PUASA ASYIK: Menjelajahi Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Masjid berbentuk seperti Kelenteng

TRIBUN-VIDEO.COM - Puasa Asyik kali ini akan membawa Tribunners mengenal Masjid unik di Surabaya, yakni Masjid Raya Cheng Ho.

Seusai dengan namanya, masjid ini merupakan sebuah tempat ibadah umat muslim bernuansa Tionghoa.

Letaknya tak jauh dari Gedung Balaikota Surabaya yakni di Jalan Gading, Ketabang, Kecamatan Genteng, Surabaya.

SEJARAH NAMA

Seusai dengan namanya, masjid ini dinamai Masjid Cheng Ho sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho.

Laksamana Cheng Ho bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan juga menyebarkan agama Islam.

Untuk mengenang perjuangan dakwahnya, warga Tionghoa muslim ingin memiliki sebuah masjid bergaya Tionghoa.

Kemudian dibangunlah Masjid Raya Cheng Ho Surabaya.

Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus Pembina Imam Tauhid Islam (PITI), pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur dan tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya.

Diawali dengan peletakan batu pertama pada 15 Oktober 2001 bertepatan dengan Isra Mikraj.

Pembangunan Masjid Cheng Ho secara keseluruhan selesai pada 28 Mei 2003.

Kemudian diresmikan oleh Menteri Agama Indonesia, Said Agil Husain.

Arsitektur bangunan ini merupakan Ir Abdul Aziz yang berasal dari Bojonegoro.

ARTSITEKTUR BANGUNAN

Arsitektur masjid ini berbeda dengan masjid-masjid pada umumnya.

Saat masuk ke halaman masjid, Tribunners akan merasakan nuansa Chinesee di lokasi.

Masjid ini dibangun menyerupai kelenteng atau rumah ibadah umat Tri Dharma dengan dominasi warna merah menyala.

Saat masuk ke dalam masjid, dinding hingga lantai penuh ornamen khas Tiongkok lama.

Baca: Arus Lalin di Jalan Lintas Jambi - Padang Mulai Ramai, Pemudik Beristirahat di Masjid Agung Tebo

Pintu masuk masjid menyerupai bentuk pagoda dengan ukiran relief naga.

Di langit-langit masjid, Tribunners juga bisa melihat seni kaligrafi dan aksara China.

Ada pula patung singa dari lilin dengan lafaz Allah di puncak pagoda tersebut.

Di sisi kiri bangunan, Tribunners akan melihat sebuah beduk yang biasa ditabuh sebelum azan berkumandang.

Perpaduan gaya Tiongkok dan Arab kental terasa di masjid ini.

Arsitektur Masjid Cheng Ho terinspirasi dari Masjid Niu Jie atau Ox Street di Beijing.

Masjid Raya Cheng Ho dibangun di atas tanah seluas 21x11 meter persegi.

Dengan luas bangunan 11x9 meter persegi, masjid ini mampu menampung sebanyak 200 jemaah.

Masjid Cheng Ho memiliki bentuk seperti sarang laba-laba karena memiliki delapan sisi di bagian atas bangunan utama.

Ada makna tersendiri dari angka-angka tersebut.

Luas bangunan yang menunjukkan angka 11 ini bermakna ukuran Kabah saat baru dibangun.

Sementara angka 9 melambangkan jumlah Wali Songo.

Sedangkan, sisi di atas bangunan yang berjumlah 8 ini dalam bahasa Tionghoa bermakna Pat Kwa atau keberuntungan/kejayaan.

Ada pula yang menyebut, laba-laba merupakan hewan yang menyelamatkan Nabi Muhammad SAW dari kejaran kaum Quraish.

Di bagian serambi masjid, terdapat lima anak buah tangga yang merepresentasikan Rukum Islam.

Sementara enam buah anak tangga di bagian masjid dalam, merupakan representasi dari Rukun Iman.

Tak hanya ukuran, warna masjid yang mendominasi juga sarat makna.

Ada empat warna yang mendominasi yakni merah, kuning, biru, dan hijau.

Dalam kepercayaan Tionghoa, empat warna ini merupakan simbol kebahagiaan, kemasyhuran, harapan, dan kemakmuran.

Selain menikmati keindahan arsitektur bangunan masjid, Tribunners juga bisa melihat relief laksamana yang bernama lengkap Muhammad Cheng Hoo bersama kapal yang digunakan saat mengarungi Samudera Hindia.

Tersirat pesan dalam relief yang menyebut agar umat Islam tetap rendah hati dalam menjalani hidup sehari-hari.(*)