Rabu, 14 Mei 2025

Sisi Lain Metropolitan

Harapan Penjual Warung Kerekan di Mampang Prapatan: Ingin Pandemi Covid-19 Lekas Berlalu

Kamis, 4 November 2021 15:08 WIB
TribunJakarta

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUN-VIDEO.COM, MAMPANG PRAPATAN - Warung kerekan di Kampung Kebalen, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan menjadi lahan penghidupan bagi warga tepi Kali Mampang.

Dengan bermodalkan tali tambang yang terbentang dari satu sisi kali ke sisi seberangnya, Mpok Neneng (40) mengerek ember berisi pesanan nasi bungkus kepada pembeli.

Mengerek ember sudah dikerjakan Mpok Neneng sekitar 7 tahun yang lalu.

Ide membuat warung kerekan itu muncul ketika jembatan di Kali Mampang yang menghubungkan lokasi proyek hotel Four Season, Gatot Subroto, dibongkar.

Saat itu, Ibunya Mpok Neneng, Irma dan beberapa warga lainnya membuka warung nasi.

Banyak pekerja proyek yang makan di sana.

Namun, ketika ada penurapan di tepi kali, jembatan pun dibongkar

Sumber periuk nasi penjual menjadi terdampak.

Ibu Irma sempat pindah ke seberang kali itu untuk berjualan, tetapi hanya sebentar karena harga sewa yang mahal.

"Akhirnya di pinggir-pinggir sini (kali). Pakai tambang nariknya," cerita Mpok Neneng saat ditemui TribunJakarta.com pada Kamis (16/9/2021).

Saat ini ada sekitar enam warung kerekan yang berada di tepi Kali Mampang.

Pada saat awal-awal buka, Ibu Irma merupakan orang kedua yang membuka warung.

Setelah menikah, Mpok Neneng memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai kasir di mal dan membantu ibunya di warung kerekan.

Para pembeli yang memesan makanan di warung kerekan berasal dari karyawan gedung-gedung jangkung di sekitar kali.

Di antaranya karyawan hotel, karyawan pemasaran, penjaga parkir dan petugas kebersihan.

Lauk untuk nasi rames yang dijual Mpok Neneng terbilang beranekaragam.

Menu ayamnya pun bisa digeprek, digoreng dan dipenyet. Ada juga soto dan gado-gado.

Baca: SISI LAIN METROPOLITAN: Asal-Usul Nama Masjid Jami Al Anwar

Pesan mesti teriak

Berbeda dengan warung nasi umumnya, memesan makanan di warung kerekan Mpok Neneng punya sensasi tersendiri.

Komunikasi penjual dan pembeli berlangsung dengan berteriak.

Menurut Mpok Neneng, cara seperti itu malah bisa menghilangkan stres.

"Itu ciri khasnya, yang bikin orang seneng buat ngilangin stres," katanya enteng.

Pembayaran dilakukan dengan cara berteriak.

Bila sudah terdengar berapa harganya, pembeli meletakkan uang di ember sebelum makanan jadi.

Nanti, uang kembalian dan makanan yang dimasukkan ke dalam ember akan diantarkan lagi kepada pembeli.

Biasanya pembeli yang berteriak tidak memiliki nomor whatsapp Mpok Neneng atau pembeli baru.

"Mereka teriak, ada apa aja bu? saya bilang apa aja ada. Sayurnya apaan? sayur asem. Tumisnya apaan? Tergantung dia mintanya apaan," tambahnya.

Namun, komunikasi dengan cara berteriak ini punya risiko bagi para penjual di warung kerekan.

Bila salah dengar pesanan, bisa-bisa malah jadi buntung alias rugi.

Seperti penjual di warung kerekan, Ibu Khatirah (58). Tak jarang Ibu Khatirah keliru mendengar pesanan yang disampaikan pembeli dari seberang kali.

"Sering keliru, karena ibu sama bapak pendengarannya udah kurang. Itu di dekat kali ada air grojogan (air yang turun dari saluran air) suaranya kenceng kalau lagi ngalir," ceritanya.

Ketika pembeli berteriak, penjualnya pun terkadang iya-iya saja.

Ibu Khatirah akhirnya mengganti pesanan pembeli yang salah.

"Ya nanti diganti. Mau enggak mau rugi. Risiko orang dagang," tambahnya.

Baca: SISI LAIN METROPOLITAN: Misteri Kampung Mati Vietnam di Kramat Jati Jakarta Timur

Raup untung besar

Meski warungnya terlihat sederhana, para penjual bisa meraup untung gila-gilaan dari berjualan makanan.

Warung kerekan diminati bagi para karyawan lantaran harga makanan dan minuman yang murah, sesuai kocek mereka.

Mpok Neneng bercerita sebelum pandemi Covid-19, omzet per hari warungnya bisa meraup sekitar Rp 1,5 juta!

Sebab, Mpok Neneng dan penjual lainnya tak perlu bayar harga sewa tempat.

Itu tentu berbeda ketika ia membuka kantin di gedung tinggi yang harga sewa saja bisa mencapai Rp 3,3 juta sebulan.

Mereka tentu berharap pandemi Covid-19 lekas berlalu, agar roda perekonomian yang sempat seret bisa kembali berjalan mulus.

Bermodal tambang dan ember, untung besar pun dituai warga pinggiran ibu kota ini. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Melihat Warung Kerekan di Kampung Kebalen: Pesan Makanan Mesti Teriak, Dikerek Pakai Ember

Video Production: Megan FebryWibowo
Sumber: TribunJakarta

Tags
   #nasi bungkus   #Mampang Prapatan   #warung

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved