TRIBUN-VIDEO.COM, TARAKAN – Hj Laila dengan pakaian sederhananya tampak turun dari mobil yang ditumpangi tiba di gang RT 19 langsung disambut begitu antusias keluarga besar dan warga di sekitar lokasi pada Sabtu (13/8/2022) kemarin sekitar pukul 14.30 WITA.
Ia baru saja menunaikan ibadah haji dan tergabung dalam Kloter 7 Kaltim-Kaltara yang berangkat ke Tanah Suci pada 29 Juni 2022 lalu.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya setiap kali ada warga di Kelurahan Sebengkok baru pulang dari melaksanakan ibadah haji, warga di sana kompak mempersiapkan kendaraan berbentuk hewan bisa menyerupai unta maupun kuda yang diperuntukkan bagi jemaah haji.
Seperti yang dilakukan warga RT 19 Kelurahan Sebengkok pada Sabtu (13/8/2022) yang berlatar rerata memiliki silsilah keturunan warga Arab.
Ratusan warga RT 19 menyambut Hj.Laila dengan kuda putih bernama Buraq.
Tentu saja kuda putih itu hanyalah benda menyerupai hewan aslinya yang sengaja dibentuk warga sejak sepekan lalu dalam rangka menyambut kedatangan Hj. Laila.
Baca: Gaya Nyentrik Jemaah Haji Mamuju Tengah Tampil Glamor Bak Fhasion Show, Disambut Haru Keluarga
Adapun kali ini, dikatakan Fathan Bamadhy, salah seorang warga RT 19 yang membuat kuda bernama Buraq itu mengakui, awalnya itu adalah bekas rangka dan body dari wujud unta sebelumnya.
“Jadi bulan kemarin kami juga sudah sambut jemaah haji plus di sini. Nah kami ubah lagi jadi bentuk kuda. Kenapa namanya Buraq, karena Nabi Muhammad memiliki kuda putih bernama Buraq,” ungkapnya.
Warna merah pada alas duduk sengaja dipilih karena menyambut juga momen HUT ke-77 RI di 17 Agustus 2022 mendatang.
Ia ingin warga di sana merasakan euforia 17 Agustusan sembari menyambut kedatangan jemaah haji.
“Yang kami buat tidak ada sayapnya. Jadi bertepatan momen 17 Agustus kami padukan dengan pernak-pernik warna merah,” ungkap pria yang tinggal di Lorong Mutiara atau Gang Mutiara Sebengkok Tiram, Kelurahan Sebengkok.
Adapun bahan utamanya yakni rangka besi, kawat, banner, tali rafia dan lem.
Kemudian agar bisa didorong warga maka di bawahnya didesain seperti gerobak dorong.
Kuda Buraq ini tampak semakin gagah saat dinaiki jemaah Hj. Laila yang tiba sekitar pukul 11.40 WITA di Bandara Juwata Internasional Tarakan dan langsung menuju ke Islamic Center untuk melaksanakan pelepasan jemaah haji.
Hj. Laila diarak sekitar 50 meter sampai ke kediamannya. Di kediamannya pun sudah dinanti keluarga besar, rekan dan tetangga yang ingin mendengarkan pengalamannya saat berada di Tanah Suci Makkah.
Yahya Ahmad Zein, Kakak Hj.Laila juga tampak terlihat ikut mengarak adiknya dari pintu masuk lorong.
Ia menuturkan, memang arak-arakan ini adalah tradisi wujud dari rasa syukur menyambut setiap jemaah haji yang tiba.
“Karena haji sesuatu perjuangan yang luar biasa. Tidak hanya butuh fisik, salary, kesempaan tapi semua aspek di ibadah haji selalu menjadi satu hal yang harus disyukuri. Bentuk rasa syukurnya disambutlah jemaah haji ini,” urainya.
Adapun filosopi penyambutan menggunakan kuda putih, karena mengingat Indonesia juga lebih dikenal memiliki kuda dan agar ada kolaborasi dengan NKRI.
“Kalau biasanya unta khas Arab, nah kita ganti idenya kawan-kawan kemarin kuda putih agar ada variasi. Ciri khas Indonesia salah satunya kuda,” akunya.
Ia melanjutkan, semua persiapan adalah spontan ketika ada warga keturunan Arab baru saja selesai melaksanakan ibadah haji.
Bahkan juga selain haji, juga acara besar seperti pernikahan.
“Otomatis dibuat seperti ini. Kalau rangkaiannya setelah diarak lanjut baca doa bersama, lanjut makan bersama. Tahun ini rerata hampir semua jemaah haji Sebengkok keturunan Arab dilakukan,” urainya.
