TRIBUN-VIDEO.COM - Dua buah mobil minibus '90-an, terparkir di seberang Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta dengan kondisi setengah terbuka dan dipenuhi makanan.
Di atasnya, terkembang terpal plastik yang melindungi mobil dan apa pun yang ada di bawahnya dari panas dan hujan yang mungkin saja turun di musim pancaroba ini.
Setelah memarkirkan kendaraannya, pengunjung dipersilakan mengambil dan memilih sendiri menu makanan yang diinginkan.
"Monggo mundut piyambak," kata salah satu pemilik warung, Galih Yunanto kepada para pelanggan menggunakan bahasa Jawa yang artinya "silakan mengambil sendiri".
Deretan sayur buatan rumahan, seperti sayur sawi, kering tempe, lodeh, sup, dan terong balado tertata rapi di atas piring saji, di balik tirai tipis yang menjaganya dari lalat.
Aneka gorengan hangat, seperti ketela goreng, bakwan, atau tahu isi juga terhidang di meja buatan yang ia susun di bagian samping belakang mobil.
“Iya, itu dipasang sendiri, bisa dilepas pasang juga,” ujar Galih.
Ketika ditanya darimana datangnya ide warung tenda di atas mobil ini, ia menceritakan penggusuran yang ia dan teman-teman pedagang lainnya alami, Desember tahun lalu.
"Ada penggusuran dari Pol PP dan Dinas Perdagangan," ujar Galih mengawali cerita.
Warung-warung permanen yang sebelumnya berdiri, saat ini sudah diratakan dan berganti tenda-tenda yang dapat dipasang atau lepas.
Galih menuturkan, meski telah digusur, tidak ada larangan bagi mereka untuk tetap berdagang selama tidak mendirikan kembali bangunan-bangunan yang sifatnya permanen.
"Sudah begitu, mending saya pakai mobil ini saja. Tadinya rusak, terus saya perbaiki dan susun sedemikian rupa sehingga bisa untuk mengangkut dan meletakkan dagangan,” ujar Galih.
Dengan kondisi ini, Galih memang tidak perlu repot-repot jika hendak membuka warung dan berkemas pulang.
Ia hanya perlu memasang tenda dan terpal, kemudian membuka mobilnya sedemikian rupa.
"Begini kan efektif, dan yang terpenting tidak melanggar larangan," tuturnya.
Di bagian belakang, Galih ditemani seorang pria lain sibuk menggoreng aneka lauk dan membuat es untuk disajikan kepada para pelanggan.
"Ini baru kok, baru dari Januari kemarin, kan penggusuran Desember," kata dia. sembari mengambil uang kembalian untuk pelanggan yang baru saja melakukan pembayaran.
Karena posisinya yang terdapat di seberang RSJ Surakarta, tak kebanyakan pembeli datang dari kalangan pegawai rumah sakit jiwa, atau keluarga pasien yang dirawat.
Namun, banyak juga masyarakat sekitar yang membeli lauk, sayur, atau sekadar gorengan di warung sederhana ini.
Tidak tanggung-tanggung, ia kerap menerima pesanan dalam jumlah banyak dari para pelanggannya.
Wajar, karena rasa masakan yang ia jajakan memang tidak sesederhana tampilan warung pinggir jalannya.
(Kompas.com / Luthfia Ayu Azanella)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bangunan Permanen Dilarang, Pedagang Ini Buka Warung Nasi di Minibus"
ARTIKEL POPULER
Baca: Cara Edit Foto Promosi Produk yang Instagramable dengan Adobe Spark
Baca: Cara Aktifkan Fitur Kontrol Orangtua di Google Play Store
Baca: Cara Terjemahkan Teks dari Kamera atau Foto
TONTON JUGA:
<iframe src="https://www.youtube.com/embed/_GUMhs8i0W4" width="360" height="360" scrolling="no" frameborder="0"></iframe>
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.