TRIBUN-VIDEO.COM - Harga gas elpiji nonsubsidi di Indonesia mengalami kenaikan sejak Minggu (27/2) kemarin.
Naiknya harga gas elpiji ini disebut merupakan imbas dari peperangan antara Rusia dan Ukraina.
Terkait hal ini, pihak Pertamina memberikan penjelasan.
Kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi ini bertujuan untuk menyesuaikan harga minyak dan gas bumi di pasar global.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting.
"Penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri besar minyak dan gas," ujar Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting.
Irto masih memantau perkembangan konflik antara Rusia dan Ukraina terhadap Contract Price Aramco (CPA).
Baca: Harga Minyak Dunia Anjlok, Pertamina Beri Cashback, Malaysia Turunkan Harga BBM ke Rp4.300 per Liter
Dikutip dari Kompas.com, CPA ini merupakan harga acuan untuk gas elpiji di seluruh dunia.
"Kita masih monitor dampak dari perang Rusia - Ukraina terhadap CPA," kata Irto kepada Kompas.com, Minggu (27/2/2022).
Di sisi lain, Irto menyebut bahwa tingginya harga CPA sudah terjadi sebelum Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2).
Dirinya mengungkapkan, harga CPA saat ini mencapai 775 dollar AS per metrik ton.
Artinya, harga tersebut mengalami kenaikan 21 persen dari harga rata-rata CPA di tahun 2021.
"Harga CPA memang masih tinggi di 775. Naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021,” beber Irto.
Sementara itu, kenaikan harga gas elpiji di Indonesia mengalami kenaikan yang berbeda-beda di beberapa tempat.
Baca: Harga Minyak Dunia Anjlok di Titik Terendah, Sudah Minus di Tengah Pandemi
Terutama, untuk gas elpiji 5,5 kilogram dan 12 kilogram.
Harga elpiji nonsubsidi rumah tangga di Jakarta mencapai Rp 88 ribu untuk tabung gas 5,5 kilogram, sementara Rp 187 ribu untuk tabung gas 12 kilogram.
Harga serupa juga berlaku di sejumlah wilayah seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Kemudian untuk wilayah Gorontalo, Sulawesi Utara dan Kalimantan ada perbedaan harga.
Gas elpiji nonsubsidi ukuran 5,5 kilogram harganya menjadi Rp 94 ribu, sementara ukuran 12 kilogram menjadi Rp 197 ribu.
Seperti diberitakan sebelumnya, konflik antara Rusia dan Ukraina membawa dampak di berbagai sektor, termasuk minyak dan gas bumi.
Hal ini mengingat Rusia merupakan salah satu negara penghasil minyak utama dunia.
Produksi minyak Rusia sekitar 11 juta barel per hari, atau dengan kata lain menyumbang 10 persen produksi minyak dunia.
(Tribun-Video.com/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Gas Elpiji Nonsubsidi Naik, Gara-gara Rusia dan Ukraina?"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.