Warga Negara Asing Alami Rasisme di Perbatasan Ukraina, Ditolak Bus hingga Jalan Puluhan Kilometer

Editor: Danang Risdinato

Video Production: Abdul Salim Maula Safari Thoyyib

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-VIDEO.COM - Di tengah masih memanasnya ketegangan Rusia dan Ukraina, terdapat laporan miring soal adanya perlakukan rasis yang dilakukan pasukan keamanan Ukraina dan pejabat perbatasan.

Diketahui ketika invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, banyak warga Ukraina meninggalkan negaranya ke tempat yang lebih aman.

Dalam hal ini termasuk warga asing yang tinggal di Ukraina.

Banyak warga non-Ukraina yang kini masih berjuang untuk kembali ke negara asal mereka.

Baca: Detik-detik Rudal Rusia Hantam Gedung Pemerintahan di Kharkiv, 10 Orang Tewas & Bangunan Hancur

Namun mahasiswa asing yang berusaha meninggalkan negara itu mengatakan bahwa mereka mengalami perlakuan rasis.

Seorang mahasiswa kedokteran Afrika mengatakan, dia dan orang asing lainnya diperintahkan turun dari bus angkutan umum di sebuah pos pemeriksaan antara perbatasan Ukraina dan Polandia.

Mereka disuruh berdiri di samping bus, lantas bus tersebut melaju dengan hanya mengangkut warga negara Ukraina, dikutip Tribunnews dari CNN.

Rachel Onyegbule, seorang mahasiswa kedokteran asal Nigeria di Lviv terdampar di kota perbatasan Shehyni, sekitar 400 mil dari Ibu Kota Ukraina, Kyiv.

"Lebih dari 10 bus datang dan kami melihat semua orang pergi. Kami pikir setelah mereka mengambil semua orang Ukraina, mereka akan membawa kami, tetapi mereka memberi tahu kami bahwa kami harus berjalan, dan kami berjalan kaki lantaran sudah tidak ada bus lagi," ungkapnya.

“Tubuh saya mati rasa karena kedinginan dan kami belum tidur selama sekitar 4 hari sekarang. Orang Ukraina lebih diprioritaskan daripada orang Afrika, pria dan wanita di setiap titik. Tidak perlu bagi kami untuk bertanya mengapa. Kami tahu mengapa. Saya hanya ingin pulang," kata Onyegbule.

Onyegbule mengatakan, dia akhirnya mendapatkan cap dokumen unutk keluar dari Ukraina pada Senin pagi sekitar pukul 04.30 pagi waktu setempat.

Baca: Campur Tangan AS di Tengah Perang Rusia-Ukraina, Konflik Meluas Secara Global Tak Hanya dari Militer

Dugaan kekerasan

Laporan lainnya juga dikatakan oleh Saakshi Ijantkar, seorang mahasiswa kedokteran asal India.

“Ada tiga pos pemeriksaan yang harus kita lewati untuk sampai ke perbatasan. Banyak orang terdampar di sana. Mereka tidak mengizinkan orang India lewat."

Saakshi Ijantkar mengatakan, pasukan keamanan Ukraina dan pejabat perbatasan mengizinkan 30 orang India untuk ke perbatasan, hanya setelah 500 orang Ukraina masuk.

Ia sebut, keamanan Ukraina & pejabat perbatasan hanya izinkan 30 orang India ke perbatasan, setelah 500 orang Ukraina masuk.

Untuk mencapai perbatasan ini dirinya harus berjalan 4 hingga 5 Kilometer (Km) dari pos pemeriksaan pertama ke pos pemeriksaan kedua.

Orang Ukraina diberikan taksi dan bus untuk bepergian, namun semua negara lain harus berjalan kaki.

"Mereka sangat rasis terhadap orang India dan negara lain,'" kata pria 22 tahun tersebut.

Baca: Rusia Bombardir Ibu Kota Ukraina, Menara TV di Kiev Dihantam Rudal hingga Tewaskan 5 Orang

Ijantkar mengatakan, dia melihat pria India dibiarkan dalam antrian selama berjam-jam bersama dengan warga negara non-Ukraina lainnya.

"Mereka sangat kejam. Pos pemeriksaan kedua adalah yang terburuk, tentara Ukraina tidak mengizinkan pria dan anak laki-laki India untuk menyeberang. Mereka hanya mengizinkan gadis-gadis India saja. Kami harus benar-benar menangis dan memohon di kaki mereka. Setelah gadis-gadis India masuk, anak-anak lelaki itu dipukuli. Tidak ada alasan bagi mereka untuk memukuli kami dengan kekejaman ini," kata Ijantkar.

"Saya melihat pria Mesir berdiri di depan dengan tangan di rel, dan karena itu seorang penjaga yang mendorongnya dengan sangat kuat dan pria itu menabrak pagar,dan dia kehilangan kesadaran," katanya.

Ijantkar juga mengatakan banyak siswa menunggu setidaknya satu hari, tetapi akhirnya kembali ke Lviv karena dia ketakutan, menunggu dalam suhu beku tanpa makanan, udara, atau selimut.

"Saya orang-orang yang gemetar hebat dalam cuaca dingin, mereka pingsan hipotermia. Kami tidak bisa mendapatkan bantuan dan hanya berdiri berjam-jam," katanya.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Laporan Rasisme di Ukraina: Warga Asing Kedinginan, Jalan Kaki, Tanpa Makanan, dan Dugaan Pemukulan

# Rasisme # Invasi Rusia di Ukraina # perbatasan Ukraina # Warga Negara Asing (WNA) # Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: Tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda