TRIBUN-VIDEO.COM - Sosok mendiang Munir Said Thalib, aktivis HAM yang meninggal di pesawat pada 7 September 2004 silam.
Kematian Munir hingga kini masih belum terungkap dan menjadi tanda tanya besar.
Sosok Munir dikenal sebagai pejuang HAM semasa ia masih hidup.
Lantas bagaimana profil sosok pejuang HAM Indonesia yang tewas diracun di udara itu?
Tepat hari ini, 17 tahun yang lalu, Munir Said Thalib meninggal dunia.
Baca: Kasus Hampir Kadaluarsa, Komnas HAM Bentuk Tim Ad Hoc untuk Usut Tuntas Kasus Pembunuhan Munir
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) ini terbunuh secara keji dengan menggunakan racun arsenik.
Racun tersebut dicampurkan ke makanannya saat berada dalam sebuah penerbangan menuju Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004.
Munir merupakan satu dari sekian orang yang memilih jalan hidup untuk bersuara dan memperjuangkan HAM.
Ia dikenal gigih dalam mengungkap kasus pelanggaran HAM besar di Indonesia.
Tak heran hingga kini jasanya masih dikenang dan keadilan tentang pembunuhannya masih terus diperjuangkan.
Mengutip dari berbagai sumber inilah profil Munir Said Thalib selengkapnya.
Biodata
Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965.
Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Said Thalib dan Jamilah.
Munir diketahui memiliki darah Arab-Indonesia dari orangtuanya.
Perjalanan sebagai aktivis HAM
Munir muda berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Unibraw) dan terkenal sebagai seorang aktivis kampus.
Berkat ketekunannya, Munir dipilih rekan-rekannya untuk menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unibraw pada 1998, Koordinator wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia.
Munir juga merupakan anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Unibraw, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Pengalaman menjadi aktivis pada masa mudanya menghadirkan keseriusan Munir terhadap masalah hukum dan pembelaan terhadap sejumlah kasus.
Baca: Kasus Aktivis HAM Munir Kembali Mencuat, Langkah Suciwati dan Nama Jaksa Agung juga Terlibat
Kontras merupakan sebuah kelompok yang dibentuk oleh sejumlah LSM seperti LPHAM, Elsam, CPSM, PIPHAM, AJI, dan sebuah organisasi mahasiswa PMII.
Sebagai sebuah komisi yang bekerja memantau persoalan HAM, Kontras banyak mendapat pengaduan dan masukan dari berbagai elemen masyarakat mengenai pelanggaran HAM di berbagai daerah.
Munir pernah terjun menangani berbagai kasus, misalnya menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 hingga 1998.
Dia juga pernah menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok 1984.
Selain itu, Munir juga pernah menangani kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak yang melawan pemerintah Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992.
Baca: Bentangkan Gambar Munir dan Kritik KPK, Mahasiswa UNS Gelar Aksi Peringati September Kelam
Kasus besar lain yang ditangani Munir adalah pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994.
Ketika menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang membela bagi orang-orang hilang yang diculik.
Munir membela aktivis yang hilang karena penculikan yang disebut dilakukan oleh Tim Mawar dari Kopassus TNI AD.
Sikap berani dan sigapnya dalam menentang ketidakadilan oleh beberapa pihak pada masa pemerintahan Orde Baru, membuat Munir tak disukai oleh penguasa.
Dirinya menjadi sasaran dan lingkaran merah dari pihak intelijen karena dianggap berbahaya.
Munir juga sering mendapat banyak ancaman dari beberapa orang.
Namun dirinya tetap tidak gentar terhadap ancaman yang menimpa dirinya tersebut.
Hingga akhirnya Munir tewas akibat diracun di pesawat saat dieinya berangkat ke Amsterdam, Belanda untuk melanjutkan pendidikan.
Ia dinyatakan meninggal empat puluh ribu kaki di atas tanah Rumania pada 7 September 2004.
Setelah 16 tahun kematiannya, kasus kematian Munir masih menyimpan misteri tentang sosok pelakunya.
Beberapa nama telah diproses oleh pihak berwajib, namun banyak pihak yang menilai tidak ada kesungguhan dalam prosesnya.
Hingga kini, jasa Munir sebagai aktivis HAM masih dikenang dan keadilan tentang pembunuhannya masih terus diperjuangkan.
Kehidupan pribadi
Munir memiliki istri bernama Suciwati.
Mereka dikaruniai dua orang anak bernama Alif Allende dan Diva Suukyi.
Sepeninggal Munir, Suciwati bersama kedua anaknya masih gigih menuntut keadilan atas pembunuhan orang yang mereka cintai.
# Munir Said Thalib # Munir # HAM # Malang # pesawat
Baca berita lainnya terkait Munir Said Thalib
Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Profil Sosok Munir Said Thalib, Pejuang HAM yang Tewas Diracuni di Pesawat, Penyelamat Orang Hilang
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.