TRIBUN-VIDEO.COM - Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali mengungkapkan adanya deretan pelanggaran sehingga kerusuhan yang terjadi seusai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Pertama, penembakan gas air mata oleh kepolisian yang disebut melanggar aturan FIFA.
Diketahui, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Alfinta mengakui bahwa personel keamanan menembakan gas air mata dilakukan terkait respons atas kelakuan suporter.
“Aturan FIFA itu di pasal 19 b disebutkan bahwa senjata dan gas air mata tidak boleh masuk ke dalam lapangan sepakbola untuk pengamanan pertandingan,” kata Akmal dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (2/9/2022).
Menurutnya, penggunaan gas air mata ini menunjukkan tidak adanya kerjasama yang jelas antara PSSI dengan petugas keamanan yang berjaga mengamankan pertandingan.
“Artinya ada pelanggaran di sini, tidak ada SOP yang diberikan antara PSSI saat kerjasama dengan polisi bahwa gas air mata itu berdasarkan aturan FIFA tidak boleh masuk ke dalam lapangan sepak bola,” ujarnya.
Sehingga bisa dikatakan, pihak keamanan laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan melanggar aturan FIFA.
Akmal pun menganggap faktor utama banyaknya korban tewas di kerusuhan ini lantaran penembakan gas air mata.
“Kemudian inilah penyebab banyaknya korban meninggal karena situasi berdesak-desakan, sesak napas, dan sebagainya sehingga tidak bisa diantisipasi dengan baik yang pada akhirnya ini menjadi pemicu utama tumbal nyawa 127 (orang) di Stadion Kanjuruhan,” jelasnya.
Baca: Larang Penggunaan Gas Air Mata di Pertandingan Sepak Bola di Stadion, Tertulis dalam Aturan FIFA
Baca: Disebut Langgar Aturan FIFA, Polisi Beri Penjelasan Penggunaan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan
Kapasitas Stadion 25 Ribu, Tiket yang Dijual 45 Ribu
Akmal juga menyoroti panitia pelaksana yang seakan tidak menggubris surat edaran dari kepolisian agar tidak mencetak tiket berlebih.
Akmal mengungkapkan tiket yang dijual oleh panitia pelaksana disebut berjumlah 45 ribu tiket.
Padahal, kata Akmal, kepolisian telah mengimbau agar tiket yang dijual sejumlah 25 ribu orang.
“Yang diizinkan 25 ribu tiket tapi kemudian yang dijual 45 ribu tiket. Itu secara nyata telah melanggar aturan,” ujarnya.
Di sisi lain, Akmal menilai PT LIB tidak mengantisipasi bahwa pertandingan Arema FC vs Persebaya adalah derby Jawa Timur yang dipastikan akan penuh gengsi.
“Yang kedua tim punya rivalitas yang sangat tinggi. Arema misalnya, bagi mereka kalah dari tim mana saja, itu boleh tapi asal jangan dari Persebaya. Pertandingan kemarin (Arema) kalah dari Persebaya di kandang sendiri,” tuturnya.
Akan Jadi Perhatian FIFA karena Indonesia Jadi Tuan Rumah Pildun U-20
Menurutnya, jika pemerintah dan PSSI tidak segera melakukan evaluasi maka kemungkinan besar FIFA akan mengeliminasi Indonesia sebagai tuan rumah.
“Bukan mustahil FIFA menyikapi dengan keputusan mengeliminasi Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 di tahun 2023,” katanya.
Hal tersebut, kata Akmal, diperkuat dengan kerusuhan terjadi di lapangan pertandingan dan deretan regulasi yang dilanggar terkait pengamanan.
“Kejadian terjadi di lapangan dan saat masih dalam situasi pertandingan. Artinya pihak pansel tidak siap dalam mengantisipasi kasus ini.”
“Pihak PSSI juga khilaf tidak mensosialisasikan aturan-aturan pertandingan sepakbola,” paparnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Deretan Pelanggaran dalam Kerusuhan Arema FC vs Persebaya: Gas Air Mata hingga soal Tiket
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.