TRIBUN-VIDEO.COM, KARANGANYAR - Kabupaten Karanganyar saat ini memiliki berbagai macam jenis wisata.
Baik wisata alam, tirta, buatan hingga wisata rohani, ada di Kabupaten Karanganyar.
Salah satunya wisata rohani Petilasan Pertapaan Pringgodani, di Kabupaten Karanganyar.
Lokasi ini berada di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, tepatnya di kawasan Perhutani.
Petilasan Pertapaan Pringgodani ini berada di tengah hutan, tepatnya di sisi barat lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1.300 mdpl.
Dengan ketinggian itu, maka hawa dingin memang sering membuat suhu tubuh ikut menurun drastis.
Para pengunjung biasanya memanjatkan permohonan sesuai dengan cara dan kepercayaan masing-masing di lokasi itu.
Puncak ritual di Pertapaan Pringgodani adalah mandi di tujuh pancuran alami yang airnya memancar dari tebing.
Baca: Meskipun Diguyur Hujan Lebat Disertai Angin, Tawangmangu Tetap Ramai Jadi Tujuan Wisata saat Libur
Untuk mencapai lokasi tersebut pengunjung diharuskan berjalan di tangga menuju lokasi.
Para pengunjung harus menaiki dan menuruni tangga tersebut agar dapat mencapai lokasi.
Bagi pemula, waktu yang dibutuhkan untuk melintas tangga tersebut mencapai 1 jam 30 menit.
Sedangkan untuk yang sudah terbiasa mendaki cukup sekitar 40 menit ke lokasi.
Namun, beredar kabar di lokasi tersebut dipercaya sebagai salah satu petilasan Raja Majapahit yang terakhir, Prabu Brawijaya V.
Ia disebut-sebut melarikan diri dari musuh-musuhnya sampai kemudian meninggal atau disebut moksa di sana.
Harno (60) salah warga sepuh yang telah tinggal puluhan tahun di sekitar wisata rohani tersebut membantah lokasi tersebut merupakan tempat petilasan Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya V.
"Sejarah adannya petilasan ini dari piayayi sepuh (sesepuh) sebelum Prabu Brawijaya V, bahkan sebelum Majapahit ada, lokasi pertapaan sudah ada, dan tidak ada kaitannya dengan Prabu Brawijaya V," ucap Harno kepada TribunSolo.com, Kamis (10/6/2022).
Baca: Jelang Pembukaan Rute Penyeberangan Lombok Barat ke Bali, Pemkab Sebut Terobosan Pengembangan Wisata
Pria yang disapai Mbah Harno mengatakan Pertapaan Pringgodani merupakan lokasi untuk melakukan prihatin dan menenangkan diri bagi kepercayaan kejawen.
Dia menjelaskan tempat tersebut bernama Pringgondani berasal dari kata "pring" (bambu), "nggon" (tempat), dan "dani" (memperbaiki).
"Lokasi Pringgondani ini mempunyai arti yang digunakan untuk memperbaiki diri," ujar Harno.
Dia menjelaskan kata Pringgondani bisa diartikan dengan “Eyang Panembahan Koconegoro".
Hal ini bisa diartikan seperti itu, karena di dalam kompleks pertapaan terdapat Pertapaan Koconegoro, sebuah tempat yang dituakan (dikeramatkan) yang digunakan untuk tempat bercerminnya kerajaan.
"Yang pasti di sini tempat untuk Pringgodani untuk kepercayaan kejawen tempat untuk prihatin, dan memperkuat ilmu batin," kata Harno.
Dia mengatakan banyak orang yang mengaku sebagai juru kunci di lokasi wisata rohani itu.
Mbah Harno membantah keras jika di lokasi tersebut terdapat juru kunci di lokasi Petilasan Pertapaan Pringgodani.
"Banyak yang mengaku juru kunci di sini (Petilasan Pertapaan Pringgodani), namun saya tegaskan sini tidak ada juru kunci di sini, selain itu, di sini juga tidak ada makam, dan murni hanya petilasan," ungkap Harno.
Dia mengatakan, bangunan pertapaan tersebut sudah dilakukan pemugaran dan perbaikan, oleh pengunjung yang melakukan bertapa di sana.
Bahkan dana perbaikan jalan menuju ke lokasi serta kebersihan tersebut dilakukan oleh swadaya masyarakat.
Dia menjelaskan lokasi pertapaan pringgodani dikunjungi tak hanya dari Soloraya, bahkan ada dari luar jawa.
Bahkan, lokasi ini pernah dikunjungi oleh pejabat baik dari daerah hingga nasional.
"Yang pernah ke sini seperti Wiranto, Gus Dur, SBY, AHY, Ibas, Hatta Rajasa, Auila Pohan, serta Antasari Ashar, Presiden Joko Widodo waktu masih jadi walikota juga pernah ke sini, " ujar Harno.
Baca: Kedai Tepi Sungai di Bogor Bisa Jadi Pilihan Wisata Akhir Pekan, Banyak Spot Foto dan Tempat Ngopi
Dia mengatakan pada setiap Selasa Kliwon selalu mengadakan ada acara Mondosiyo.
Acara tersebut biasa digelar di dekat Kelurahan Blumbang.
Sebagai informasi, Upacara Adat Mondosiyo merupakan salah satu tradisi masyarakat di lereng Gunung Lawu yang masih dijaga kelestariannya hingga saat ini.
Selain itu, upacara tersebut diadakan dengan harapan agar masyarakat selalu merasa aman, mendapat rezeki, dan berkah.
"Setiap Selasa Kliwon digelar Mondosiyo, kalau di sini biasa digelar wayang kulit," ucap Harno.
"Pesan saya kepada mereka, agar mohon mematuhi adat istiadat dan tata krama di sini, " pungkasnya.
Jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Oleh karena itu, warga sekitar menyediakan lahan parkir untuk pengunjung, masing-masing Rp 5 ribu untuk sepeda motor dan Rp 10 ribu untuk mobil.
Selain itu, pengunjung akan ditarik tiket retribusi sebesar Rp 20 ribu per orang.(*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Petilasan Pertapaan Pringgodani Tawangmangu : Setiap Selasa Kliwon Ada Pagelaran Wayang Kulit
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.