CAWAN: Mimpi Kerja di Luar Negeri Berujung Sekapan: Kisah Pilu Pemuda Tanjungpinang di Kamboja

Editor: Radifan Setiawan

Video Production: yohanes anton kurniawan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Agung Hariadi (25), seorang pemuda asal Tanjungpinang, Kepulauan Riau, mengalami mimpi buruk setelah tertipu oleh iming-iming pekerjaan dengan gaji besar di luar negeri.

Bermula dari tawaran seorang yang mengaku memiliki akses pekerjaan di Malaysia, Agung kini harus berjuang untuk kembali ke tanah air setelah menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan disekap di Kamboja.

Menurut ibu Agung, Dessi, anaknya ditahan di sebuah kamar tanpa diperbolehkan keluar, serta tidak diberikan makanan dan minuman yang memadai.

Tawaran tersebut datang saat Agung sedang berada di Semarang untuk menjalani pengobatan. Karena memiliki paspor dan pengalaman ke luar negeri sebelumnya, Agung memberanikan diri menerima tawaran itu.

Setibanya di Malaysia, Agung menginap satu malam di sebuah hotel dengan semua biaya ditanggung oleh pihak yang menjanjikan pekerjaan tersebut. Namun, keesokan harinya, ia diajak pergi ke "kantor pusat" dan malah diterbangkan ke Phnom Penh, Kamboja.

Rasa curiga mulai muncul, tetapi Agung tidak dapat berbuat banyak. Upayanya melarikan diri di bandara Malaysia digagalkan oleh dua orang yang mengawalnya.

Sesampainya di Phnom Penh, Agung dijemput oleh seseorang yang berbicara dalam bahasa Inggris. Ia kemudian dibawa dalam perjalanan selama delapan jam menuju Poi Pet, sebuah wilayah di Kamboja.

Di lokasi tersebut, Agung menyadari bahwa ia tidak akan bekerja sebagai promosi barang seperti yang dijanjikan, melainkan sebagai operator scammer, sebuah pekerjaan ilegal yang melibatkan penipuan online.

"Awalnya saya tidak tahu apa-apa. Tapi begitu tahu pekerjaan ini adalah scamming, saya minta untuk dipulangkan. Mereka malah marah dan menyekap saya di kamar," cerita Agung.

Selama disekap, Agung tidak diberi makanan dan minuman, serta smartphone-nya disita sehingga ia tidak dapat menghubungi siapa pun. Ia juga sempat mendengar rencana bahwa dirinya akan dijual ke Vietnam.

Keberuntungan datang ketika mobil yang membawanya menuju lokasi baru di Vietnam mengalami kecelakaan. Dalam kekacauan itu, Agung berhasil melarikan diri dan menemukan bantuan dari seorang sopir taksi lokal yang kebetulan dapat berbicara bahasa Indonesia.

Sopir tersebut membawanya kembali ke Phnom Penh, di mana ia kini berada di bawah perlindungan seorang warga lokal.

Sementara itu, Dessi, ibu Agung, terus berusaha menghubungi berbagai pihak untuk menyelamatkan putranya. Ia melaporkan kasus ini ke Polresta Tanjungpinang, BP3MI Kepulauan Riau, dan KBRI.

Laporan diterima oleh Ketua Tim Perlindungan BP3MI Kepri, Darman Sagala, pada Selasa (24/12/2024).

BP3MI mencatat kasus Agung adalah salah satu dari delapan laporan serupa sepanjang tahun 2024. Sebagian besar korban berasal dari Tanjungpinang, Karimun, dan Batam.

Saat ini, Agung masih berada di Phnom Penh sambil menunggu proses pemulangannya ke Indonesia. Ia berharap pemerintah dapat segera membantunya kembali ke tanah air.

Darman mengimbau agar masyarakat tidak mudah terpedaya dengan iming-iming gaji besar di luar negeri, terutama Kamboja.

Terlebih sebagian besar warga yang dikirim ke sana bekerja di sektor Judi Online (Judol) dan scamming.(*)

Sumber: Tribun Batam
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda