TRIBUN-VIDEO.COM - China tampaknya bakal mengambil peran lebih besar di Timur Tengah.
Bahkan, Beijing memiliki potensi menantang dominasi AS di kawasan kaya minyak itu.
Dikutip dari Kompas.com pada Jumat (17/3/2023), hal ini terlihat setelah China berhasil menengahi kesepakatan bersejarah pekan lalu untuk memulihkan hubungan antara Iran dan Arab Saudi.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai di Beijing pekan lalu, Riyadh dan Teheran setuju untuk membuka kembali kedutaan mereka.
Bahkan, kedua negara bertukar duta besar setelah tujuh tahun hubungan diplomatik terputus.
Seperti diketahui, terjadi persaingan antara Iran dan Arab Saudi, masing-masing dengan mayoritas Muslim Syiah dan Sunni.
Hal itu elah mendominasi politik regional dalam beberapa tahun terakhir.
Hingga memengaruhi tidak hanya kedua negara melainkan juga kawasan lain.
Kedua negara itu terlibat dalam perang proksi dari Yaman sampai Suriah dan di tempat lain.
Baca: Perang Memanas, Kanada Pasok 8000 Amunisi dan Selusin Rudal ke Ukraina, Susul Kirim Leopard 2
Dalam persoalan tersebut, China menggambarkan penengahan diplomasinya sebagai "hasil utama" yang dicapai melalui "upaya bersama" ketiga negara.
Ditekankan pula China tidak mengejar kepentingan egois apa pun di Timur Tengah.
Pihak China menyatakan, hina tidak berniat dan tidak akan berusaha mengisi apa yang disebut kekosongan atau membuat blok eksklusif.
"China tidak berniat dan tidak akan berusaha mengisi apa yang disebut kekosongan atau membuat blok eksklusif," kata Beijing.
Diungkapkan, China akan menjadi promotor keamanan dan stabilitas.
Bersama mitra terutama untuk pembangunan dan kemakmuran,
China juga menjadi pendukung pembangunan Timur Tengah melalui solidaritas.
"China akan menjadi promotor keamanan dan stabilitas, mitra untuk pembangunan dan kemakmuran , dan pendukung pembangunan Timur Tengah melalui solidaritas," sambungnya.
Kesepakatan itu memang sebuah kemenangan besar bagi diplomasi China.
Baca: Perang Rusia-Ukraina Diprediksi Berlarut-larut, Pasokan Senjata Buat Pertempuran Makin Lama
Hal tersebut dibeberkan peneliti di International Institute for Strategic Studies (IISS), Camille Lons.
Ia mengatakan, keberhasilan damai itu menandai perubahan dalam strategi Beijing yang biasanya menolak untuk terlibat dalam perselisihan regional.
Dengan cerdas, China mendapat manfaat dari payung keamanan pimpinan AS sambil melakukan bisnis dengan seluruh kawasan.
Diketahui, China sebenarnya telah lama mengembangkan hubungan ekonomi dan politik yang kuat dengan Riyadh dan Teheran.
Arab Saudi adalah pemasok minyak terbesar bagi China.
Disebutkan, perdagangan antara kedua negara mencapai 87 miliar dollar AS pada 2021.
Sedangkan, Perdagangan antara Iran dan China mencapai lebih dari 16 miliar dollar AS pada tahun yang sama.
30 persen perdagangan luar negeri Iran bergantung pada China.
Beijing telah berjanji melakukan investasi senilai 400 miliar dollar AS di Iran selama 25 tahun.
(Tribun-Video.com/ Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengaruh China di Timur Tengah Makin Kuat, Tantang Dominasi AS di Kawasan Kaya Minyak"
# China # Amerika Serikat # Timur Tengah # Arab Saudi # minyak
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.