Potret Kelamnya Kegiatan Pendidikan di Pelosok Raja Ampat, Bangunan Tak Layak hingga Internet Susah

Editor: Aditya Wisnu Wardana

Video Production: Puput Wulansari

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM - Sejak 1996 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Raja Ampat, mulai didirikan dengan tujuan untuk mencerdaskan generasi bangsa di Kampung Deer, Distrik Kofiau, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.

Seorang Guru Agama Kriteria di SMP Negeri 7 Raja Ampat Niko Watem (54) menuturkan, sejak didirikan sekolah SMP Negeri 7 Raja Ampat ini masih terbentur banyak kendala.

Pertama, tenaga pengajar di SMP Negeri 7 Raja Ampat masih sangat minim dan terbatas.

"Pada 1996 hingga saya masuk 2005 sekolah ini masih punya banyak kendala," ujar Niko, kepada TribunPapuaBarat.com, Jumat (12/8/2022).

"Dulu guru yang ada di sekolah hanya ada empat, kasihan untuk pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika dan lainnya," tuturnya.

Baca: Polisi Pastikan Timbunan Bansos di Depok Tak Ada Bahan Pokok Lain: Hanya Beras Tak Layak Konsumsi

Setiap mau masuk ujian, pihaknya ditugaskan ke Kota Sorong dan Raja Ampat untuk mencari guru.

"Saya terpaksa pinjam masyarakat punya jonson (perahu kayu), untuk menuju ke kota," ucap pria enam anak itu.

Tak peduli, sekalipun hujan badai pun tetap ia memberanikan diri untuk mencari guru di kota.

Ia mengaku, hidup diera itu untuk alat komunikasi pun sulit di dapat.

Baca: Melihat Kampung Muara Beloan di Kutai Barat, Kayu Peyangga Lapuk hingga Tak Layak Huni

"Tidak ada alat komunikasi sehingga saya harus terpaksa lari ke RRI untuk mengirimkan pesan ke kampung," jelasnya.

Pasalnya, untuk mencari guru dirinya harus menempuh perjalanan dari Deer sekira tiga hari ke Sorong.

"Sampai 2022 pun kami masih tetap cari guru untuk dipinjamkan ke SMP Negeri 7 Raja Ampat," kata Niko.

Kedua, fasilitas internet di SMP Negeri 7 Raja Ampat hingga kini belum sepenuhnya memadai.

"Anak-anak di sini, aduh kasian, mereka tidak bisa belajar seperti mereka yang di wilayah kota," ucapnya.

Harusnya, keadilan dalam mendapatkan akses internet itu sudah harus merata hingga ke pulau-pulau.

"Kami sampai saat ini tidak bisa buat apa-apa, belajar saja guru kurang, ditambah dengan akses internet pun terbatas," ungkap pria asal Biak itu.

Niko melihat, kondisi pendidikan di Kampung Deer, Distrik Kofiau, hingga saat ini belum sepenuhnya merdeka.

"Kami sampai saat ini masih banyak kekurangan, mulai dari guru, internet dan bahkan ruangan pun kurang," kata Niko.

Ia berharap, pemerintah harus bisa buka mata hingga ke Kampung Deer, jangan berteriak keadilan sosial di setiap HUT Negara Republik Indonesia.

(TribunPapuaBarat.com, Safwan Ashari)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunpapuabarat.com dengan judul Potret Kelam Pendidikan di Pelosok Raja Ampat, Susah Akses Internet hingga Pinjam Guru dari Kota

 

# Raja Ampat # Pendidikan # Layanan Internet # Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Sumber: Tribun papuabarat
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda