TRIBUN-VIDEO.COM - Ratusan keluarga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung mulai kembali dari wilayah selatan dan tengah daerah kantong tersebut ke wilayah utara.
Mereka kembali ke utara beberapa hari setelah sebelumnya mengungsi dari wilayah tersebut atas perintah tentara pendudukan Israel.
Kepulangan sukarela ini terjadi karena kondisi keamanan yang tidak stabil di bagian tengah dan selatan Gaza.
Di mana tentara Israel terus mengebom daerah-daerah tersebut.
Baca: Rumah Sakit di Gaza Disasar Bom Ratusan Korban Tewas, Dunia Langsung Kecam Keras Kekejian Israel
Kurangnya layanan penting termasuk air, listrik dan bahan bakar di Gaza selatan juga memaksa keluarga-keluarga tersebut untuk kembali ke wilayah utara, meskipun ada ketidakpastian keamanan.
Sejumlah pengungsi terpaksa kembali ke rumah mereka lantaran tidak ada air, listrik, atau bahan bakar.
Pada hari Minggu, Israel memompa air secara singkat ke Gaza selatan dan tengah, namun, dengan tidak adanya listrik yang dibutuhkan untuk mengalirkan air ke daerah pemukiman, pasokan air yang langka itu tidak berguna.
PBB mengatakan Israel hanya menyediakan empat persen dari pasokan air yang dibutuhkan warga Gaza.
Warga sipil bernama Nizar Abdel Karim, mengatakan bahwa ia bersama istri dan empat anaknya telah pindah ke sebuah rumah di kota Khan Yunis, tiga hari yang lalu, namun mereka kembali ke Kota Gaza setelah sejumlah rumah di daerah tersebut dibom.
Baca: Balas Dendam! Brigade Al-Qassam Bom Tel Aviv seusai Israel Bombardir Roket di Rumah Sakit di Gaza
Ia mengatakan bahwa tempat pengungsian sudah penuh sesak dan tidak memiliki banyak layanan.
"Saya lebih baik mati di rumah saya daripada tinggal di sana tanpa kebutuhan hidup. Anak-anak tidak bisa tidur di sana karena kurangnya selimut dan tempat tidur, terutama dengan datangnya cuaca dingin di Jalur Gaza," tambahnya.
Samar Abdel Ghafour, ibu dari tiga anak, juga kembali bersama keluarganya dari daerah Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah.
Ia mengatakan daerah tersebut menjadi sasaran pengeboman berat dalam beberapa hari terakhir, dan kami selamat dari beberapa serangan Israel.
Anak-anaknya menderita trauma dan kepanikan, di mana beberapa di antara mereka mengalami mimpi buruk akibat kengerian yang mereka saksikan.
Menurut Samar, area tempat ia pindah adalah sekitar 60 meter persegi dengan sekitar 50 orang yang tinggal di dalamnya, yang berarti bahwa mereka tidak memiliki privasi atau ruang untuk tinggal, di samping kurangnya air, listrik, internet, atau kebutuhan dasar hidup lainnya.
Selain itu, Samar menunjukkan bahwa persediaan makanan hampir habis di wilayah Gaza selatan, seperti halnya di Jalur Gaza pada umumnya, tetapi kepadatan penduduk di sana lebih besar.
"Jumlah penduduk di wilayah ini memberikan tekanan di luar kemampuan wilayah selatan untuk menyerapnya," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang dengan judul: Displaced families return to north Gaza as there is no safe haven from Israel’s bombs
Host : Mei Sada Sirait
Video Editor : Latif
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.