HUT ke-77 RI
Sosok Kapten Pierre Tendean dan Sejarahnya sebagai "The Rising Star" TNI AD
TRIBUN-VIDEO.COM - Sosok dari Kapten Pierre Tendean yang menjadi korban peristiwa G30S/PKI.
Dalam sejara tercatat beberapa insiden kelam dalam perjalanan Republik Indonesia.
Seperti yang diketahui dalam aksi tersebut membuat para Jenderal TNI menjadi korban.
Sejarah mencatat, peristiwa G30S/PKI menjadi momen kelam dalam perjalanan Republik Indonesia.
Pasukan bersenjata yang didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI), melakukan operasi penculikan sejumlah jenderal TNI.
Oknum dari Pasukan Tjakrabirawa itu tak pandang bulu.
Baca: Fakta Menarik di Balik Kemerdekaan Indonesia, Naskah Proklamasi Ternyata Sempat Terbuang di Sampah
Mereka menembak mati sejumlah orang dalam melaksanakan operasi tersebut.
Tragedi berdarah G30S/PKI itu juga memupuskan harapan The Rising Star di lingkungan TNI AD, Lettu Pierre Tendean untuk menikah dengan wanita pujaan hatinya.
Ajudan Jenderal AH Nasution itu dibunuh dan jasadnya dibuang ke Lubang Buaya, kawasan Jakarta Timur.
Lettu Pierre Tendean, pada masanya dikenal sebagai The Rising Star di lingkungan TNI AD.
Pierre Andries Tendean, merupakan anak dari pasangan AL Tendean, seorang dokter dari Minahasa, dan ME Cornet, wanita Indo berdarah Prancis.
Sejak kecil, Pierre Tendean selalu memiliki tekad menjadi seorang tentara.
Namun, orang tuanya sempat lebih mengarahkan Pierre Tendean untuk menjadi seorang dokter atau insinyur.
Walaupun begitu, Pierre Andreas Tendean tetap teguh pada tekadnya menjadi TNI.
Ia masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada 1958 dan lulus pada 1961.
Setelah lulus, Pierre Andreas Tendean berpangkat letnan dua.
Baca: 7 Fakta tentang Kemerdekaan RI yang Jarang Diketahui oleh Orang Indonesia
Setahun bertugas di Medan, Pierre Tendean pun menjalani pendidikan intelijen di Bogor.
Usai mengenyam pendidikan intelijen Pierre Andreas Tendean menjadi seorang mata-mata.
Berkat kerja keras dan kemampuannya, Pierre Andreas Tendean dipandang sebagai The Rising Star TNI.
Hal ini terbukti dari berebutnya tiga jenderal untuk menjadikan Pierre Tendean sebagai ajudan.
Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Kadarsan.
Dari ketiga jenderal itu, Jenderal AH Nasution-lah yang mendapatkan sosok Pierre Tendean.
Hal ini disebabkan Jenderal AH Nasution disebut-sebut sangat menginginkan Pierre Tendean menjadi ajudannya.
Pierre Andreas Tendean dipromosikan sebagai Letnan Satu (Lettu).
Lettu Pierre Tendean pun menjadi ajudan termuda Jenderal AH Nasution.
Pada usia 26 tahun, ia sudah mengawal sang jenderal ternama.
Namun, segala kecemerlangan dalam bidang militer dan masa depan cerah Lettu Pierre Tendean harus berakhir.
Saat itu 30 September 1965, Lettu Pierre Tendean biasanya pulang ke Semarang merayakan ulang tahun sang ibu.
Namun, ia menunda kepulangannya karena tugasnya sebagai pengawal Jenderal AH Nasution.
Ia tengah beristirahat di ruang tamu, di rumah Jenderal AH Nasution, Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat.
Namun, waktu istirahatnya terganggu karena ada keributan. Lettu Pierre Tendean pun bergegas mencari sumber keributan itu.
Ternyata keributan itu berasal dari segerombol orang.
Baca: Sejarah Singkat dan Perjuangan Soekarno, Sempat Dipenjara hingga Akhirnya Proklamasikan Kemerdekaan
Disebutkan bahwa orang-orang yang datang ke rumah AH Nasution adalah pasukan Tjakrabirawa. Mereka pun menodongkan senjata pada Lettu Pierre Tendean.
Lettu Pierre Tendean tak bisa berkutik. Ia dikepung pasukan itu.
Demi melindungi atasan, Lettu Pierre Tendean menyebut dirinya sebagai Jenderal AH Nasution.
"Saya Jenderal AH Nasution," ujarnya.
Akhirnya, Pierre Tendean yang dikira Jenderal AH Nasution langsung diculik.
Pada akhirnya, Lettu Pierre Tendean harus gugur di tangan orang-orang yang menyerangnya.
Meski Pierre Tendean tak lagi bernyawa, kakinya diikat lalu dimasukkan ke dalam sumur di Lubang Buaya.
Padahal, pada November 1965, Lettu Pierre Tendean dijadwalkan akan menikahi wanita pujannya, Rukmini Chaimin. Pernikahan The Rising Star itu rencananya digelar di Medan.
Takdir berkata lain. Ia diculik demi melindungi atasannya, sehingga berakhir tragis di lubang buaya.
Sebagai bentuk penghormatan, Pierre Tendean mendpat kenaikan pangkat menjadi kapten.
Kapten Pierre Tendean pun ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia pada 5 Oktober 1965.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Sosok Kapten Pierre Tendean 'The Rising Star' Korban G30S PKI, Ajudan Termuda Jenderal AH Nasution
# TNI AD # Pierre Tendean # G30S/PKI # Partai Komunis Indonesia # PKI
Video Production: Nur Rohman Urip
Sumber: Tribun Manado
tribunnews update
TNI AD Buka Peluang Anak Korban Ledakan Amunisi di Garut Jadi Prajurit, Siap Beri Pendampingan
7 hari lalu
Nasional
Penampakan Amunisi Kadaluwarsa Milik TNI AD sebelum Meledak di Garut hingga Tewaskan 13 Orang
Rabu, 14 Mei 2025
Viral News
Disemayamkan di Kantor Pusat Munisi III TNI AD, Jenazah Kopda Eri Dimakamkan di Temanggung
Selasa, 13 Mei 2025
Terkini Nasional
SITUASI Mencekam Lokasi Ledakan Amunisi di Garut! Ada Tanda Larangan Masuk, Investigasi Berlangsung
Selasa, 13 Mei 2025
Nasional
[FULL] Keterangan TNI AD Soal Ledakan Bom Tak Layak Pakai yang Menewasakn 13 Orang di Cibalong Garut
Selasa, 13 Mei 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.