Sosok Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyowo sang Mangkunegaran I, Menjaga Kelestarian Mataram

Editor: Erwin Joko Prasetyo

Video Production: Anggorosani Mahardika Siniwoko

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM - Mangkunegara I atau Raden Mas Said merupakan pendiri Praja Mangkunegaran.

Praja Mangkunegaran adalah kadipaten agung di Jawa bagian tengah selatan. Mangkunegara I sendiri juga disebut sebagai Pangeran Sambernyowo.

Sepanjang hidupnya, Mangkunegara I telah banyak mengalami penderitaan dari Belanda.

Ia pun berjuang untuk menjaga kelestarian Keraton Mataram serta kebebasan rakyatnya dari penjajah Belanda.

Asal Usul Mangkunegara I atau Raden Mas Said lahir di Kartasura, 7 April 1725.

Ia adalah putra dari Pangeran Arya Mangkunegara dan ibunya bernama Raden Ajeng Wulan. Ayahnya merupakan penguasa Kesunanan Mataram-Kartasura.

Dengan demikian, Mangkunegara memiliki hak kedua untuk menjadi pewaris takhta.

Ayahnya, yang secara terang-terangan mengatakan anti-VOC, membuat dirinya harus dibuang ke Sailan atau Srilanka oleh VOC.

Oleh sebab itu, Mas Said pun melanjutkan perjuangan sang ayah.

Perjuangan Perjuangan RM Said dimulai bersamaan dengan pemberontakan Laskar Tionghoa di Kartasura pada 30 Juni 1942 yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi.

Saat itu, Raden Said tengah berusia 19 tahun.

Baca: Naskah Proklamasi Diketik oleh Sayuti Melik di Ruang Bawah Dekat Dapur Rumah Laksamana Maeda

Ia turut bergabung bersama pasukan lain untuk menuntut keadilan dak kebenaran atas harkat dan martabat orang-orang Tionghoa dan rakyat Mataram.

Masyarakat Tionghoa dan Mataram ditindas oleh Kumpeni Belanda (VOC) dan rajanya sendiri, Pakubuwono II.

RM Said berperang selama 16 tahun dalam melawan kekuasaan Mataram dan Belanda.

Sejak tahun 1741 sampai 1742, ia memimpin laskar Tionghoa melawan Belanda.

Kemudian, RM Said bergabung dengan Pangeran Mangkubumi selama sembilan tahun.

Pada 13 Februari 1755, terbentuklah Perjanjian Giyanti.

Perjanjian Giyanti ini menjadi hasil rekayasa Belanda yang berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua bagian, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.

Perjanjian ini sebenarnya sangat ditentang oleh RM Said karena dapat memecah belah rakyat Mataram.

Sejak saat itu, RM Said melanjutkan perjuangannya seorang diri.

Ia memimpin pasukan dalam melawan dua kerajaan, Pakubuwono II dan Hamengkubuwono I.

Baca: Mengapa Tahun yang Ditulis di Teks Proklamasi Tertera 05, Bukan 1945?

Dalam perlawanannya, Said memiliki moto berbunyi tiji tibeh, yaitu mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh (gugur satu, gugur semua, sejahtera satu, sejahtera semua).

Pertempuran terhebat terjadi pada 1752 sampai 1757.

Pada pertempuran inilah ia dijuluki Pangeran Sambernyawa oleh pihak VOC, karena dalam setiap peperangannya, RM Said selalu membawa kematian bagi para musuhnya.

Pada pertempuran pertama, RM Said melawan pasukan Mangkubumi di Desa Kasatriyan, Jawa Timur.

Lalu pertempuran kedua terjadi antara RM Said dengan dua detasemen VOC yang dipimpin oleh Kapten Van der Pol dan Kapten Beimen di selatan negeri Rembang.

Pertempuran ketiga yaitu penyerbuan benteng Vredeburg Belanda dan Kasultanan Yogyakarta-Mataram.

Peristiwa ketiga ini ditimbulkan oleh kekalutan tentara VOC yang mengejar Mangkunegara sembari membakar dan menjarah harta benda penduduk desa.

RM Said pun murka, sehingga ia menyerang balik pasukan VOC dan Mataram. RM Said memancung kepala Patih Mataram, Joyosudirgo.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mangkunegara I (Pangeran Sambernyawa): Perjuangan dan Kepemimpinan"

# sosok # Raden Mas Said # Mangkunegaran # Mataram  

Baca berita terkait di sini.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda