Download aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store untuk dapatkan pengalaman baru
TRIBUN-VIDEO.COM - Kasus polisi tembak mati pelajar SMK N 4 berinisial GRO (17) melibatkan pula dua korban lainnya yakni AD (17) dan SA (16).
Ketiganya merupakan teman satu sekolah. GRO tercatat sebagai siswa kelas 11, jurusan teknik mesin , SA kelas 11 jurusan teknik tenaga listrik dan AD kelas 12 jurusan teknik tenaga listrik.
Ketiganya dituding polisi masuk kelompok gangster. Namun tudingan itu dibantah oleh sejumlah warga tempat tinggal para korban.
Seperti bantahan dari ketua RT 4 RW 2 kelurahan Tugu, Aris Widarto. Dia membantah SA yang merupakan warganya adalah anggota gangster.
Menurut dia, SA adalah anak baik. Aktif mengaji dan jarang keluar malam. Dia juga aktif membantu orangtuanya berjualan kerupuk keliling.
Alibinya itu diperkuat oleh sikap SA di kampungnya yang tidak pernah terlibat kenakalan.
Baca: Isu Rekayasa Polisi Menguat! Warga Kompak Bantah Aparat, Akui GRO Siswa di Semarang Bukan Gangster
Hal yang sama diungkapkan warga di lingkungan tempat tinggal AD. Para warga heran AD malah disebut gangster.
Wakimini mengatakan, AD tidak pernah terlibat kenakalan remaja di lingkungan sekitar. Sebaliknya, dia aktif di kegiatan remaja masjid dan perkumpulan warga.
Rencana Bentuk Tim Pencari Fakta
Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Penyambung Titipan Rakyat (LBH Petir) Jawa Tengah Zainal Abidin Petir, berencana bakal membentuk tim pencari fakta.
Tim ini dibentuk untuk merespon ketidakpuasan publik terhadap jawaban dari Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar yang menyatakan tiga anak yang ditembak satu di antaranya meninggal dunia karena melawan dan membawa senjata tajam.
Selain itu, tim akan dibentuk karena polisi terkesan menutupi kasus ini.
Baca: Kapolres Akui Bingung soal Kronologi Tawuran yang Picu Polisi Semarang Tembak Siswa SMK hingga Tewas
Terkait para korban masuk kelompok gangster, pihaknya sudah menelusuri ke sekolah untuk meminta keterangan dari guru dan teman korban.
Fakta di lapangan, ternyata tidak ada catatan kenakalan dari korban selama bersekolah.
Kemudian koordinator Bimbingan Konseling (BK) tidak ada catatan pelanggaran kenakalan dari ketiga korban.
Pernyataan tak jauh berbeda diungkapkan oleh ketua RT di masing-masing tempat tinggal korban.
Zainal mengaku, para keluarga korban masih ketakutan sehingga tidak bisa menerima tamu. Dia juga tidak tahu mengapa warga sampai ketakutan.
Meskipun begitu, pihaknya masih akan terus berusaha melakukan pendampingan kepada para korban secara gratis.
Zainal meminta kepada Kapolri supaya mengusut tuntas kasus ini supaya bisa terang benderang.
Begitupun lembaga lainnya seperti Komnas HAM, Komnas Anak, Komisi 3 DPR RI untuk turun ke Semarang mengusut tuntas supaya terkuak apa yang sebenarnya terjadi dalam kasus ini.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Benarkah Ada Rekayasa? Warga Kompak Bantah Korban Penembakan Polisi di Semarang Gabung Gangster
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.