Tradisi ini biasa dilakukan warga Sebengkok ketika ada acara sacral seperti perkawinan dan menandakan peralihan status.
“Istilahnya sebagai rasa syukur kita,” tukasnya.
Sementara itu, Hj. Laila sebenarnya tahu akan disambut keluarga namun ternyata seantusias itu penyambutan keluarga besarnya yang berlokasi di RT 19 Kelurahan Sebengkok.
“Sebenarnya tahu dan dengar-dengar saja. Cuma tidak menyangka saja sampai begini rasanya. Mewah sekali sambutannya,” urai Hj.Laila.
Hj. Laila yang diwawancarai awak media, tak kuasa menahan tangisnya saat ditanya akhirnya bisa pulang dalam kondisi selamat dan sehat dan bisa menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji tahun ini di tengah kondisi pandemic.
“Senang, tapi sedih juga meninggalkan Makkah dan Madinah tapi alhamdulillah senang sekali bisa ke sana. Alhamdulillah keluarga sudah mendoakan saya saat di sana, dari awal sampai akhir perjalanan saya selalu diberikan kesehatan, kekuatan, ibadah selalu dilancarkan sampai selesai,” ungkapnya tak kuasa menahan tangis sembari menyeka lelahan air mata di pipinya dengan tisu.
Selama di sana kata Hj. Lalila, rangkaian kegiatan tersulit menurutnya yang paling memerlukan kesabaran dan keikhlasan dan benar-benar diuji yakni saat berada di Arafah, Mina dan Musdalifah.
“Itu betul-betul diuji kesabaran, diuji segala-galanya di situ semua. Karena saya merasa di situlah paling berat tapi alhamdulillah saya bisa hadapi dengan lancar,” ungkap Hj. Laila.
Baca: Momen Haru Keluarga, Menangis Sambut Kedatangan Jemaah Haji di Bandara Kolonel Robert Atty Bessing
Begitu juga saat melakukan wukuf di Arafah lanjutnya, ia sampai tak sanggup menggambarkan karena kembali menangis jika mengingat pengalaman yang begitu luar biasa dilalui di sana.
“Bahkan saya dipertemukan dengan almarhum Abah saya di sana kembali saat di Arafah. Abah sudah meninggal sebulan sebelum keberangkatan. Jadi begitu saya lihat Kakbah setiap habis salat langsung terlintas wajah Abah di hadapan Kakbah muncul lagi, begitu juga waktu Wukuf dan saat bertepatan 10 Muharram di Raudah, setiap mau masuk waktu salat ke Raudah ikut teman,” ungkap Hj.Laila yang sesegukan berusaha menahan kesedihannya.
Ia mengakui kondisi fisik selama di sana sangat disyukurinya karena diberikan kesehatan bahkan setiap hari sanggup ke Masjidil Haram melaksanakan salat meski tidak full lima waktu di Masjidil Haram, Makkah.
“Kemudian Arbain alhamdulillah saya dapat semua. Allahuakbar saya kepingin sekali lagi ke sana rasanya luar biasa,” urainya.
Ia melanjutkan saat masih di Balikpapan kemarin ia bersama rombongan wajib menjalani swab test PCR.
Semua hasilnya dinyatakan negatif dan baru bisa dinyatakan aman masuk dalam Asrama Haji Embarkasi Balikpapan.
Ini adalah naik haji yang pertama dan pengalaman pertama yang dirasakan Hj. Laila.
Ia sebenarnya menggantikan sang abah, Almarhum Yahya Zein yang sudah berpulang lebih dulu ke Rahmatullah.
“Saya gantiin Abah. Abah daftar tahun 2011 lalu. Tahun ini baru bisa berangkat akhirnya. Sebenarnya tahun 2019 seharusnya berangkat Abah,” urainya.
Namun takdir berkata lain, sang ayah harus pergi menghadap takdirna sebulan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci saat itu di 2019.
“Jadi sekitar 11 tahun menunggu. Begitu Abah meninggal, ada aturan keluar ahli waris boleh ganti. Jadi saya yang gantikan abah,” ungkapnya.
Ia berharap haji bukan hanya gelar tapi juga bisa lebih menjadikan dirinya sebagai seorang muslimah yang lebih baik.
“InsyaAllah semoga jadi lebih baik lagi, iman ditambah, karena saya 41 hari saya lihat sendiri keadaan di sana bagaimana,” pungkasnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.