Senin, 12 Mei 2025

Polisi Tembak Polisi

Sidang Sambo Cs Makin Panas Gegara Hasil Tes Kejujuran, Ahli Khawatir Terdapat Ekspektasi Berlebihan

Jumat, 16 Desember 2022 17:00 WIB
TribunJakarta

TRIBUN- VIDEO.COM - Sidang Ferdy Sambo cs kini sedang panas membahas soal hasil tes kejujuran atau poligraf.

Hal itu usai ahli poligraf Aji Febriyanto dihadirkan di persidangan pada Rabu (14/12/2022).

Dimana dari hasil poligraf Ferdy Sambo mendapatkan nilai minus 8, sedangkan Putri Candrawathi minus 25.

Kemudian untuk terdakwa Kuat Maruf dari dua kali pemeriksaan, pertama adalah plus 9 yang kedua minus 13.

Sedangkan untuk terdakwa Ricky Rizal dan Richard Eliezer alias Bharada E dinyatakan jujur.

Hasil poligraf ini dicecar oleh kubu yang disebutkan terindikasi berbohong.

Terdakwa Ferdy Sambo diantaranya yang kecewa karena saat melakukan tes poligraf, Aji Febrianto Ar-Rosyid disebutnya menggunakan pertanyaan titipan dari penyidik.

Ferdy Sambo menilai pertanyaan-tanyaan yang digunakan tersebut hanya berlandaskan isu.

Baca: Seusai Bertemu Kapolri, Ferdy Sambo Beri Lima Arahan kepada Brigjen Hendra Kurniawan

"Saya ingin menyampaikan kepada ahli poligraf, kami ingin menyampaikan bahwa sangat disayangkan dalam pembuktian yang dilakukan Puslabfor ini hanya berdasarkan isu dan titipan penyidik," ucap Ferdy Sambo.

Menurut Ferdy Sambo hasil dari tes poligraf dirinya terutama Putri Candrawathi sangat berdampak dengan kehidupan keluarganya.

"Ahli harusnya mengetahui dampak terhadap yang ahli berikan kepada keluarga saya," kata Ferdy Sambo.

Ferdy Sambo menilai, pertanyaan yang diajukan Aji Febrianto kepada Putri Candrawathi saat melakukan tes poligraf tidak ada hubungannya dengan kasus pembunuhan Brigadir J.

"Tapi ini lah faktanya yang mulia, tidak ada hubungannya dengan perkara 340 yang ahli tanyakan ke istri saya," ujar Ferdy Sambo dengan tatapan tajam.

"Sebaiknya kedepankan fakta dan independensi dari ahli ini, bukan dari penyidik," kata dia.

Kata Psikolog Forensik

Sementara itu, menurut Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel, bila kubu para terdakwa keberatan dengan kesaksian ahli poligraf maka mereka berkesempatan untuk mendatangkan ahli lain yang mengutarakan pendapat berbeda.

"Bisa dicounter dengan mendatangkan ahli yang lain.

Bagi jaksa dan pengacara itu merupakan pertarungan, sedangkan bagi majelis hakim adanya perbedaan pandangan ahli merupakan pengayaan sehingga hakim mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai suatu gembaran," jelas Reza, Kamis (15/12/2022).

Lebih lanjut, Reza "khawatir" adanya ekspektasi berlebih yang ditunjukan terhadap hasil uji poligraf.

"Sebagaimana ekspektasi yang berlebihan pada penerapan pemeriksaan psikologi untuk mengetahui apakah seseorang sudah diperkosa atau tidak.

Baca: Sehari setelah Penembakan, Ferdy Sambo Sempat Berikan 5 Arahan kepada Hendra Kurniawan

Kalau kemudian ekspektasinya sudah berlebihan khawatir instrumen, metode atau pendekatan yang digunakan untuk memeriksa seseorang akan menjadi alat yang sikapnya bagaimana terperiksa secara semena-mena disimpulkan lewat pemeriksaan dengan instrumen yang sesungguhnya tidak tepat sasaran," papar Reza.

Reza memahami bahwa poligraf ditujukan untuk mendeteksi kebohongan.

"Tapi definisi kebohongan tidak bisa terdeteksi oleh poligraf karena poligraf tidak mengetahui kenyataan.

Sehingga poligraf tidak bisa menarik kesimpulan apakah ada kesenjangan antara pernyataan dan kenyataan," lanjut Reza.

Kata Kriminolog

Sementara itu, Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala menyebut poligraf atau uji kebohongan bisa menjadi senjata bagi majelis hakim untuk mencecar para terdakwa yang terindikasi berbohong.

Adrianus menduga, hakim bisa saja akan lebih intens dalam menggali keterangan-keterangan terdakwa yang sebelumnya telah dinyatakan sebagai kebohongan dari uji poligraf.

"Jadi bisa saja ini menjadi satu amunisi baru bagi hakim," kata Adrianus di Breaking News Kompas TV, Rabu (14/12/2022).

Adrianus juga menilai, perbedaan hasil uji poligraf dari lima terdakwa juga karena latar belakang mereka yang berbeda.

Menurut Adrianus, Putri Candrawathi mendapatkan skor negatif tertinggi karena ia tak terbiasa dengan hal-hal terkait hukum.

"PC ibu rumah tangga yang tidak terbiasa dengan hal-hal hukum, dia lebih merupakan ibu rumah tangga yang sederhana," ujarnya.

"Sehingga begitu kemudian, misalnya dia diminta berbohong maka langsung ketahuan bohongnya," imbuhnya.

Sementara itu, ia menilai Ferdy Sambo sebagai sosok yang lebih terbiasa dengan situasi-situasi yang tidak hitam-putih.

"Ferdy Sambo itu jauh lebih realistis, jauh lebih terbiasa dengan situasi-situasi keras yang tidak hitam-putih, maka dia lebih terbiasa untuk memakai pendekatan yang tidak hitam-putih, sehingga tidak kelihatan juga kalau misalnya dia berbohong," terangnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Sidang Ferdy Sambo, Psikolog Forensik ''Khawatir'' Adanya Ekspektasi Berlebih pada Tes Poligraf

# Polisi tembak polisi # Ferdy Sambo # Brigadir J # Putri Candrawathi # Tes Poligraf 

Editor: Aditya Wisnu Wardana
Video Production: Damara Abella Sakti
Sumber: TribunJakarta

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved