Kisah Novi yang Viral Karena Jual Bansos, Bekerja Sejak Usia 13 Tahun, Hingga Merindukan Sekolah

Editor: Panji Anggoro Putro

Video Production: Gianta Firmandimas Adya Mahendra

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUN-VIDEO.COM, SERPONG - Novi Rahmadani, belakangan ramai di media sosial. Namnya banyak disebut lantaran menjual bantuan sosial (bansos) berupa sembako melalui akun Facebooknya.

Tangkapan gambar saat Novi menjual sembako di salah satu grup Facebook diposting akun Instagram @lambe_turah dan dikomentari ribuan netizen.

Novi yang baru berusia 16 tahun itu sempat merasa tertekan, karena komentar netizen yang banyak merundungnya.

Ia sempat tak enak makan, susah tidur bahkan juga dapat tekanan dari tetangga yang terpengaruh suasana di media sosial.

"Karena omongan netizen yang menyakitkan atau salah paham gitu. Sebenarnya enggak mau dipikirkan tapi tetap saja ada yang makin buat tertekan," ujar Novi saat ditemui di kediamannya, di bilangan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (30/5/2020).

Ia pun menceritakan bahwa bansos yang diterimanya bukan dari pemerintah, melainkan warga sekitar, termasuk dari bosnya.

Uang hasil jualan yang terjual seharga Rp 130 ribu itu untuk dikirimkan ke ibunya di kampung, Semarang, Jawa Tengah.

Sudah sejak setahun lalu, Novi tinggal seorang diri di Serpong, menyewa kontrakan seharga Rp 600 ribu per bulan.

Sang ibu dirawat nenek di kampung karena susah berdiri akibat struk ringan dan darah tinggi yang dideritanya.

Sedangkan sang ayah sudah meninggalkan Novi dan ibunya tanpa kejelasan dan tanggung jawab.

Sudah setahun belakangan ketika mulai hidup sendiri, Novi Bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan gaji Rp 1,4 juta.

Meski usianya masih belia, namun demi bertahan hidup, pekerjaan apapun dilakoninya.

Bahkan anak tunggal itu sudah mulai bekerja sejak usianya 13 tahun, setelah tidak melanjutkan sekolah pada kelas VIII SMP.

"Aku mulai kerja dari usia 13 tahun," ujarnya.

Saat itu ibunya sudah mulai sakit dan tidak mampu bekerja, sehingga Novi harus mengambil alih peran pencari nafkah.

Dari mulai penjaga toko buku, mengasuh anak menjadi baby sitter, hingga pelayan warung ayam geprek sudah dilakoninya.

Saat ini ia juga berjualan paket internet dan pakaian di lingkungan sekitarnya.

"Dari pengalaman kerja pernah kerja di toko buku, pernah menjadi pelayan di tempat makan terus bantu-bantu di laundry. Sekrang jadi asisten rumah tangga," ujarnya.

Tidak ada keluhan, Novi menceritakan kerasnya kehidupan yang dialami bekerja di masa kanak-kanak dengan tenang.

"Ya mungkin pertamanya karena memang orang tua sudah tidak bisa menafkahi. Sebenarnya enggak ada paksaan kalau tentang saya harus kerja atau apa, tapi memang kondisi sudah seperti ini enggak bisa sekolah mungkin kalau memang orang tua masih bisa kerja saya masih bisa sekolah," ujarnya.

Novi bahkan tertawa saat mengingat pernah bekerja dengan sesaorang yang selalu memarahinya setiap hari.

"Iya dulu dapat majikannya galak, aku nangis terus kalau pulang. Nunggu gajian sebulan terus cabut," ujarnya sambil tertawa.

Selain dirinya sudah terbiasa bekerja dan berjualan, Novi masih merindukan sekolah.

Novi mengaku bagus dalam pelajaran olahraga dan menghafal.

"Kalau dibilang sih masih mau," ujarnya tersenyum.

Ia membayangkan bisa menuntaskan pendidikan menengah pertamanya melalui jalur paket B.

Setelahnya ia belum memikirkan apakah milai dari kelas X SMA atau seperti apa.

"Kan bisa ya paket B. Nanti SMAnya gimana ya. Aku kan harusnya kelas dua SMA. Tapi kalau bisa paket B aku masih bisa sekalian kerja," ujarnya.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda