LIPUTAN KHUSUS
Mitos Gunung Wijil yang Sering Disebut Tempat Cari Pesugihan, Berbenah Jadi Desa Wisata & Religi
TRIBUN-VIDEO.COM - Gunung Wijil yang berada di Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Klaten, mencoba dikembangkan kedalam 2 sektor wisata yakni wisata religi dan wisata alam dengan banyak spot foto.
Hal itu dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) Kupang agar dapat meningkatkan kesejahteraan desa dan masyarakatnya.
Namun bicara soal Gunung Wijil, tak bisa lepas dari legenda dan mitos soal tempat mencari pesugihan di tengah perkembangan zaman modern saat ini.
Untuk mengungkap sisi lain dari wisata Gunung Wijil, Tim TribunSolo.com berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Juru Kunci Makam yang ada di Gunung Wijil, Misiono (53) dirumahnya, Sabtu (16/7/2022).
Baca: Misteri Alas Krendowahono Karanganyar, Jadi Tujuan untuk Cari Jabatan hingga Permudah Jodoh
Dirinya mengaku sudah sejak muda mengemban amanah itu, yang dimulainya pada umur 28 tahun.
"Saya itu dulu awalnya hanya sebagai pendamping dari juru kunci yang sebelumnya. Namun beliau wafat, saya ditunjuk untuk menggantikan beliau," ungkap pria 53 tahun itu.
Pria yang akrab di sapa Pak Kemis ini menjelaskan jika di tempat tersebut, terdapat beberapa makam yakni merupakan kerabat Keraton Surakarta adalah Asnonohargo Muyo Gunung Wijil.
Di lokasi tersebut juga terdapat petilasan yang cukup terkenal yakni Syekh Joko yang merupakan murid Joko Tingkir sekaligus menjadi cikal bakal adanya makam di tempat tersebut.
Kemis juga mengatakan jika di sana ada makam Ki Ageng Lokojoyo maupun makam Raden Ayu Yudorono.
"Awalnya duku karena Syekh Joko bertapa di situ, terus oleh Keraton Pajang terus dikasih patok untuk mengubur trah Keraton Pajang," ungkapnya.
Kemis mengakui jika makam itu dulunya sangat keramat, karena waktu itu makam tersebut masih di kelilingi pohon yang sangat lebat.
Namun kondisi saat ini sangat jauh berbeda setelah Pemerintah Desa menjadikan tempat tersebut sebagai tempat wisata.
Dirinya menegaskan jika Gunung Wijil yang dikenal sebagai tempat ngalap berkah untuk mencari pesugihan untuk tujuan tertentu dengan cara instan itu hal yang salah.
Dirinya tak menampik jika banyak orang yang salah kaprah dengan Gunung Wijil.
Kemis mengaku tak nyaman dengan anggapan bahwa di Gunung Wijil bisa dijadikan tempat mencari pesugihan.
"Saya juga enggak nyaman karena saya juga takut. Pesugihan itukan sudah melenceng dari ajaran agama," ujarnya.
Lebih lanjut Kemis menjelaskan, apa yang bisa ditempat tersebut adalah ziarah makam, namun juga ada istilah ngalap berkah.
"Ngalap berkah itu meminta barokah atau hidayah karena dia usaha. Tamu yang kesini juga untuk mendoakan yang sudah dikubur setelah mendoakan baru meminta kepada yang kuasa apa yang di inginkan," jelasnya.
"Tapi mintanya tetep sama Gusti Allah ya, bukan minta sama kuburan," tegasnya.
Dirinya sendiri mengaku ikut saja dengan kebijakan Pemerintah Desa Kupang soal pengembangan wisata di tempat tersebut.
Sementara itu, Kepala Desa Kupang, Kecamatan Karangdowo, Sutari saat ditemui Tim TribunSolo.com mengatakan mengatakan desanya termasuk desa miskin di Klaten.
Sutari mengatakan di Desa Kupang terdapat kurang lebih 2.956 penduduk yang tersebar di 12 dukuh atau 21 RT 8 RW dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani dan buruh harian lepas.
Sebagai upaya yang dilakukannya guna mengentaskan kemiskinan adalah mengembangkan potensi wisata Gunung Wijil di Desa Kupang.
Barulah di tahun 2019 dirinya bersama warga bergotong royong menjadikan Gunung Wijil sebagai destinasi wisata religi dan alam.
Ditahun itu dirinya melakukan langkah penting bersama warga sekitar yang disebutnya sebagai kegiatan Semarak Gunung Wijil.
Baca: Candi Lawang di Sumbung Boyolali Diyakini Jadi Pintu Ghaib Menuju ke Kerajaan Majapahit
"Akhirnya setelah taman itu jadi, alhamdulillah Gunung Wijil viral dan ramai sekali bahkan dari luar wilayah Karangdowo hadir," tambahnya.
Sutari mengaku sudah menyiapkan strategi guna meningkatkan kesejahteraan warganya di waktu mendatang.
"Ada rencana ke depan akan pengembangan untuk tower untuk gardu pandang dan kolam renang, tapi karena kemarin sempat terkena imbas (pandemi) covid,"ungkapnya.
Kini, yang menjadi masalah berikutnya adalah keterbatasan anggaran untuk merealisasikan gagasan tersebut.
Namun dirinya optimistis jika kedepannya akan segera terealisasi dengan perencanaan yang matang.
Selain itu dirinya juga akan mempertahankan sekaligus mengembangkan wisata religi yang ada.
Meskipun beberapa orang diantaranya salah mengartikan dengan mencari pesugihan atau meminta kepada orang yang telah meninggal.
"Diharapkan orang kesitu tahu, bahwa yang datang untuk mendoakan beliau-beliau itu agar dan akhirnya dengan niatan yang baik itu mendapatkan sesuatu dari Allah," harapnya.
"Jadi untuk yang berkaitan dengan pesugihan itu malah berasal dari pihak luar bukan dari warga desa, bahkan selama saya menjadi lurah belum pernah mendapati itu," tambahnya.
Dirinya menegaskan jika di Gunung Wijil tidak ada tempat ritual khusus untuk melakukan ritual itu.
Dengan adanya desa wisata, dia berharap Gunung Wijil kedepannya dapat menjadi Desa Wisata yang meningkatkan kesejahteraan warga setempat. (*)
Baca berita lainnya terkait mitos
# mitos # Gunung Wijil # Klaten # pesugihan # Desa
Video Production: Rizaldi Augusandita Muhammad
Sumber: TribunSolo.com
Live Update
Menteri Desa Diminta Meminta Memperjelas Status Kepegawaian Persatuan Perangkat Desa Indonesia
Jumat, 2 Mei 2025
Regional
Buntut Kecewa, Warga Tuntut Kepala Desa Sigenti Parigi Moutong Mundur, Segel Kantor Desa
Rabu, 30 April 2025
Regional
Polisi Gagalkan Pengiriman Ratusan Botol Miras Siap Edar dari Klaten ke Jombang, 3 Pria Dibekuk
Rabu, 30 April 2025
Live Update
Momen Pelantikan 20 Kepala Puskesmas dan 2 Pejabat Kades oleh Bupati Malaka di Pantai Abudenok
Rabu, 23 April 2025
Regional
Sopir Taksi Online Digorok Pakai Cutter di Klaten Diduga Dirampok, Pelaku Malah Ngaku Diperkosa
Senin, 21 April 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.