Tembus Pasar Internasional dengan Sedotan Purun: Perjalanan Sukses Sri Hartati dan Purunea Eco-straw

Editor: Sigit Ariyanto

Video Production: Damara Abella Sakti

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru

TRIBUN-VIDEO.COM - Sampah plastik adalah ancaman yang nyata bagi lingkungan.

Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, plastik telah menjadi polutan besar yang mencemari laut, tanah, bahkan rantai makanan kita.

Dari miliaran ton plastik yang diproduksi, hanya sebagian kecil yang berhasil didaur ulang, sementara sisanya mengendap di tempat pembuangan dan mengotori alam.

Setiap tahunnya, sampah plastik membutuhkan ratusan tahun untuk terurai sepenuhnya.

Dalam skala global, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia.

Tetapi, di tengah ancaman itu, muncul sebuah harapan dari tanah Belitung, sebuah inovasi yang sederhana namun penuh arti.

Di sini, komunitas UMKM telah menemukan cara memanfaatkan tanaman Purun, sebuah tanaman liar yang tumbuh subur di kolong-kolong bekas tambang.

Rumput liar ini, yang sebelumnya tak dianggap memiliki nilai, kini menjadi solusi alternatif pengganti sedotan plastik, membawa manfaat ekonomi dan juga dampak lingkungan yang positif.

Di sinilah dimulai perjalanan yang tidak sederhana.

Tanaman Purun tumbuh di lahan basah bekas tambang, yang dalam bahasa lokal disebut ‘kolong’.

Di balik kolong ini, bahaya tersembunyi sering mengancam para pencari Purun.

Tidak jarang, buaya menampakkan diri di sekitar perairan tersebut. Untuk memastikan keamanan, warga harus menunggu waktu tertentu saat mereka tahu buaya tidak berada di sekitar kolong, atau mereka menggunakan cara-cara khusus yang diwariskan turun-temurun untuk mengambil purun dengan lebih aman.

Meski berisiko, bagi warga, usaha ini tetap berarti. Purun dipotong dari kolong-kolong, kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang untuk diproses lebih lanjut. Tanaman liar yang dulunya hanya menjadi penghias di lahan bekas tambang, kini menjadi tumpuan baru untuk mata pencaharian masyarakat.

Adalah Hartati, sosok di balik inovasi ini, yang membentuk UMKM Purunea pada tahun 2019. Ia melihat potensi purun yang begitu banyak tumbuh, namun belum dimanfaatkan. Ia terpikir untuk mengolahnya menjadi sedotan alami, yang kemudian melalui berbagai proses untuk memastikan produk ini higienis, aman, dan tak mengubah rasa minuman. 

Proses produksi pun dimulai. Tanaman purun yang telah dipotong dibawa ke rumah produksi UMKM Purunea. Di tangan-tangan ibu rumah tangga di Desa Dukong, Tanjungpandan tanaman purun segar ini lantas diolah.

Mereka dengan telaten memotong, membersihkan, dan mengeringkan purun hingga siap dipasarkan. Proses ini memakan waktu cukup lama—mulai dari pemotongan, pembersihan buku-buku Purun, pembersihan, perebusan hingga penjemuran. Penjemuran ini bisa memakan waktu hingga tiga hari tergantung pada cuaca. Setelah kering, batang purun siap dikemas.

Upaya ini tidak berjalan sendiri. Pemerintah daerah, melalui PLUT KUMKM Belitung, telah memberikan dukungan untuk pengembangan UMKM ini melalui fasilitasi perizinan, desain kemasan hingga promosi dengan melibatkan dalam berbagai pameran di dalam dan luar daerah.

Dukungan pemerintah ini menjadikan produk sedotan purun sebagai salah satu produk unggulan dari Belitung. Dengan adanya pembinaan dan bimbingan, UMKM ini semakin mantap dalam mengembangkan produknya, mengedepankan kualitas yang sesuai dengan standar nasional maupun internasional.

Pada Mei 2022, produk sedotan purun Belitung mendapat pengakuan internasional saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, membawanya ke forum PBB di New York.

Dengan bangga, ia menunjukkan bahwa sedotan berbahan alami ini bisa menjadi solusi nyata untuk menggantikan plastik. Sedotan purun dari Belitung ini tidak hanya mengangkat nama Belitung di kancah internasional, tetapi juga membuktikan bahwa produk lokal mampu bersaing dalam mendukung konsep pariwisata berkelanjutan.

Lebih dari sekadar pengganti plastik, sedotan purun juga merupakan simbol dari tekad untuk menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Produk ini bahkan ditampilkan dalam pertemuan G20 dan menjadi cinderamata bagi delegasi yang hadir.

Dengan proses produksi yang alami tanpa bahan pengawet, sedotan ini aman digunakan dan dapat terurai setelah dibuang, menjadikannya pilihan ramah lingkungan yang nyata.(*)

#Sosok #UMKM #LocalExperience #Lokal #LokalBangga #cenderaloka #matalokalumkm #matalokaltravel #umkm #kuliner #traveller #wisata #traveling #Adat #Suku #AdatIstiadat #Budaya #Indonesia #Nusantara #TribunTravel #TribunUMKM #Cenderaloka #LokalAsri #Belitung #SriHartati #Purun #Sedotan #Eco-straw

Program: Cenderaloka Local Experience
Video Production: Damara Abella Sakti

Sumber: Pos Belitung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda