Kamis, 15 Mei 2025

Travel

Ziarah ke Makam Datuk Banjir di Lubang Buaya, Ada Pantangan Aparat Dilarang Memakai Seragam

Senin, 19 April 2021 08:45 WIB
TribunJakarta

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUN-VIDEO.COM, CIPAYUNG - Makam Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah di Jalan Kramat RT 04/RW 02, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung merupakan satu tempat wisata religi di Jakarta Timur.

Meski akses menuju makam Mbah Datuk Banjir hanya berupa jalan setapak yang bahkan sulit dilalui sepeda motor karena kondisi jalan yang masih berupa tanah, makam ini tak pernah sepi peziarah.

Setiap harinya selalu ada orang datang berziarah ke makam Mbah Datuk Banjir yang merupakan Alim Ulama dan pejuang kemerdekaan zaman penjajahan Belanda pada abad ke 7 silam.

Baca: Berziarah ke Makam Pahlawan Asal Bekasi KH Noer Ali, Wisata Religi Sarat Nilai Sejarah Perjuangan

Yanto Wijoyo (45), keturunan kesembilan Mbah Datuk Banjir​ sekaligus pengurus makam mengatakan siapa pun diperbolehkan berziarah, tapi ada satu pantangan yang berlaku.

"Kalau misalnya mau datang kemari enggak boleh pakai seragam, khususnya tentara dan polisi. Setahu saya yang dilarang itu seragam aparat. Bukan enggak boleh, tapi dianjurkan jangan memakai seragam," kata Yanto di Jakarta Timur, Sabtu (17/4/2021).

Pantangan tersebut merupakan pesan Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah yang dipercaya sebagai pencetus nama Lubang Buaya sebelum meninggal dunia kepada keturunannya.

Tidak diketahui pasti alasan Mbah Datuk Banjir menetapkan pantangan, namun Yanto menduga hal itu tidak lepas dari perjuangan leluhurnya sebagai pejuang saat mengusir penjajah.

Baca: Menjelang Ramadan, Begini Suasana Warga Berziarah ke TPU Karet Bivak Jakarta Pusat

"Mungkin karena terjadi perang, kekejaman segala macam dipesan seperti itulah. Kalau (pantangan ziarah) yang umum ya kan istilahnya kalau perempuan lagi datang bulan kan enggak boleh ziarah. Kalau di sini ya pantangan ketika ziarah enggak boleh pakai seragam atribut kedinasan aparat," ujarnya.

Yanto menuturkan sebagai pejuang kemerdekaan Mbah Datuk Banjir tidak hanya bekerja sama dengan Alim Ulama dari berbagai daerah yang dikenal memiliki kesakitan di luar nalar manusia.

Semasa hidup mbah Datuk Banjir mengajarkan ilmu bela diri kepada warga Lubang Buaya yang kala itu disebut masih berupa Kampung, belum berstatus Kelurahan sebagaimana sekarang.

Pun kebanyakan warga Lubang Buaya kala itu merupakan petani, perlawanan yang dipimpin Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah cukup membuat kewalahan penjajah Belanda.

"Pernah ada yang aparat yang datang mau ziarah, sudah dianjurkan untuk melepas seragam tapi enggak mau. Akhirnya ada saja yang istilahnya kena yang kurang bagus. Seperti dia jalan masuk terus jatuh, benjol," tuturnya.

Dalam kasus lain Yanto menyebut ada aparat yang merasa seolah-olah dirinya tenggelam saat masuk ke area makam karena mengabaikan pantangan untuk melepas seragam dinasnya.

Lalu ada peziarah yang merasa kakinya seperti terperosok ke dalam lantai karena menolak mengikuti pantangan sesuai permintaan Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah saat hidup.

"Kita kan sudah bilang baik-baik. Artinya apa salahnya, kalau memang kita enggak cocok (dengan pantangan melepas seragam dinas saat ziarah) ya pulang. Di sini kan amanah, bukan profesi. Makannya saya benar-benar menertibkan banget orang yang pada ziarah," lanjut Yanto.

Baca: Peziarah Ramai Kunjungi TPU Kota Padang, Pedagang Bunga Bisa Jual Ratusan Kantong Sehari

Selain makam Mbah Datuk Banjir, di area makam terdapat delapan pusara keturunan Mbah Datuk Banjir yang jadi juru kunci makam sebagaimana dilakukan Yanto sekarang.

Tapi hanya makam Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah yang dikeramatkan, lokasinya berada dalam satu ruang dengan lebar sekitar 3 meter dan panjang 4 meter.

Untuk memasuki ruang makam Mbah Datuk Banjir yang terdapat satu kelambu, dan dua guci di bagian kanan dan kiri peziarah harus lebih dulu menemui Yanto pemilik kunci ruangan.

"Kalau pusaka Mbah Datuk Banjir ada di ruang lain, tapi enggak boleh diambil foto. Kalau kereta kuda yang di bagian belakang itu kereta yang dulu digunakan untuk transportasi membawa hasil tani. Dulu kan warga sini bertani padi," sambung dia. (*)

Baca juga beria terkait di sini

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Pantangan Ziarah ke Makam Datuk Banjir, Aparat Dilarang Pakai Seragam

# ziarah # Wisata Religi # Mbah Datuk Banjir # makam # Lubang Buaya

Editor: Panji Anggoro Putro
Video Production: Muhammad Ulung Dzikrillah
Sumber: TribunJakarta

Video TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved