Trump Sasar Yaman di saat Houthi Jadi "Macan Tidur", Mantan Diplomat AS Nilai sebagai Aksi Gegabah

Editor: Dyah Ayu Ambarwati

Reporter: Putri Dwi Arrini

Video Production: Rifqi Khusain

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Amerika Serikat (AS) telah melancarkan eskalasi gabungan dengan Inggris untuk menyerang kelompok Ansarallah Houthi Yaman, pada Sabtu (15/3/2025) kemarin.

Menurut data terbaru, serangan itu telah menyentuh korban tewas di angka 19 orang.

Akan tetapi, keputusan Trump untuk menyerang Houthi tersebut dinilai sebagai langkah yang keliru oleh mantan Diplomat AS, Nabeel Khoury.

Pasalnya, Trump sebelumnya telah berjanji untuk menghindari perang dan megedepankan perdamaian.

Namun ia justru mengambil langkah berlawanan dengan menyerang kelompok Houthi.

Baca: Dikutuk Iran sebagai Pelanggaran Internasional & Dibalas Houthi dengan Bola Api!

Ditambah lagi, menurut Khoury, Houthi sudah lama tak ikut campur dengan konflik pasca gencatan senjata Israel-Hamas.

Ia khawatir dengan keputusan gegabah Trump, justru akan menimbulkan balas dendam yang berkali-kali lipat dari Houthi.

Dan betul saja, kekhawatiran Khoury langsung terealisasi dengan respons dari Juru Bicara Houthi, Mohammed Abdul-Salam.

Abdul-Salam menuduh AS bertindak berlebihan untuk memengaruhi opini publik terkait serangan Houthi di Laut Merah.

Houthi lantas menyatakan ketegasan-nya untuk membalas eskalasi AS-Inggris ke Yaman.

(Tribun-Video.com/Tribunnews.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Keputusan Trump untuk Serang Yaman Dinilai Keliru, Houthi Sudah Tak Beraksi Sejak Gencatan Senjata

# Amerika Serikat # Donald Trump # Yaman # Houthi # perang

Sumber: Tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda