TRIBUN-VIDEO.COM – Hari Natal yang biasa dirayakan Umat Kristiani identik dengan pohon cemara atau yang biasa disebut pohon Natal.
Menghias pohon Natal merupakan tradisi yang biasa dilakukan Umat Kristiani untuk menyemarakkan Natal.
Pohon Natal dihias dengan berbagai ornamen seperti pita warna-warni, lampu aneka warna, miniatur rusa dan Santa Klaus, hingga bintang di pucuk pohon.
Dilansir Kompas.com, berikut sejarah pohon Natal.
Bermula di Jerman
Pohon Natal modern yang kini dapat dilihat saat Hari Raya Natal tiba berasal dari Jerman, tepatnya barat Jerman.
Baca: 3 Ucapan Selamat Hari Natal 2022, Cocok Dibagikan di Media Sosial
Melansir Britannica, pada abad pertengahan terdapat sebuah pertunjukan teatrikal tentang Adam dan Hawa yang memiliki sebuah “pohon surga”.
Adapun, “pohon surga” merupakan pohon cemara yang digantungi buah apel sebagai melambangkan Taman Eden.
Alhasil, pada 24 Desember yang merupakan hari raya keagamaan Adam dan Hawa, warga Jerman mendirikan pohon tersebut di rumah mereka.
Pada pohon tersebut, mereka menggantungkan wafer yang melambangkan tanda penebusan Kristus. Namun dalam tradisi selanjutnya, mereka mengganti wafer dengan kue dalam berbagai bentuk.
Selain kue, ada juga liin yang melambangkan Kristus sebagai penerang dunia. Tidak hanya pohon, warga Jeman saat itu juga memiliki sebuah konstruksi kayu berbentuk segitiga semacam piramida.
Piramida tersebut memiliki rak untuk menyimpan patung-patung Natal yang didekorasi dengan pepohonan hijau, lilin, dan sebuah bintang.
Pada abad ke-16, piramida tersebut bergabung dengan pohon cemara yang menghasilkan pohon Natal yang kini kerap dilihat masyarakat jelang Hari Raya Natal.
Baca: 10 Ucapan Natal Penuh Makna untuk orang Terkasih, Cocok Dibagikan di Instagram dan WhatsApp
Tradisi tersebut kian menyebar pada warga Jerman Lutheran pada abad ke-18, hingga akhirnya pohon Natal menjadi tradisi yang mengakar di Jerman.
Dipercaya Dipopulerkan oleh Ratu Inggris
Pada awal abad ke-19, tradisi pohon Natal diperkenalkan di Inggris dan dipopulerkan pada pertengahan abad tersebut oleh Pangeran Albert—suami Ratu Victoria yang lahir di Jerman.
Mengutip BBC, tradisi pohon Natal dimulai pada 1837-1901 saat Ratu Victoria masih menduduki kursi kerajaan. Victoria dan Albert diketahui merupakan penggemar berat Hari Raya Natal.
Pada saat itu, dekorasi pohon Natal ditambahkan dengan mainan dan kado-kado kecil, lilin, permen, untaian popcorn, serta keik mewah yang digantung dengan pita dan rantai kertas.
Pasangan kerajaan tersebut dikatakan sebagai orang yang mempopulerkan kegiatan mendekorasi pohon Natal. Alhasil, banyak orang yang mengira bahwa tradisi tersebut berasal dari Inggris.
Baca: Agenda Anies Baswedan seusai Hadiri Natal di Papua, Terbang ke Makasar hingga ke Pernikahan Kaesang
Sebelumnya, orang-orang menaruh pohon-pohon kecil di atas meja. Namun saat pohon berukuran besar dari Norwegia bisa dimasukkan ke dalam rumah, mereka menaruhnya di lantai.
Sejak 1947, Norwegia kerap mendonasikan pohon ke London sebagai tanda terima kasih karena telah membantu mereka selama Perang Dunia II.
Adapun, pohon yang dikirim melalui jalur laut dipajang di Trafalgar Square dan didekorasi dengan gaya khas Norwegia, yakni untaian lampu dipasang menjuntai ke bawah dan tidak saling menyilang.
Tiba di Amerika Lebih Dulu
Meski tradisi pohon Natal dipopulerkan oleh Ratu Victoria di Inggris pada pertengahan abad ke-19, namun tradisi tersebut tiba lebih dulu di Amerika Utara pada abad ke-17 melalui para pemukim Jerman.
Baca: Rayakan Kegembiraan Hari Natal 2022, Bagikan Ucapan Ini ke Orang-orang Tersayang
Kendati demikian, kepopuleran tersebut baru mencapai puncaknya pada abad ke-19. Selain Amerika dan Inggris, tradisi pohon Natal juga populer di Austria, Swiss, Polandia, dan Belanda.
Di China dan Jepang, pohon Natal diperkenalkan oleh para misionaris Barat pada abad ke-19 dan abad ke-20. Dekorasinya pun menggunakan desain kertas yang rumit.
Kendati pohon Natal modern bermula dari Jerman, penggunaan pohon cemara, karangan bunga (wreath) dan rangkaian bunga (garland) yang melambangkan kehidupan kekal merupakan kebiasaan orang Mesir kuno, China, dan Ibrani dulu kala. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Pohon Natal Identik dengan Pohon Cemara, Ini Sejarah di Baliknya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.