Rabu, 7 Mei 2025

SPECIAL MOMEN

Sejarah Kelam Tragedi Semanggi I, Melawan Militerisme yang Berujung Brutalitas Aparat

Sabtu, 13 November 2021 09:39 WIB
Tribun Video

TRIBUN-VIDEO.COM - Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 11-13 November 1998 masih menyimpan cerita kelam bagi masyarakat Indonesia.

Puluhan warga dan mahasiswa tewas dalam tragedi tersebut.

Insiden Semanggi I diawali pada bulan November 1998 saat pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang Istimewa.

Sidang Istimewa tersebut untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan.

Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan tidak percaya dengan para anggota DPR/MPR Orde Baru.

Mereka mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik, serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Masyarakat dan mahasiswa kemudian menolak Sidang Istimewa MPR 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI.

Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa, masyarakat bergabung dengan mahasiswa.

Setiap hari mereka melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional.

Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul.

Dimulai pada tanggal 11 November 1998, mahasiswa dan masyarakat bergerak dari Jalan Salemba, bentrok dengan Pamswakarsa di kompleks Tugu Proklamasi.

Kemudian tanggal 12 November 1998, ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat bergerak menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah yaitu Semanggi-Slipi-Kuningan.

Akan tetapi mereka tidak ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa.

Pada malam harinya terjadi bentrok di daerah Slipi dan Jl. Sudirman.

Puluhan mahasiswa masuk rumah sakit dan ribuan mahasiswa dievakuasi ke Atma Jaya.

Akibat bentrok tersebut, seorang pelajar, Lukman Firdaus terluka berat dan beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.

Keesokan harinya Jumat,13 November 1998, mahasiswa dan masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya.

Mereka bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di kampus Universitas Atma Jaya Jakarta.

Pengamanan di kawasan Semanggi semakin diperketat.

Johnny TG, Fotojurnalis Senior Harian Kompas (1990-2019) mengatakan, bentrokan tersebut pecah hingga aparat menyemprotkan gas air mata.

Bahkan masyarakat yang melarikan diri dikejar ke dalam kampus dan dihajar.

Selain itu, Eddy Hasby, Fotojurnalis Senior Harian Kompas menyebut, saat itu ada dua hingga tiga panser diterjunkan oleh aparat.

Mengetahui hal itu, masyarakat memberanikan diri mengadang meski tanpa membawa senjata.

Mahasiswa mencoba bertahan, namun saat itu terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat.

Tembakan demi tembakan dilayangkan ke arah mahasiswa maupun masyarakat.

Menurut keterangan Aktivis Mahasiswa 1998, Johny Muhammad, aparat saat itu sangat represif hingga mahasiswa yang berada di rumah sakit Polri dihajar oleh mereka.

Seorang mahasiswa Institut Teknologi Indonesia, Teddy Wardhani Kusuma, merupakan korban meninggal pertama pada hari itu.

Mahasiswa terpaksa berlari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan merawat teman sekaligus masyarakat yang terluka.

Korban kedua penembakan oleh aparat adalah Bernardus Realino Norma Irmawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta

Karena mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan, aparat kemudian menembakkan gas air mata.

Insiden tersebut setidaknya menewaskan 17 orang, sementara 456 korban mengalami luka-luka.

Korban tewas lantaran terkena senjata api, dipukul benda keras, tajam ataupun tumpul.

Menurut aktivis mahasiswa 1998, Savic Ali, penembakan hingga menewaskan belasan orang tersebut memang perintah dari atasan.

Kekerasan yang menimbulkan korban tersebut disebutnya sebagai pelanggaran HAM, karena melibatakan Aparatur Negara bahkan mungkin panglima.

Peristiwa tragis ini kemudian dikenal dengan Tragedi Semanggi I.(*)

# pelanggaran HAM # Tragedi Semanggi I # Aktivis mahasiswa

Editor: Alfin Wahyu Yulianto
Reporter: Tri Suhartini
Video Production: Wening Cahya Mahardika
Sumber: Tribun Video

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved