pemukiman nelayan dan aktivitasnya. Rumah-rumah mereka dibangun di atas laut dengan tiang-tiang kayu setinggi kurang lebih 3 meter.

Sementara itu, serambi kanan masjid terlihat hamparan laut lepas. Lalu lang perahu dayung maupun perahu motor nelayan menjadi pemandangan yang indah. Hawa di dalam masjid pun sangat sejuk.

Air laut di area masjid tenang tak menderu tapi keruh. Kondisi air keruh tak lain karena padatnya pemukiman di sekitar masjid. Sementara keberadaan pemecah ombak dari batu besar pegunungan meredam gelombang. Pemecah ombak ini dibangun warga dengan jarak dari masjid sekitar 10 meter.

Idris menghisahkan, sebelum Masjid Terapung An-Nur berdiri, 2008 warga swadaya membangun sebuah mushola. Ukuran mushola itu 12×12, tak jauh dari masjid sekitar 20 meter di bagian utara.

Mushola dibangun sekitar 2008. Ambruk ke laut karena konstruksi bangunan yang tidak kuat. Menurut Idiris, hal ini terjadi karena warga tidak memiliki pengalaman yang mumpuni tentang konstruksi bangunan yang baik.

Setelah mushola ini ambruk, Idris dan beberapa tokoh penting di Kampung Wuring berkumpul. Melakukan musyawarah untuk membangun kembali sebuah masjid yang dekat dengan pemukiman warga.

Akhirnya pada tahun 2010, warga berjibaku membangun masjid dengan luas 20x14 dengan tinggi 3 meter di atas laut. Bangunan masjid dikerjakan bersama, baik laki-laki maupun perempuan. Pembangunan masjid selesai tetapi tak langsung digunakan untuk kegiatan kerohanian, kurang lebih empat tahun.

Mulai tahun 2015, masjid resmi digunakan sebagaimana fungsinya untuk kegiatan kerohanian seperti sholat, pengajian, bimbingan serta pembinaan kaum muda. Masjid Terapung An-Nur pun pernah menjadi tuan rumah MTQ tingkat Kabupaten Sikka.

Masjid Terapung An-Nur mampu menampung 800 jamaah. Berdiri kokoh di atas air laut dengan kekuatan 99 tiang beton penopang masjid. Idris menjelaskan, 99 tiang beton melambangkan Asmaul Husna, nama-nama Allah yang indah dan baik yang tertulis di dalam Al-Quraan.

Sementara pada bangunan utama Masjid Terapung An-Nur terdapat 4 tiang beton berwarna hijau lumut. Tiang-tiang ini melambangkan 4 sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Bangunan masjid ini memiliki serambi yang luas. Serambi juga digunakan untuk kegiatan rohani. Serambi bagian kanan masjid sering dipakai sebagai tempat kaum laki-laki bercerita usai menuaikan ibadah solat.

Pengurus masjid pun menyediakan makanan dan minuman ringan untuk menemani cerita atau diskusi kaum laki-laki.

Di serambi kanan masjid telah dibangun kamar untuk para musafir. Kamar ini dibangun untuk membantu mereka yang berkunjung ke Wuring dan tidak memiliki penginapan. Sementara area wuduh berada di sisi barat masjid.

Jamaah yang beribadah di masjid ini tak hanya warga Kampung Wuring. Ada pula jamaah dari luar Kampung Wuring melaksanakan solat di masjid ini.

Takmir Masjid Terapung An-Nur, Idris Bhoka mempercayai, kehadiran masjid ini bagai benteng pertahanan untuk warga Kampung Wuring. Membentengi umat dari bencana, penyakit dan hal gaib dari laut.(*)

Editor: Sigit Ariyanto
Sumber: Tribunnews.com

Tags
   #JEJAK ISLAM   #Masjid Terapung   #Sikka

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved