Tak Ada Bantuan Makan, Ibu di Cianjur Korek Reruntuhan Warung Demi Dapatkan Makanan untuk Anaknya

Editor: Restu Riyawan

Video Production: Tia Kristiena

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM - Di tengah situasi sulit pasca-gempa Cianjur, makanan menjadi hal yang begitu berharga.

Suplai makanan tidak tersedia setiap saat. Jikapun harus membeli, jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau.

Hal itu membuat Dedeh (40), Salaeuri, Desa Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, rela mengorek-ngorek puing demi mendapatkan makanan untuk anaknya yang masih 3 tahun.

Bukan milik orang lain, makanan yang dicari merupakan dari warungnya sendiri yang terkubur puing akibbat hancur diguncang gempa pada Senin (21/11/2022) lalu.

Dedeh dan warga lainnya jika ingin membeli makanan atau mencari kebutuhan di warung, harus menempuh perjalanan kurang lebih 8 kilometer.

Biasanya, jarak 8 kilometer tak terlalu jauh saat kondisi normal sebelum gempa mengguncang.

Namun dalam kondisi saat ini, butuh waktu minimal satu jam untuk menempuh jarak 8 kilometer lantaran banyaknya kendaraan yang lalu lalang di jalan yang hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat.

Saat ini kendaraan roda empat ataupun roda dua begitu membludak melintasi jalur tersebut.

Baca: Cerita Tim SAR Cara Temukan Korban Gempa Cianjur yang Tertimbun Longsor Baunya Beda, Bau Jenazah

Hal itu dikarenakan dalam kondisi seperti ini banyak kendaraan yang membawa bantuan logistik dan juga kendaraan untuk keperluan evakuasi.

Selain menunggu suplai makanan dari dapur umum, Dedeh tak jarang ngorek-ngorek puing reruntuhan warungnya berharap mendapatkan camilan untuk buah hatinya tersebut.

"Semuanya warung juga ancur, sekarang kalau pengen ngambilin makanan sampe harus dikerukin dulu, sampe tangan sakit," katanya.

Di sisi lain sejak gempa bumi mengguncang, masyarakat di daerah terdampak lebih memilih untuk tidur di tenda pengungsian.

Namun, tenda darurat itu dipasang tak jauh dari rumah, lebih tepatnya di depan rumah.

Tenda- tenda darurat tersebut hanya bermodalkan terpal yang dimiliki untuk dijadikan atap dan karpet untuk digunakan sebagai alasnya.

Setelah gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, hampir disetiap titik terdapat terpal para pengungsi yang tak jauh dari rumahnya masing-masing.

Baca: Kisah Para Relawan Bantu Korban Gempa Cianjur, Andalkan Indera Penciuman hingga Medan yang Sulit

Meski masih dihantui kekhawatiran gempa susulan, warga tetap tak ingin jauh dari rumahnya sehingga mendirikan tenda darurat di dekatnya.

Namun semakin ke sini, tenda pengungsian darurat semakin berkurang.

Hal itu seiring berdirinya posko utama yang mampu menampung lebih banyak pengungsi di satu titik yang lebih aman.

Banyak masyarakat yang beralih ke tenda pengungsian lebih besar, ada pula yang bertahan di tenda darurat yang dibuat sendiri.

Salah satu warga di Kampung Gasol 2, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Dini (30) mengutarakan beberapa alasan yang menjadikannya tetap bertahan di tenda darurat.

Walaupun di tenda itu, kata dia, jika malam hari terasa sangat dingin karena tidak ada apa pun yang menahan angin masuk dari bagian sampingnya.

Sedangkan pada siang hari, dirinya merasa panas berada di tenda tersebut.

Terpal-terpal yang digunakan pun, kata Dini, merupakan terpal yang sudah dimiliki oleh warga.

Ia pun sadar akan resiko jika tetap bertahan di tenda darurat, namun beberapa alasan kuat menjadikannya tetap bertahan di tempat itu.

Kata Dini, ada sekitar 40 orang yang mengungsi di tenda mandiri di area tersebut.

"Dari hari pertama langsung kesini, kejauhan (posko utama), soalnya rumahnya pada disini deket-deket," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (25/11/2022).

Selama tinggal di tenda itu, Dini mengaku tak pernah pulang ke rumahnya, karena tempat tinggalnya mengalami kerusakan.

"Disini aja engga pulang kerumah, soalnya engga bisa ditempatin juga tempatnya, kalau ke tempay yang lain juga pada penuh," kata wanita berkerudung biru dongker itu.

Meski tinggal di tenda mandiri, Dini mengaku tak kekurangan makanan, karena tempatnya pun sudah mendapatkan bantuan logistik.

"Makanan mah ada ,obat-obatan juga ada, cuma masih kurang sih kadang susu nya yang engga ada," tandasnya.


Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Tak Ada Warung, Seorang Ibu di Cianjur Mengorek-ngorek Puing Reruntuhan untuk Mencari Makanan Ringan

# gempa # Cianjur # makanan # Bantuan Logistik

Sumber: Tribunnews Bogor
   #gempa   #Cianjur   #makanan   #Bantuan Logistik
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda