Kamis, 15 Mei 2025

Terkini Daerah

Kopi Arabika Timor Raih Juara Pertama pada Kompetisi Kopi Terbaik Nusantara yang Digelar di Jogja

Selasa, 27 September 2022 11:09 WIB
Pos Kupang

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

TRIBUN-VIDEO.COM - Kopi Arabika Timor dari Desa Leloboko, Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang meraih juara pertama, dari 15 Arabika Dry Terbaik, Kompetisi Kopi Terbaik Nusantara, Jogja Coffee Week kedua atau JCW#2, awal September lalu.

Minuman Kopi Arabika Timor yang meraih juara pertama dalam Kompetisi Kopi Terbaik Nusantara, Jogja Coffee Week, merupakan hasil kerja keras Muhammad Fikri Shobari.

Sosok Muhammad Fikri Shobari, seorang teknisi pesawat dari salah satu maskapai di Bandara El Tari Kupang. inilah yang mengangkat nama Kopi Arabika Timor menjuarai Festival Kopi Terbaik Nusantara di Jogya.

Selain itu, Muhammad Fikri Shobari, yang biasa disapa Fikri ini, telah dua tahun lamanya membina petani kopi di Desa Leloboko, Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang sekaligus sebagai seorang prosesor kopi.

Menurut Fikri, Kopi Arabika Timor ini mengikuti kompetisi JCW#2 yang digelar di Jogja Expo Center (JEC), 2 - 6 September 2022 lalu. Kompetisi itu diikuti lebih dari 166 brand ekosistem kopi serta 239 peserta kontes kopi dari seluruh Indonesia.

Baca: Permintaan Biji Kopi Sembalun di Lombok Timur Meningkat, Puncaknya sejak 2020 Silam

Kopi Leloboko ditetapkan sebagai juara dari 15 kopi terbaik dengan skor tertinggi di kategori tersebut dan kini akan maju di tahap lelang.

Sebelumnya saat diwawancarai di Kupang beberapa waktu lalu Fikri menceritakan keinginannya untuk terus mengangkat Kopi Timor dan bagaimana awal mula ia melangkah mewujudkan cita-cita itu.

Ia sangat menyukai kopi dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia mempelajari kopi di Kota Kupang bersama Komunitas Kupang Menyeduh setelah ia pindah dari Jakarta karena tugasnya sebagai seorang teknisi pesawat.

Pada 2019 saat ia bertugas di NTT dirinya menyempatkan diri berkunjung ke Ende untuk memperdalam pengetahuan akan dunia kopi dan melihat pengembangan kopi asal Flores. Kemudian saat kembali ke Kupang ia berkeinginan mendampingi petani kopi di Pulau Timor.

Produk Kopi Arabika Timor dari Desa Leloboko, Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang menjadi tempat pertama yang ia tuju. Rumah warga ia kunjungi dan mencari tahu apakah ada kopi yang bisa diproduksi dan dijual warga setempat. Langkah ini dilakukan sejak tahun 2020 lalu.

Pak Adi adalah orang warga desa setempat yang turut membantu Fikri. Pak Adi sendiri, ceritanya, adalah tokoh yang sangat dihormati warga apalagi karena istrinya yang adalah seorang pendeta di sana. Maka jalan baginya terbuka, ia dan warga memulai kerja sama dan belajar usaha kopi dengan ilmu yang ia miliki.

Menurutnya saat itu musim panen kopi memang sudah berlalu sehingga antusias masyarakat belum tinggi. Awalnya untuk menjemur kopi pun bukan dilakukan di rumah jemur tetapi dengan skala kecil atau di atas meja biasa. Lalu petani dihadapkan lagi dengan Badai Seroja. Untungnya didapatkan panen 50 kilogram green bean atau biji kopi.

Masyarakat juga akhirnya bisa merasakan perbedaan dari rasa kopi yang telah diolah dengan teknik yang tepat dibandingkan dengan kopi yang diolah mereka sehari-hari selama ini.

Berbagai alat pendukung juga Fikri berikan untuk petani kopi di desa ini seperti alat pengukur tingkat keasaman fermentasi, alat pengukur kadar gula, juga alat pengukur kadar air untuk kopi yang sudah dijemur.

"Petani juga harus punya alat supaya mereka tahu standar mereka sampai mana," ungkapnya, Kamis 22 September 2022.

