HARI PAHLAWAN
Penampakan Penjara Bawah Tanah Cut Nyak Dhien, Kini Jadi Museum Sejarah Jakarta
TRIBUN-VIDEO.COM, JAKARTA - Indonesia hari ini tak lepas dari jasa para pahlawan di masa lampau.
Mengulik kembali kisah perjuangan di masa lalu, terdapat beberapa saksi bisu yang menjadi bukti beratnya perjuangan masyarakat Indonesia di zaman panjajahan dulu.
Salah satunya ada penjara bawah tanah era Belanda yang pernah dirasakan oleh beberapa Pahlawan Nasional Indonesia.
Seperti Untung Surapati, juga Cut Nyak Dhien.
Penjara bawah tanah ini berlokasi di gedung yang kini dikenal dengan nama Museum Sejarah Jakarta.
Museum ini juga dikenal masyarakat dengan sebutan Museum Fatahillah karena berlokasi di Jalan Taman Fatahillah No.1 Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.
Mengulik tentang sejarahnya, Museum Sejarah Jakarta awal mulanya diresmikan pada 30 Maret tahun 1974 oleh Gubernur Ali Sadikin.
Sebelum menjadi museum, gedung ini dahulu berfungsi sebagai Gedung Balai Kota di Batavia.
Demikian dijelaskan oleh Kordinator Pemandu Wisata Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta, Amat Kusaini Al Alexs.
"Jadi gedung ini, dulu dibangun tahun 1707 pada masa Gubernur Jenderal Joan Van Hoorn. Fungsi pada masa itu, bahwa gedung ini dahulu digunakan sebagai kantor balai kota dan juga kantor pengadilan," kata Alexs, Rabu (10/11/2021).
Selain memiliki fungsi sebagai Gedung Balai Kota, dahulu bangunan ini juga sekaligus sebagai gedung pengadilan.
Oleh sebab itu, Balai kota Batavia juga mempunyai ruang tahanan yang pada masa VOC dijadikan sebagai penjara bagi para tahanan Belanda.
"Pahlawan-pahlawan Nasional kita, zaman dulu tepatnya pada zaman Belanda ada juga yang dipenjara di sini. Karena dulu gedung ini pusatnya pemerintahan Belanda. Di bawah gedung ini ada penjara bawah tanah," tuturnya.
Terdapat 5 ruangan penjara bawah tanah yang ada di bangunan bekas Kantor Balai Kota Batavia ini.
Penjara inilah yang dulu menjadi tempat bagi Untung Surapati dan juga Cut Nyak Dhien ketika ditahan Belanda.
Berada di bawah bangunan, penjara bawah tanah tidak memiliki atap yang terlalu tinggi.
Hanya memiliki atap berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi bagian tengahnya yang hanya mencapai 160 centimeter.
Baca: Upacara Peringatan Hari Pahlawan di TMP Kalibata, Presiden Jokowi Jadi Inspektur Upacara Ziarah
Baca: Hari Pahlawan, Laskar Merah Putih Ziarah ke TMP Kusuma Trikora Waena
Bagi para tahanan yang memiliki tinggi lebih dari 160 centimeter, maka tak bisa berdiri tegak kalau berada di dalam penjara ini.
Adapun ruangan tersebut hanya memiliki luas sekitar 3x6 meter persegi.
Menurut Alexs, dahulu para tahanan yang ditahan di sini ada sekitar 30 orang dalam satu ruangan.
Mereka juga harus menggunakan besi pemberat yang diikat menggunakan rantai pada bagian tangan dan kakinya.
"Ini bekas mariam dulu dipakai sebagai pemberat. Pakai rantai buat beban tangan sama kaki. Beratnya memang macam-macam ada beratnya 20 Kg, 50 Kg, tergantung kesalahannya seperti apa," kata Alexs.
Tak hanya memiliki luas ruangan yang cenderung sempit.
Penjara bawah tanah tersebut juga minim cahaya.
Terdapat satu buah jendela dengan jeruji besi sebagai tralisnya.
Ketebalan tembok dari tahanan tersebut juga melebihi dari tembok pada umumnya.
Konon, kata alexs Untung Surapati dulu pernah dipenjara di sini.
Sementara Cut Nyak Dhien, pernah ditempatkan di penjara bawah tanah khusus wanita yang letaknya ada di bawah bangunan bagian dalam.
Nyaris tak ada cahaya pada penjara wanita tersebut.
Bahkan, jika dilihat tingginya tak mencapai 160 centimeter.
Hanya sekitar 110 centimeter dengan luas 6x9 meter.
Sehingga, orang dewasa hanya bisa membungkukan badan saat berada di dalam.
Karena berada di bawah bangunan, ruang tahanan ini juga selalu digenangi air saat musim hujan.
Alexs bercerita, air selalu membanjiri tahanan wanita setiap musim hujan sejak zaman Belanda dulu.
"Memang Cut Nyak Dhien sendiri gak begitu lama (ditahan) di sini. Itu sekitar abad ke 19. Dulu tepatnya sekitar 1802, karen waktu itu beliau di asingkan ke daerah Sumedang," imbuhnya.
Jika Tribuners tertarik melihat secara langsung penjara bawah tanah era Belanda ini, bisa datang langsung ke Museum Sejarah Jakarta.
Adapun Museum Sejarah Jakarta beroperasi setiap hari Selasa hingga Minggu pukul 9.00 WIB hingga 15.00 WIB.(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Penampakan Penjara Bawah Tanah Era Belanda di Jakarta, Cut Nyak Dhien Pernah Ditahan di Sini
Video Production: Putri Anggun Absari
Sumber: TribunJakarta
Sejarah Hari Ini
Asal-usul Nama Batavia dalam Sejarah Perkembangan Kota Jakarta saat Masa Pendudukan VOC
Selasa, 4 Maret 2025
Kilas Peristiwa
Menilik Kengerian Tragedi Geger Pecinan di Batavia yang Jadi Awal Mula Nama Kali Angke
Rabu, 9 Oktober 2024
Local Experience
Inilah Siasat Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk Merebut Benteng Batavia VOC
Sabtu, 7 September 2024
Local Experience
Wajah Tempo Dulu, Inilah Suasana Jakarta Tempo Dulu yang Dikenal dengan Old Batavia
Selasa, 21 Mei 2024
Local Experience
Suasana Kamar Pangeran Diponegoro saat di Batavia,Hampir Sebulan Menunggu Keputusan Pengasingannya
Senin, 6 Mei 2024
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.