Ia juga menyisihkan gajinya setiap bulan untuk membiayai pengembangan kopi yang ia bina. Tidak saja di Desa Leloboko, ia juga membina petani di Desa Oelbiteno.

Kopi dari masyarakat dua desa ini pun adalah yang ditanam di pekarangan rumah masing-masing, bukan dikembangkan di kebun kopi khusus, sehingga perlu ia kontrol dengan serius.

"Ini sebagai investasi jangka panjang juga dan kita menjalin hubungan. Saya dianggap sebagai keluarga atau anaknya mereka juga," ceritanya lagi.

Fikri juga memberi modal untuk pembuatan rumah jemur, mendampingi petani kopi di kedua desa ini dan melalui berbagai kendala di lapangan, hingga kini banyak pesanan dan permintaan yang datang.

"Tahun kedua ini bahkan lebih banyak pesanan," tambah dia.

Selama ini Fikri juga telah menghabiskan kurang lebih Rp 20 juta guna membantu para petani mengembangkan Kopi Timor ini.

Ia pun seringkali bertandang ke Kabupaten Kupang menempuh paling lama 3 jam perjalanan dari domisilinya di Kota Kupang. Dalam sebulan bisa tiga kali ia datang ke dua desa ini dan menginap di sana.

Antusias petani di Desa Leloboko juga makin tinggi yang dari 10 petani hingga kini 20 petani terlibat. Pada Juni lalu hasil buah kopi di desa ini sekitar 1,2 ton yang bisa menghasilkan ratusan kilogram biji kopi atau meningkat dari produksi awalnya yang 50 kilogram saja.

Sementara di Desa Oelbiteno pada tahun pertama produksi bisa mencapai 100 lebih kilogram biji kopi dan masa produksi kedua sebanyak 50 kilogram karena terdapat beberapa kendala.

"Kritikan ada banyak, pro dan kontra dengan rasa kopi dari Oelbiteno dan Leloboko juga ada, tetapi yang terbanyak itu pujian atau orang suka dengan kopi dari NTT. Kita komunitas sendiri kaget ya, ada kopi di Timor yang rasanya sangat enak," ungkapnya.

Pemasaran dilakukannya melalui Instagram yang ia miliki yaitu Nemu Kebun Kopi dan ternyata banyak pula diminati masyarakat luar NTT akan arabika dari kedua desa ini.

Baca: Kedai Kopi Lyfe di Kota Manado Tampilkan Proses Pengolahan Biji Kopi Secara Langsung

Dulunya kopi ini diproduksi oleh masyarakat untuk konsumsi pribadi, barter dengan kebutuhan lain, atau dijual bubuk kopinya seharga Rp 5 ribu per gelas.

Ia lalu mengedukasi mulai dari pemangkasan, pemetikan yang benar, teknik penjemuran, hingga dengan fermentasi. Kemudian hasilnya ia beli dari petani dengan harga yang pantas dan dipasarkan lebih luas terutama kepada para pecinta kopi nusantara.

Keuntungannya selama ini pun juga dibagi lagi untuk memberdayakan petani selama dua tahun terakhir, malah menurutnya dukungan ini perlu berjalan 10 tahun.

"Karena pembibitan kopi saja idealnya 3 tahun," ucapnya.

Menurutnya, masyarakat lokal perlu mengembangkan sendiri kopi yang dimiliki dan ia bercita-cita masyarakat dapat memiliki fasilitas yang memadai sehingga banyak pembeli yang datang langsung ke petani ini.

Sudah banyak kafe di Kupang yang juga memesan kopi dari desa-desa ini termasuk Dekranasda NTT. Ia sendiri menyebut akan menyesuaikan produksi kopi dari kemampuan petani dan sementara memenuhi permintaan dari Kota Kupang.

Ia berharap kehadiran kopi Pulau Timor ini sekaligus dapat bersaing kopi lainnya dan menambah keragaman kopi di NTT. (Fan)

Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Kopi Arabika Timor Raih Juara Pertama di Festival Kopi Terbaik Nusantara Jogya

# Biji Kopi # Kopi Arabika # Festival Kopi Terbaik Nusantara Jogya # Juara Pertama

Editor: bagus gema praditiya sukirman
Sumber: Pos Kupang

Tags
   #festival kopi   #kopi arabika   #Juara

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved